Bogordaily.net – Wien Kuntari lahir di Bandung pada tanggal 28 Desember. Ia lahir dan tumbuh dari keluarga akademisi atau pengajar. Kedua orang tuanya merupakan dosen. Ayahnya mengajar di UPI yang sebelumnya dikenal sebagai IKIP, sedangkan ibunya mengajar di UNPAD. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Sejak kecil, ia sudah terbiasa dengan lingkungan akademik yang mempengaruhi perjalanan hidupnya. Masa kecilnya ia habiskan di Bandung hinga menyelesaikan tingkat pendidikan SMA. Setelah tamat SMA, ia melanjutkan pendidikan tingginya di Bogor, tepatnya di Institut Pertanian Bogor. Ia menimba ilmu di IPB dari jenjang pendidikan S1, S2, hingga S3.
Perjalanan Pendidikan
Melanjutkan studi di IPB bukanlah keinginan yang ia impikan sebelumnya. Sejak kecil, ia bermimpi untuk menjadi seorang psikolog terinspirasi dari sang paman. Ia merasa tertarik mendengarkan orang, kemudian memberikan solusi dan tidak menjustifikasi tetapi mengajak orang itu jalan-jalan, serta makan. Namun takdir jalan hidupnya membawanya ke dunia akademik sosial ekonomi dan komunikasi pembangunan. Pada jenjang S1 ia mengambil jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, dilanjut dengan studi S2-S3 dengan jurusan Komunikasi Pembangunan Fakultas Ekologi Manusia.
Menjadi anak petama dari tiga bersaudara, ia dengan kedua adiknya memiliki jalur yang berbeda dari kedua adiknya. Adik perempuannya memilih jalan sebagai ibu rumah tangga, sementara adik laki-lakinya memilih jalan untuk bekerja di swasta dan memiliki usaha sendiri. Meskipun kedua adiknya tidak meneruskan kedua orang tuanya menjadi akademisi, ia merasa bangga menjadi bagian dari keluarga yang memiliki semnagat mengajar dan mendidik.
Ketika kuliah S1, ia mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian dengan mendapatkan beasiswa dari pusat studi Pembangunan. Melalui penelitian tersebut, ia mendapat tawaran untuk bergabung dengan pusat studi Pembangunan tersebut. Setelah berkecimpung selama kurang lebih 10 tahun, pengalamannya menjadi seorang peneliti mengubah pandangannya terhadap dunia penelitian. Ia merasa bahwa menjadi seorang penilti merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan karena dapat bepergian, bertemu dengan orang baru, belajar dan terus mendapat pengetahuan baru. Meskipun demikian, hidupnya terus berlanjut, ia mulai berumah tangga dan dikaruniai anak membuatnya semakin tertarik untuk menekuni dunia akademik.
Dalam pusat studi tersebut banyak dosen-dosen yang bergabung, sehingga sedang menjalani studi S2, ia mendapat ajakan untuk menjadi asisten dosen di beberapa mata kuliah. Ia mulai menjadi asisten dosen ketika ia kuliah. Saat itu ia diminta oleh koordinator asisten untuk menjadi asisten dosen. Pengalamannya menjadi asisten dosen mengubah pandangannya terhadap dunia mengajar. Â Ia memutuskan untuk melanjutkan karirnya menjadi pengajar mulai dari Sekolah Vokasi IPB berdiri pada tahun 2005 hingga saat ini.
Membangun Sektor Agribisnis yang Inovatif
Karier akademiknya tidak berhenti sebagai pengajar, ia juga mengembangkan bidang keahliannya dalam riset dan penelitian. Bidang penelitian yang ia tekuni, yaitu bidang manajemen agribisnis. Ia memiliki home-base di bidang manajemen agribisnis karena ia bekerja di PSP yang dikepalai oleh Prof. Bungaran Saragi, pencetus petama kali komsep agribisnis di Indonesia. Kini penelitian yang sedang ia jalani adalah pemasaran atau digital marketing pada sektor agribisnis. Pengalamannya bekerja dengan berbagai dosen dan mentor ternama telah memberikan dampak besar dalam perkembangan dirinya sebagai akademisi.
Dalam perjalanan karirnya, ia juga mengalami tantangan dalam membangkitkan minat mahasiswa terhadap penelitian. Baginya, tantangan terbesar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana membuat mahasiswa tertarik untuk melakukan penelitian yang tidak bersifat instan. Terlebih, dalam dunia manajemen agribisnis, produk yang dihasilkan dari penelitian seringkali tidak berbentuk fisik, melainkan berupa kebijakan. Oleh karena itu, ia terus berusaha untuk memperkenalkan mahasiswa pada hal-hal yang praktis dan relevan dengan dunia nyata.
Filosofi hidupnya sebagai seorang akademisi sangat sederhana namun mendalam: “Mengalir seperti air.” Ia percaya bahwa sebagai pengajar, ia harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan, terutama dengan perubahan zaman yang semakin cepat, perubahan generasi, seperti generasi Z yang memiliki cara pandang yang berbeda, membuatnya lebih mengedepankan pendekatan yang lebih fleksibel dalam mengajar. Ia juga menekankan bahwa pendidikan harus berkembang secara bertahap dan tidak terburu-buru dalam mengikuti perubahan sistem yang terlalu cepat, seperti yang sering terjadi dalam kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini.
Harapannya untuk dunia pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan harus dibangun mengikuti keadaan secara bertahap, namun tidak berubah terlalu cepat sehingga mahasiswa kesulitan beradaptasi. Ia juga percaya bahwa pendidikan harus mengajarkan nilai-nilai yang lebih dalam tentang kehidupan, bukan hanya tentang pencapaian materi atau cuan semata. Baginya, teknologi harus digunakan sebagai alat untuk mempermudah proses belajar, bukan untuk membuat generasi muda terlena.
Bagi generasi muda yang ingin menjadi akademisi, ia memberikan pesan yang tegas: “Belajarlah dengan sungguh-sungguh, jangan mengharapkan hasil yang instan.” Pendidikan yang baik memerlukan proses panjang yang harus ditempuh dengan ketekunan dan kerja keras. Dalam dunia yang serba cepat ini, tantangan terbesar adalah menahan diri untuk tidak tergoda oleh hal-hal yang instan, karena hasil yang baik selalu membutuhkan waktu.
Dalam lima tahun ke depan, ia berharap sektor agribisnis di Indonesia akan semakin berkembang dengan fokus pada pemasaran yang adil dan distribusi yang efisien. Ia berharap agar industri agribisnis Indonesia dapat mengurangi barang/produk impor yang sebetulnya barang tersebut dapat dihasilkan sendiri oleh Indonesia dengan penerapan konsep smart farming, serta berharap agar mahasiswa dapat lebih terlibat dalam penelitian yang lebih aplikatif dan bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai seorang akademisi, ia ingin memberikan kontribusi yang lebih besar dalam perkembangan sektor agribisnis. Dengan dedikasi dan semangat yang tinggi, ia terus mengabdi dalam dunia pendidikan dan berharap dapat meninggalkan warisan yang bermanfaat bagi generasi penerus, baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam kehidupan mereka.***
Meutia Zahra Purmanto Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media SV IPB
