Oleh: Michelia Aisha Rangkuti, Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB
Album trilogi The Most Beautiful Moment in Life (Hwa Yang Yeon Hwa atau HYYH) bukan sekadar karya musik biasa dari BTS. Lebih dari itu, album ini menjadi narasi emosional yang menggambarkan perjalanan masa muda yang penuh dengan tantangan, ketidakpastian, dan pencarian jati diri. Melalui lirik, video musik, dan BTS Universe (BU), BigHit Entertainment merancang komunikasi yang kompleks untuk menyampaikan kisah persahabatan, trauma, dan harapan.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas bagaimana unsur komunikasi hadir dalam album ini, serta bagaimana BTS dan BigHit memanfaatkan berbagai medium komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada penggemar.
Komunikasi sebagai Jembatan Emosi dalam HYYH
Komunikasi tidak hanya terbatas pada bahasa verbal, tetapi juga mencakup berbagai bentuk ekspresi, termasuk musik, visual, dan narasi non-linear yang diterapkan dalam BTS Universe. Dalam konteks album HYYH, terdapat beberapa unsur komunikasi yang dapat dianalisis:
- Komunikasi Naratif melalui Musik dan Lirik
Setiap lagu dalam trilogi HYYH menyampaikan pesan emosional melalui liriknya. Misalnya, dalam lagu I Need U, liriknya menggambarkan perjuangan seseorang yang terjebak dalam rasa sakit emosional:“Say something to me / Even if it’s a lie, make me breathe.” (I Need U, BTS, 2015).
Lirik ini menunjukkan bagaimana komunikasi verbal dapat menjadi alat yang menyelamatkan seseorang dari keputusasaan. Dalam komunikasi interpersonal, kata-kata memiliki kekuatan untuk membangun atau menghancurkan emosi seseorang (Wood, 2015).
- Komunikasi Visual dalam Video Musik dan BTS Universe
BigHit menggunakan BTS Universe sebagai medium komunikasi non-verbal untuk menyampaikan kisah yang lebih dalam. Video musik seperti Run dan Butterfly menggunakan simbolisme visual untuk menggambarkan perasaan karakter. Adegan coret-coret tembok dalam Run adalah bentuk komunikasi ekspresif, di mana remaja sering menggunakan simbol-simbol untuk menyuarakan keresahan mereka (Ekman & Friesen, 1969). - Komunikasi Massa melalui Fan Theories dan Media Sosial
Salah satu kekuatan utama album ini adalah bagaimana penggemar berinteraksi dengan cerita melalui teori yang mereka buat. Interaksi ini menunjukkan konsep participatory culture (Jenkins, 2006), di mana audiens tidak hanya menjadi penerima pesan, tetapi juga ikut serta dalam membentuk makna dari karya tersebut. Dengan berbagi teori di Twitter dan YouTube, penggemar berperan sebagai co-creator dalam narasi HYYH.
Menghadapi Isu Sensitif melalui Komunikasi Media
Salah satu aspek yang membuat HYYH unik adalah keberaniannya mengangkat isu-isu sensitif seperti kekerasan, bunuh diri, dan kesehatan mental. Dalam komunikasi massa, terdapat prinsip bahwa media dapat berfungsi sebagai agenda setter(McCombs & Shaw, 1972), di mana mereka menentukan topik yang akan menjadi perhatian publik.
BigHit dan BTS, melalui HYYH, menempatkan isu kesehatan mental sebagai bagian dari narasi utama, berbeda dari tren industri K-pop yang cenderung menghindari tema berat demi citra yang lebih ringan dan ceria. Dengan demikian, album ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai medium komunikasi yang mendorong diskusi sosial yang lebih luas.
Kesimpulan
Trilogi HYYH bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang bagaimana komunikasi dibangun melalui berbagai medium: lirik lagu, visual dalam video musik, serta interaksi penggemar melalui media sosial. Keberhasilan BTS dalam menyampaikan pesan melalui berbagai elemen ini menunjukkan bagaimana komunikasi dapat membangun ikatan emosional yang kuat antara artis dan audiensnya.
Sebagai penggemar atau pendengar kasual, memahami komunikasi dalam album ini memungkinkan kita untuk lebih menghargai kedalaman pesan yang disampaikan. Seperti yang dinyatakan dalam Young Forever, meskipun perjalanan masa muda penuh dengan luka dan air mata, komunikasi yang tepat dapat menjadi jembatan untuk memahami dan menghadapi kehidupan dengan lebih baik.