Thursday, 10 April 2025
HomeBeritaKH. Dr. Rachmat Soji, Lc. M.A: Mendidik dengan Ilmu, Membimbing dengan Iman

KH. Dr. Rachmat Soji, Lc. M.A: Mendidik dengan Ilmu, Membimbing dengan Iman

Bogordaily.net – KH. Dr. Rachmat Soji Lc. M.A lahir pada 1984 di Sukabumi Selatan dari keluarga pedagang. Beliau merupakan anak kesembilan dari sepuluh bersaudara. Lingkungan keluarganya sangat religius, terutama sang ayah yang memiliki kedekatan dengan para kyai dan . Hal ini membuat beliau terbiasa mengikuti berbagai kegiatan keagamaan sejak kecil, seperti pengajian hingga ke pendirian sekolah. Dari sinilah, muncul ketertarikannya untuk mendalami ilmu agama dan belajar di pesantren.

Pendidikan formalnya dimulai di Madrasah Ibtidaiyah. Sejak usia dini, beliau sudah memiliki tekad kuat untuk melanjutkan studi di pesantren. Bahkan sebelum wisuda dari sekolah dasarnya, dengan semangat dan antusiasme beliau langsung berangkat ke sebuah pesantren di Kecamatan Kalibunder, Sukabumi Selatan. Setelah satu tahun menimba ilmu disana, beliau pindah ke Pesantren Al-Aman, pesantren yang lebih besar, mengikuti jejak kakaknya yang sudah lebih dulu belajar di sana. Di pesantren inilah Rachmat Soji,  menimba ilmu selama tiga hingga empat tahun sebelum akhirnya mendapatkan beasiswa kader dari MUI. Beasiswa ini membiayai pendidikannya dari tingkat SMA hingga persiapan studi ke Timur Tengah.

Pada tahun 2004, Rachmat Soji berangkat ke Mesir melalui jalur beasiswa untuk melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, mengambil jurusan Aqidah dan Filsafat. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 pada tahun 2008, lalu melanjutkan S2 sebelum akhirnya kembali ke tanah air pada tahun 2014. Begitu kembali ke Indonesia, beliau langsung diminta untuk mengelola sebuah pesantren di sukabumi yaitu Pesantren Bina Insan Madani dan juga melanjutkan pendidikan S3 di Universitas Ibn Khaldun, Bogor.

Perjalanan pendidikannya tidak selalu mudah, terutama dari segi biaya. Kondisi ekonomi keluarga yang menurun sempat menjadi tantangan, tetapi dengan keyakinan dan usaha, ia merasakan kemudahan yang diberikan oleh Allah swt. Selain tantangan ekonomi, ia juga sempat mengalami hal-hal umum dalam pergaulan remaja, namun tidak ada hambatan yang benar-benar berat dalam hidupnya. Sebaliknya, ia merasa banyak kemudahan yang ia syukuri sebagai anugerah dari Allah swt.

Dalam perjalanannya menuntut ilmu, Rachmat Soji, banyak terinspirasi oleh para gurunya. Salah satu gurunya di pesantren mengajarkan tentang kesederhanaan dalam hidup. Meskipun memiliki kemampuan finansial, gurunya hanya memiliki tiga pakaian dan selalu berusaha mandiri, bahkan menolak pemberian mobil untuk keperluan pribadi. Prinsip hidup yang sederhana ini memberikan pengaruh besar bagi dirinya untuk tidak hidup serakah dalam nikmat duniawi yang bersifat sementara. Selain itu, ada juga sosok guru yang kini menjadi kakeknya setelah beliau menikah dengan cucunya. Sang kakek selalu mengajarkannya tentang pentingnya memiliki keinginan dalam hidup dan bahwa hidup harus diisi dengan kesibukan yang bermanfaat. Keteladanan lainnya juga beliau dapatkan dari para gurunya di Mesir, yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menunjukkan kasih sayang dan penghormatan kepada murid-muridnya, seolah menjadi orang tua bagi mereka.

Sebelum benar-benar terjun dalam dunia pendidikan, Rachmat Soji, sempat menjalankan bisnis dan bisa dikatakan berhasil meraih kesuksesan. Namun, beliau menyadari bahwa kebahagiaan sejatinya bukan terletak pada harta, melainkan pada ilmu, membaca, dan mengajar. Beliau juga merasa bahwa dengan semakin banyaknya harta, justru semakin berat pula pertanggungjawabannya di hadapan Allah swt. Karena itu, beliau memutuskan untuk lebih fokus pada dunia pendidikan. Pengalamannya mengajar dimulai sejak tahun kedua kuliah di Mesir, dan ketika kembali ke Indonesia, beliau bergabung menjadi dosen di IPB untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengajar di bidang agama.

