Wednesday, 12 March 2025
HomeBeritaKetika Karyawan Menjadi Wajah Perusahaan, Inilah Dampak Employee-Generated Content bagi Branding dan...

Ketika Karyawan Menjadi Wajah Perusahaan, Inilah Dampak Employee-Generated Content bagi Branding dan Loyalitas Karyawan

Bogordaily.net – Diera digital, strategi pemasaran dan branding tidak lagi hanya bergantung pada iklan berbayar atau kampanye influencer. Perusahaan kini mulai mengandalkan Employee-Generated Content (EGC), yaitu konten yang dibuat dan dibagikan oleh karyawan tentang tempat mereka bekerja.

Studi yang dilakukan oleh Edelman Trust Barometer (2023) menunjukkan bahwa konsumen lebih percaya rekomendasi dari karyawan dibandingkan iklan langsung dari perusahaan.

Fenomena ini menarik karena mengubah peran karyawan bukan hanya sebagai tenaga kerja, tetapi juga sebagai duta merek.

Namun, apakah strategi ini benar-benar efektif? Bagaimana dampaknya terhadap loyalitas karyawan? Artikel ini akan membahas peran EGC dalam branding digital serta tantangan dan risiko yang muncul bagi perusahaan maupun karyawan.

Employee-Generated Content dalam Branding Digital
Employee-Generated Content (EGC) merujuk pada konten berupa foto, video, testimoni, atau cerita yang dibagikan oleh karyawan mengenai pengalaman mereka di perusahaan.

Menurut Kingsnorth (2021) dalam bukunya Digital Marketing Strategy, EGC adalah bentuk content marketing yang murni karena berasal langsung dari individu yang bekerja di dalam organisasi.

Tren ini semakin berkembang karena perubahan perilaku konsumen. Studi Harvard Business Review (2022) menemukan bahwa konten dari karyawan cenderung memiliki engagement rate lebih tinggi dibandingkan konten dari akun resmi perusahaan.

Hal ini terjadi karena publik lebih percaya pada opini personal dibandingkan narasi yang dibuat oleh korporasi.

Selain itu, peran media sosial dalam penyebaran EGC juga menjadi faktor utama mengapa strategi ini begitu efektif.

Platform seperti LinkedIn, Instagram, dan TikTok menjadi wadah utama bagi karyawan untuk membagikan pengalaman kerja mereka.

Perusahaan yang berhasil memanfaatkan media sosial sebagai saluran distribusi EGC mampu menjangkau audiens yang lebih luas dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan.

Studi dari Social Media Examiner (2023) menyebutkan bahwa perusahaan yang aktif mendorong karyawannya, membuat konten memiliki tingkat interaksi pelanggan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan yang hanya mengandalkan strategi pemasaran konvensional.

Manfaat Employee-Generated Content bagi Perusahaan dan Karyawan
Bagi perusahaan, EGC dapat meningkatkan kredibilitas merek karena konsumen lebih mudah percaya pada cerita nyata dari karyawan dibandingkan iklan yang dibuat perusahaan.

Selain itu, dibandingkan menggunakan influencer eksternal, memanfaatkan karyawan sebagai brand ambassador lebih ekonomis dan berkelanjutan.

Perusahaan juga mendapatkan manfaat dari employer branding yang kuat karena strategi ini menarik talenta baru dan menunjukkan lingkungan kerja yang positif.

EGC juga terbukti meningkatkan keterlibatan pelanggan, karena pelanggan cenderung lebih tertarik melihat aktivitas perusahaan dari perspektif orang dalam dibandingkan dengan promosi korporat yang bersifat formal.

Sementara itu, bagi karyawan, EGC dapat membantu mereka membangun personal branding dengan meningkatkan profil profesional mereka di platform seperti LinkedIn.

Karyawan yang merasa lebih terlibat dalam strategi pemasaran perusahaan juga cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi.

Studi dari MIT Sloan Management Review (2022) menunjukkan bahwa karyawan yang merasa terlibat dalam strategi perusahaan cenderung lebih loyal terhadap organisasi mereka.

