Saturday, 6 September 2025
HomeOpiniFerry Yuswanto Panese Sang Pejuang Kini Tutup Usia

Ferry Yuswanto Panese Sang Pejuang Kini Tutup Usia

Bogordaily.net – Baru saja saya ziarah kubur ke makam mertua di komplek pemakaman keluarga dosen UGM di Sawit Sari Yogyakarta. Hendak pulang, ditengah perjalanan Handphone saya berdering. Mas Wawan Leak Surabaya mengabari bahwa Ferry Panese tutup usia. Jumat 28 Februari 2025. Saya diminta mas Wawan untuk meneruskan informasi ini ke teman-teman.

Saya memang agak lama tidak berkomunikasi dengan Ferry. Bagi saya, Ferry adalah sahabat yang menyenangkan, konsisten, memegang amanah dan tanggung jawab pada nilai-nilai perjuangan. Teman seperjuangan saat sama-sama membantu masyarakat Jatiwangi Majalengka yang tanahnya di kuasai Angkatan Udara S. Sukani.

Banyak pengalaman dalam perjuangan yang dapat kami rasakan dengan Ferry. Ketika kami rapat bersama para tokoh masyarakat petani, di rumah kang Wandi desa Beber, kami di samperi satu mobil jeep Kodim Majalengka. Saya dan Ferry sempat menyelamatkan diri dan lolos dari penyergapan. Dengan beberapa teman aktivis dan para petani rapat malam itu dilanjutkan di tengah Makam Imbaraga. Aparat keamanan setiap saat patroli keliling desa. Mereka mencari mahasiswa dan tidak ingin ada aktivis berada di daerah konflik, karena aktivis mahasiswa dianggap sebagai provokator.

Pengalaman yang lain adalah, ketika rombongan aktivis mahasiswa dari Jakarta. Indra Iskandar aktivis kampus ISTN yang sekarang menjabat Sekretaris Jenderal DPR RI, Tumpak Sitorus, Endi martono almarhum, Simbolon dan Hendri [Almarhum] Univ Pakuan Bogor serta beberapa mahasiswa lainnya tiba di desa Beber Jatiwangi. Masyarakat menginformasikan pada kami bahwa keadaan desa tidak lagi nyaman dan aman. Sebab patroli ABRI dari Koramil dan Kodim selalu berseliweran. Aparat keamanan menanam intel di berbagai pos ronda. Kami akhirnya punya inisiatif untuk mengamankan teman-teman aktivis yang baru saja tiba dari Jakarta, agar tidak berlama-lama tinggal di daerah konflik. Sebab setiap saat aparat akan menggerebek dan menangkap para aktivis.

Ferry Panese mempunyai inisiatif agar teman-teman dari Jakarta segera di pulangkan ke Jakarta. kami antar ke Palimanan untuk mendapatkan bus menuju Jakarta. Dengan melewati jalan alternatif persawahan dan dinginnya tengah malam kami lakukan semata untuk menghindari hadangan aparat. Dengan kendaaran mobil pick up kang Wandi, kami berangkat mengantar teman-teman sampai mendapatkan kendaraan arah Jakarta.

Suka duka kami rasakan bersama. Banyak teman-teman mahasiswa di Jatiwangi Majalengka yang berjuang berpikir tidak tahu kapan berakhirnya. Tapi buah manis itu sampai hari ini dapat dinikmati oleh para petani karena mereka dapat menikmati hasil perjuangannya. Ferry Panese, salah seorang yang memiliki tanggung jawab perjuangan yang tinggi. Berbulan-bulan Ferry bersama teman-teman mahasiswa dari berbagai daerah tinggal di desa mengorganisir masyarakat. Masyarakat yang tadinya takut bergerak karena diintimidasi ABRI, dibuatnya oleh para aktivis mahasiswa menjadi berani melawan dan punya nyali.

Selama dua bulan full, para aktivis mengornisir petani yang kemudian petani tersebut dibawa aksi ke kantor Mendagri Rudini di Jakarta. Dengan delapan bus Bhineka, masyarakat didampingi mahasiswa berangkat one way ticket ke Jakarta dan direncanakan akan menginap di kantor Depdagri sampai tuntutan petani di kabulkan. Ferry dan para mahasiswa mendampingi masyarakat protes kepada pemerintah untuk meminta tanahnya yang di kuasai ABRI Angkatan Udara S. Sukani dikembalikan kepada masyarakat.

Ini merupakan aksi pertama gerakan rakyat yang berada di seputar Jln merdeka Utara, dekat Istana Negara. Aksi masyarakat disambut oleh para aktivis Jakarta. Dari kampus UNAS, ISTN, Univ Pancasila, Univ Prof Mustopo, Untag 45 dll. Mahasiswa mengumpulkan uang dan makanan untuk di sumbangkan pada masyarakat Jatiwangi yang sedang aksi di kantor Depdagri.

Suka duka dengan Ferry Panese pernah kami jalani. Bagi aktivis, perjuangan adalah rasa cintanya kepada keadilan dan tanah air. Mungkin itu salah satu yang diserapi oleh seorang Ferry Panese. Sehingga, bukan saja cinta kepada nusa bangsa, tapi juga cinta kepada seorang gadis desa. Ferry sekian dari banyak mahasiswa di jatiwangi yang memiliki rasa cinta mendalam kepada masyarakat. Yang membangkitkan Ferry jatuh cinta pada seorang gadis desa yang kemudian disuntingnya menjadi teman hidupnya. Demikian juga Bambang [almarhum] rupanya mengikuti jejak Ferry yang menikahi gadis desa Wanasalam yang pada akhirnya menjadi pendamping setianya. Dua mantan aktivis dari Univ Brawijaya Malang yang pernah berjuang bersama petani Jatiwangi itu kini telah tiada.

Setelah perjuangan dirasa selesai oleh masyarakat dan mahasiswa. Tanah seluas 1124 hektar yang tadinya di serobot oleh AURI itu telah dikembalikan kepada masyarakat petani dan dibagi adil untuk digarap sebagai penghidupan. Atas kebaikan dan hasil jerih payah perjuangan mahasiswa, paguyuban petani memberikan hadian sekian hektar sawah untuk diberikan kepada para aktivis mahasiswa, namum mahasiswa menolak dan memilih kembali ke kampusnya masing-masing. Dan Ferry tampaknya mengikuti jejak teman-teman untuk memilih kembali ke tanah kelahirannya di Blitar hingga menutup mata untuk selamanya. Selamat jalan untuk seorang sahabat. Hingga akhir hayat berjuang untuk kemajuan bangsa. ***

Penulis: Eko S Dananjaya, sahabat seperjuangan, Aktivis 80-an

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here