Dalam dunia pendidikan, tantangan terbesar yang ia hadapi datang dari murid dan wali murid. Tidak semua wali murid dapat memahami dan mendukung kebijakan pesantren, terutama dalam hal mengajarkan kesederhanaan hidup kepada santri. Menurut Rachmat Soji, pendidikan bukan lah sekadar proses transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter, yang memerlukan kerja sama antara pihak pesantren dan orang tua.

Selain itu, menghadapi mahasiswa dengan latar belakang pemahaman agama yang beragam juga menjadi tantangan tersendiri. Karena itulah, beliau selalu membuka sesi tanya jawab dalam setiap pertemuan agar terjadi diskusi yang lebih terbuka. Beliau menyadari bahwa pemahaman agama seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya, sehingga tidak bisa dipukul sama rata. Selain itu, beliau juga selalu mendoakan murid-muridnya, menyadari bahwa terkadang ada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan sepenuhnya, sehingga hanya bisa diserahkan kepada Allah swt. Pendekatan rasional juga menjadi metode yang beliau terapkan dalam mengajar, karena beliau memahami bahwa mahasiswa berada dalam fase berpikir kritis dan membutuhkan pendekatan yang lebih logis.

Dari sekian banyak pengalaman mengajar, mengajar di IPB menjadi salah satu yang paling berkesan baginya. Perbedaan latar belakang pemahaman agama di kalangan mahasiswa menjadikannya sebuah tantangan dalam menyampaikan materi. Beliau merasa bahwa mengajarkan ilmu agama kepada mahasiswa adalah sebuah amanah yang harus dijalankannya dengan penuh tanggung jawab. Menurutnya, jika pendidikan agama di lingkungan kampus berjalan dengan baik, maka proses pembelajaran secara keseluruhan pun akan lebih lancar. Iman manusia selalu naik turun, sehingga harus selalu diperbarui agar tidak melemah.

Di era digital yang semakin berkembang, Rachmat Soji, menyadari pentingnya bagi para pengkaji agama untuk terus memperdalam ilmunya. Perubahan zaman membuat audiens memiliki karakteristik dan pemahaman yang berbeda-beda, sehingga pendekatan dakwah juga harus disesuaikan. Islam memiliki metode tersendiri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, sehingga pemahaman yang mendalam sangat diperlukan agar tidak salah dalam mengambil langkah dakwah.

Rachmat Soji,  memiliki harapan besar bagi generasi muda agar tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Beliau mengingatkan bahwa banyak kejayaan di masa lalu yang diraih setelah manusia memahami Islam dengan baik. Tanpa agama, kekayaan hanya akan melahirkan kesombongan, kekuatan akan menjadi alat penindasan, dan kemiskinan akan membawa penderitaan. Sebaliknya, jika kehidupan didasari oleh agama, maka kekayaan akan melahirkan sifat dermawan, kekuatan akan digunakan untuk melindungi, dan kemiskinan tetap akan menjaga kehormatan.

Dalam menjalani kehidupan, prinsip yang selalu dipegang teguh oleh beliau adalah berusaha semaksimal mungkin, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah swt. Dan dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan ibadahnya, beliau selalu mendahulukan yang lebih utama, yaitu menjalankan kewajiban sebelum melakukan hal-hal sunnah. Jika ada bentrokan antara tanggung jawab yang satu dengan yang lain, ia memilih untuk mendiskusikannya agar dapat mengambil keputusan terbaik.

Motivasi terbesarnya sebagai dosen adalah kesadaran bahwa tanpa adanya guru yang mengajarkan agama, generasi mendatang tidak akan memahami agama dengan baik. Beliau merasa bahwa ilmu yang dititipkan oleh Allah swt. kepadanya harus diajarkan dan diamalkan kepada orang lain. Karena itu, selama masih mampu, dirinya akan terus menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Untuk tetap istiqomah dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, Rachmat Soji, selalu berpegang teguh pada prinsipnya dan rutin berkonsultasi dengan orang tua, kyai, serta keluarganya. Beliau percaya bahwa musyawarah adalah bagian penting dalam menemukan solusi terbaik dalam kehidupan.

Sebagai pesan kepada mahasiswa, KH. Dr. Rachmat Soji Lc. M.A menegaskan bahwa semua ilmu memiliki manfaat, tetapi ilmu agama adalah yang paling panjang manfaatnya hingga akhir hayat. Akan ada satu titik dalam kehidupan seseorang di mana ilmu dunia yang dimilikinya sudah tidak lagi digunakan, kecuali ilmu agama. Oleh karena itu, beliau berharap para mahasiswa tidak pernah berhenti belajar dan terus memperdalam pemahaman agama mereka agar tetap menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan.

Prameswari mahasiswi                                                                                          Sekolah Vokasi IPB jurusan Komunikasi Digital dan Media

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here