Bogordaily.net – Pesatnya perkembangan teknologi digital telah mengubah berbbagai aspek kehidupan, salah satunya dalam dunia bisnis dan pemasaran. Kehadiran teknologi telah mengubah metode konsumen dalam melakukan aktivitas jual-beli dan berinteraksi dengan merek, sehingga perusahaan tidak lagi hanya mengandalkan metode pemasaran konvensional, seperti iklan di televisi, radio, atau media cetak.
Sebagai gantinya, mereka mulai memanfaatkan strategi pemasaran berbasis internet dan teknologi digital yang disebut digital marketing. Berdasarkan data dari We Are Social (2022), terdapat 4,62 miliar pengguna media sosial di seluruh dunia pada Januari 2022. Angka ini meningkat 10 persen dalam setahun, menandakan bahwa digital marketing semakin penting bagi bisnis dalam menjangkau audiens yang lebih luas.
Digital marketing sendiri memiliki strategi yang mencakup Search Engine Optimization (SEO), Pay-Per-Click (PPC) advertizing, content marketing, dan social media marketing. Strategi yang marak diaplikasikan belakangan ini adalah social media marketing dengan melibatkan influencer.
Influencer adalah individu yang memiliki pengaruh besar di media sosial dan mampu menarik perhatian audiens dalam jumlah besar. Mereka dapat berupa selebriti, content creator, atau bahkan individu biasa yang memiliki keahlian dan kredibilitas dalam bidang tertentu.
Banyak brand saat ini memanfaatkan influencer untuk melakukan endorsement atau promosi produk dan layanan mereka. Dengan popularitas media sosial yang terus meningkat, influencer marketing menjadi strategi yang dianggap ampuh dalam membangun brand awareness dan meningkatkan penjualan.
Menurut Nic Dun, CEO Charle Agency, terdapat empat jenis influencer yang dikategorikan berdasarkan jumlah pengikutnya, yaitu nano influencer dengan 1-10 ribu pengikut, mikro influencer dengan 10 – 100 ribu pengikut, makro influencer dengan 100 ribu – 1 juta pengikut, dan mega influencer dengan lebih dari 1 juta pengikut.
Setiap kategori influencer memiliki keefektivitasan yang berbeda. Semakin kecil audiensnya, semakin murah biayanya sehingga merek dapat memanfaatkan lebih banyak influencer yang lebih kecil untuk mencapai jangkauan yang besar. Sebaliknya, influencer yang lebih besar biasanya akan memiliki biaya yang sangat tinggi untuk sejumlah kecil postingan namun tetap tertarget.
Influencer memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang kuat dengan audiens mereka. Mereka sering berbagi pengalaman pribadi dan ulasan produk sehingga menciptakan kepercayaan di antara pengikut mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abraham et al. (2022), sekitar 50% pengguna internet mengikuti dan mengandalkan influencer di media sosial sebelum memutuskan untuk menggunakan suatu produk atau layanan, sehingga menunjukkan bahwa influencer memiliki daya tarik yang besar dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu brand dalam menggunakan influencer sebagai strategi pemasaran adalah dapat memperoleh eksposur yang lebih luas dalam waktu singkat.
Influencer yang memiliki banyak pengikut dapat menyebarkan informasi tentang suatu produk dengan cepat ke berbagai kalangan, termasuk target pasar yang sesuai. Selain itu, konsumen cenderung lebih percaya dengan rekomendasi atau ulasan dari influencer yang mereka ikuti dibandingkan iklan konvensional karena influencer biasanya memiliki hubungan yang lebih dekat dan personal dengan audiensnya.
Lebih jauh lagi, bekerja sama dengan influencer, terutama micro influencer, lebih hemat biaya dibandingkan memasang iklan di televisi atau media cetak. Micro influencer, yang memiliki jumlah pengikut antara 10.000 hingga 100.000 orang, sering kali memiliki tingkat engagement yang tinggi sehingga lebih efektif dalam menjangkau audiens yang lebih spesifik dengan biaya yang lebih rendah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa fakta tantangan yang dihadapi tidak bisa dikesampingkan saat menggunakan influencer sebagai strategi pemasaran. Salah satu tantangan dalam menggunakan influencer adalah memilih individu yang benar-benar sesuai dengan nilai dan citra brand. Jika influencer yang dipilih memiliki gaya komunikasi atau nilai yang bertentangan dengan brand, maka kampanye pemasaran bisa menjadi kurang efektif atau bahkan berdampak negatif.
Tantangan lainnya yang perlu diperhatikan adalah jika seorang influencer terlibat dalam kontroversi atau skandal, maka reputasi brand yang bekerja sama dengannya bisa ikut terkena dampak. Beberapa brand bahkan harus mengakhiri kontrak mereka dengan influencer untuk menghindari backlash dari publik. Oleh karena itu, brand harus melakukan riset mendalam sebelum memilih influencer untuk memastikan bahwa mereka memiliki track record yang baik.
Biaya juga menjadi pertimbangan dalam menggunakan influencer, terutama influencer dengan jumlah pengikut besar sering kali memasang tarif tinggi untuk endorsement. Beberapa influencer dengan jutaan pengikut dapat mengenakan biaya yang sangat tinggi untuk satu kali posting, yang mungkin tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan anggaran mereka dengan bijak sebelum memutuskan bekerja sama dengan influencer.
Sebagai contoh, brand Somethinc menjadikan Tasya Farasya sebagai influencer yang mempromosikan produk “Somethinc Calm Down”. Data pembelian pada aplikasi TikTok pada 9 Mei 2024 menunjukkan bahwa produk tersebut telah terjual lebih dari 76.000 pcs dan menerima lebih dari 15.000 review karena memiliki watermark “Tasya Farasya Approved”.
Tasya Farasya adalah seorang influencer yang memang memiliki fokus pada bidang kecantikan, seperti makeup dan skincare. Di sisi lain, terdapat kasus endorsement influencer tidak berhasil. Salah satunya adalah ketika seorang influencer besar mempromosikan produk skincare tetapi ternyata tidak pernah menggunakannya sendiri sehingga menimbulkan ketidakpercayaan dari audiens yang akhirnya justru berdampak negatif bagi brand tersebut.
Strategi pemasaran melalui influencer dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan brand awareness dan penjualan, terutama dalam era digital saat ini. Influencer memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan audiens sehingga menjadikan rekomendasi mereka lebih dipercaya.
Dengan semakin banyaknya pengguna media sosial, jangkauan promosi influencer dapat lebih terukur melalui interaksi digital. Namun, efektivitas strategi ini bergantung pada pemilihan influencer yang tepat, kesesuaian dengan nilai brand, serta ketepatan pengelolaan risiko yang dilakukan oleh perusahaan.
Jika tidak dikelola dengan strategi yang matang, perusahaan dapat menghadapi tantangan yang berpotensi negatif. Oleh karena itu, meskipun influencer marketing dapat memberikan hasil yang signifikan, penggunaannya harus dilakukan dengan perencanaan dan evaluasi yang matang dan cermat untuk memastikan keberhasilannya.***
Chairunnisa, Prodi Komunikasi Digital dan Media IPB University.