ADVERTISEMENT
Oleh: Kania Syifa Maulida Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB
Di era digital, hampir semua hal sudah berubah. Mau belanja? Tinggal buka e-commerce. Mau bayar? Scan QRIS aja. Teknologi bikin semuanya jadi lebih praktis. Tapi, di tengah segala kemudahan ini, muncul pertanyaan: apakah semua hal harus didigitalisasi?
Pertanyaan ini jadi makin relevan saat kita ngomongin dunia seni. Seni selama ini dianggap sebagai ekspresi manusia. Emosi, kreativitas, dan pengalaman yang dituangkan dalam bentuk visual, musik, atau tulisan. Tapi sekarang, kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) mulai masuk ke dunia seni dan bikin banyak orang bertanya-tanya: ini inovasi keren atau malah ancaman buat seniman?
AI dalam Dunia Seni: Karya atau Tiruan?
AI bisa menciptakan karya seni dengan cara “belajar” dari jutaan gambar yang ada di internet. Dengan teknologi generative art, AI bisa meniru gaya lukisan terkenal atau bahkan bikin karya baru dalam hitungan detik. Kedengarannya menarik, tapi ada satu masalah besar: dari mana AI mendapatkan data untuk “belajar”?
Banyak karya seni yang digunakan untuk melatih AI diambil dari internet tanpa izin dari seniman. Artinya, karya yang dibuat dengan susah payah bisa dijadikan bahan latihan AI tanpa sepengetahuan pembuatnya. Banyak seniman merasa bahwa gaya mereka telah dicuri oleh AI. Bayangkan kamu menghabiskan bertahun-tahun mengembangkan teknik dan gaya khas, lalu tiba-tiba AI bisa menirunya dalam hitungan detik tanpa mencantumkan sumber sama sekali.
Seni vs. Kecepatan AI
Masalah lain yang muncul adalah kecepatan produksi. AI bisa menghasilkan puluhan gambar dalam waktu singkat, sementara seorang seniman membutuhkan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu untuk menyelesaikan satu karya. Ini membuat seniman manusia harus bersaing dengan mesin yang lebih cepat dan lebih murah. Jika klien atau perusahaan bisa mendapatkan desain instan dari AI, apakah mereka masih mau membayar seniman manusia?
Namun, di sisi lain, AI juga bisa menjadi alat bantu yang berguna. Banyak seniman digital sudah mulai menggunakan AI untuk mencari inspirasi, membantu proses kreatif, atau sekadar mengeksplorasi ide baru. Jadi, mungkin bukan tentang AI melawan manusia, tapi bagaimana kita menggunakan AI dengan bijak.
Solusi: AI Sebagai Alat, Bukan Pengganti
Biar adil, harus ada aturan yang jelas soal penggunaan AI dalam dunia seni. Misalnya:
- Karya seni yang digunakan untuk melatih AI harus mendapat izin dari seniman.
- Karya seni yang dibuat AI harus diberi label yang jelas agar orang tahu mana yang dibuat manusia dan mana yang dihasilkan mesin.
- Seniman bisa memanfaatkan AI sebagai alat bantu, bukan melihatnya sebagai ancaman.
Pada akhirnya, teknologi seharusnya membantu manusia, bukan menggantikan mereka. AI bisa menjadi alat yang berguna, tapi seni sejati tetap berasal dari manusia—emosi, pengalaman, dan kreativitas yang dituangkan dalam setiap karya.