Bogordaily.net – Sekarang ini, media sosial sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari rutinitas kita sehari hari. Hampir setiap orang, dari berbagai usia dan latar belakang, menghabiskan sebagian besar waktu mereka di platform-platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, atau Facebook.
Media sosial saat ini sudah membersamai makan dan tidur sebagai hal yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup. Sehari saja tidak membuka , jelas banyak orng tak kuasa menahannya.
Bagi banyak orang, terasa hampir mustahil untuk sehari penuh tanpa terhubung dengan dunia maya, seakan-akan kita hidup dalam dunia yang terpisah jika tidak membuka media sosial.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan hidup berdampingan dengan media sosial. Kita semua tentu sudah terbiasa dengan kehadirannya yang hampir selalu ada dalam keseharian kita.
Namun, di balik kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, kita juga harus berhati-hati. Media sosial, meskipun memberikan banyak manfaat, juga bisa menjadi hal yang cukup menakutkan.
Tanpa kesadaran dan kontrol yang tepat, media sosial bisa memengaruhi kesehatan mental kita, bahkan membawa dampak buruk yang tidak terduga. Jelas bahwa mood dan kesehatan mental kita bisa dipengaruhi oleh media sosial.
Setiap kali kita membuka aplikasi media sosial, kita terpapar dengan berbagai informasi, gambar, dan interaksi yang bisa membentuk perasaan kita.
Misalnya, ketika melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih sempurna, beberapa platform membuat standar kecantikan dan gaya hidup tertentu yang jelas banyak yang tidak realistis.
Perbandingan sosial yang berlebihan dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan ketidakpuasan diri. Pengguna merasa hidup mereka tidak sebaik yang mereka lihat di media sosial.
Sosial media juga sudah umum dijadikan sarana untuk mengutarakan kebencian dan perdebaran yang bersifat negatif, Ini dapat menyebabkan stres berat, kecemasan, depresi, dan bahkan pikiran untuk bunuh diri.
Ini bisa sangat merusak bagi siapa saja. Penggunaan media sosial yang berlebihan juga berpotensi menyebabkan kecanduan, mengganggu kualitas tidur, dan meningkatkan tingkat stres.
Maka, tidaklah heran jika kesehatan mental generasi yang kacap kali lebih aktif di sosial media, sering terbilang lebih ‘lemah’. Bukan tanpa sebab, segala hal negatif di dunia ini lebih mudah dilihat dan lebih nyata terasa.
Sejak usia muda, banyak Gen Z sudah terbiasa dengan media sosial, yang bisa menambah tekanan psikologis.
Mereka seringkali terpapar pada perbandingan sosial, perundungan online, dan kecemasan tentang penampilan atau pencapaian hidup. Maka dari itu, kita perlu lebih sadar dan memperhatikan kesehatan mental kita sendiri.
Kita sering merasa bahwa media sosial bisa membuat kita bahagia, namun tak jarang juga media sosial justru membuat kita merasa stres dan sedih.
Cobalah untuk membatasi waktu di media sosial, misalnya dengan menggunakan aplikasi yang memantau durasi layar atau melakukan “detoks digital” secara berkala, untuk mengurangi dampak negatif dari perbandingan sosial dan informasi yang dapat memicu stres.
Menggunakan media sosial secara bijak dengan mengikuti akun-akun yang mendukung kesehatan mental atau memberikan konten positif bisa membantu menghindari paparan terhadap tekanan sosial yang tidak sehat.
Terakhir, menetapkan batasan yang sehat baik dalam hubungan pribadi maupun interaksi di dunia maya akan membantu menjaga keseimbangan emosional dan mental.
Media sosial kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bahkan hampir setara dengan kebutuhan dasar seperti makan dan tidur.
Namun, meskipun memberikan banyak manfaat, dampak negatif dari media sosial terhadap kesehatan mental tidak bisa diabaikan.
Penggunaan yang berlebihan dapat memicu perbandingan sosial yang merugikan, meningkatkan stres, kecemasan, dan bahkan memperburuk kondisi mental seseorang.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih sadar akan dampak media sosial terhadap kesehatan mental dan mulai mengelola penggunaannya dengan bijak.
Dengan membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial, mengikuti akun yang positif, dan menetapkan batasan yang sehat, kita dapat mengurangi dampak negatif dan menjaga keseimbangan emosional serta mental kita.***
Selfira Putri Ariana dari Sekolah Vokasi IPB University