Keterlibatan ini juga dapat meningkatkan motivasi kerja, terutama ketika karyawan merasa bahwa suara mereka dihargai dalam membentuk citra perusahaan.

Tantangan dan Risiko dalam Implementasi EGC
Meskipun EGC menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi baik oleh karyawan maupun perusahaan.

Salah satu tantangan utama bagi karyawan adalah tekanan sosial untuk mempromosikan perusahaan.

Tidak semua individu merasa nyaman berbagi kehidupan kerja mereka di media sosial, dan jika strategi ini bersifat wajib, maka dapat menurunkan moral dan keterlibatan.

Beberapa perusahaan bahkan menetapkan target konten bagi karyawan sebagai bagian dari Key Performance Indicator (KPI), yang dapat berujung pada eksploitasi tenaga kerja.

Selain itu, batasan antara privasi dan profesionalisme juga menjadi isu penting, karena tidak semua karyawan ingin mencampur aduk kehidupan pribadi mereka dengan konten yang berkaitan dengan pekerjaan.

Di sisi lain, bagi perusahaan, tantangan terbesar adalah sulitnya mengontrol narasi yang dibuat oleh karyawan.

Tidak semua konten yang dibagikan sesuai dengan standar branding perusahaan. Bahkan, jika karyawan membagikan pengalaman negatif, hal ini bisa menjadi bumerang yang merusak citra perusahaan.

Journal of Digital Marketing (2023) mencatat bahwa perusahaan yang gagal mengelola EGC dengan baik dapat menghadapi risiko reputasi yang besar.

 

Studi Kasus dari Implementasi Employee-Generated Content di Perusahaan Global dan Indonesia
Salah satu perusahaan global yang berhasil menerapkan EGC adalah Microsoft. Perusahaan ini mendorong karyawan mereka untuk berbagi pengalaman kerja dengan tagar resmi, yang meningkatkan keterlibatan karyawan dan membuat merek perusahaan lebih transparan di mata publik.

Strategi ini tidak hanya memperkuat employer branding, tetapi juga meningkatkan rasa bangga karyawan terhadap perusahaan mereka.

Microsoft juga memberikan insentif bagi karyawan yang aktif berkontribusi dalam membangun citra perusahaan, baik dalam bentuk penghargaan maupun promosi jabatan.

Sementara itu, di Indonesia, Gojek menjadi salah satu perusahaan yang sukses memanfaatkan EGC. Banyak karyawan Gojek, termasuk mitra pengemudi, sering membagikan pengalaman mereka bekerja dengan perusahaan ini melalui media sosial.

Konten-konten tersebut membantu membangun citra Gojek sebagai perusahaan yang mendukung kesejahteraan pekerjanya dan menciptakan komunitas yang solid.

Implementasi EGC di Gojek juga memperkuat loyalitas karyawan dan mitra, serta menarik lebih banyak talenta untuk bergabung dengan perusahaan.

Namun, beberapa mitra pengemudi juga pernah mengkritik sistem kerja melalui media sosial, yang menunjukkan bahwa EGC bisa menjadi pedang bermata dua bagi perusahaan jika tidak dikelola dengan baik.

Kesimpulan
Employee-Generated Content adalah strategi branding digital yang efektif, tetapi implementasinya harus dilakukan dengan etika yang jelas.

Karyawan seharusnya tidak dipaksa untuk menjadi “wajah perusahaan,” melainkan diberikan kebebasan untuk berbagi pengalaman mereka secara sukarela.

Di sisi lain, perusahaan perlu memberikan insentif dan transparansi agar EGC benar-benar memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.

Di masa yang akan datang, tren ini diperkirakan akan terus berkembang, terutama dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengadopsi strategi pemasaran berbasis komunitas dan keterlibatan karyawan.

Namun, keseimbangan antara branding perusahaan dan kesejahteraan karyawan tetap harus dijaga agar strategi ini tidak menimbulkan dampak negatif.

Louisa Sagita Utari Sawitri
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here