Monday, 31 March 2025
HomeBeritaMenghapus Kebiasaan Digital Buruk: Dari Doomscrolling ke Konsumsi Konten yang Produktif

Menghapus Kebiasaan Digital Buruk: Dari Doomscrolling ke Konsumsi Konten yang Produktif

Bogordaily.net – Meskipun jumlah informasi yang tersedia di era digital tidak terbatas, tidak semua orang menggunakannya dengan baik. Salah satu kebiasaan buruk yang dihasilkan dari kemudahan mendapatkan informasi adalah membaca berita atau konten negatif di media sosial tanpa henti.

Doomscrolling adalah paparan berita negatif terus-menerus di media sosial dan feed berita. Ini umumnya didefinisikan sebagai kebiasaan menelusuri media sosial dan feed berita secara obsesif dan mencari informasi negatif (Satici et al., 2022).

Rasa takut dan ingin tahu yang berlebihan tentang keadaan dunia seringkali menyebabkan doom scrolling, terutama saat terjadi peristiwa besar seperti pandemi atau konflik global. Meskipun demikian, semakin kita terbiasa dengan kebiasaan ini, semakin sulit untuk berhenti. Ini karena, seperti kecanduan, otak kita mengeluarkan dopamin untuk merespon informasi baru.

Kecanduan gadget dapat berdampak pada perkembangan otak anak karena peningkatan jumlah hormon dopamine menghambat kematangan fungsi prefrontal korteks, yang meliputi tanggung jawab, pengambilan keputusan, kontrol emosi, kontrol diri, dan nilai-nilai moral lainnya (Mentari et al., 2020).

Mengapa berbahaya? Doomscrolling mungkin terasa tidak berbahaya, tetapi dampaknya pada kesehatan mental dan produktivitas. Beberapa konsekuensi utama dari kebiasaan ini adalah:
1. Dampak pada Kesehatan Mental
Doomscrolling sering dikaitkan dengan meningkatnya ketakutan, stres, dan bahkan depresi. Penelitian menunjukkan bahwa paparan informasi negatif dapat berulang kali memperburuk keadaan psikologis seseorang.

2. Penurunan Produktivitas
Waktu yang dihabiskan untuk scrolling tidak mengurangi waktu yang dihabiskan untuk aktivitas yang lebih produktif, seperti belajar, bekerja, atau bersosialisasi. Akibatnya, banyak pekerjaan penting belum selesai.

3. Gangguan Kualitas Tidur
Paparan layar sebelum tidur dapat meningkatkan stres dan menghambat produksi melatonin, hormon yang membantu tidur nyenyak, sehingga membuat Anda tidak tidur dengan baik.

4. Menurunnya Fokus dan Daya Ingat
Terlalu banyak informasi yang dikonsumsi tanpa pilihan dapat menyebabkan overload kognitif, yang membuat otak sulit menyimpan informasi penting dan mengurangi fokus.

Salah satu pendekatan yang efektif untuk mengatasi kebiasaan buruk ini adalah Metode Atomic Habits, buku yang ditulis oleh James Clear. Pendekatan ini menyoroti bahwa perubahan kecil yang terus dilakukan dapat memiliki dampak besar dalam jangka panjang.

Strategi Mengatasi Doomscrolling dengan Prinsip Atomic Habits

1. Membuat Kebiasaan Buruk Sulit Dilakukan
Hapus aplikasi media sosial dari layar utama untuk mengurangi akses instan yang sering terjadi secara refleks, dan atur screen time menggunakan fitur septi Digital Wellbeing atau Screen Time untuk membatasi waktu penggunaan.

2. Mengubah Kebiasaan Buruk dengan Kebiasaan yang Lebih Baik:
Gantilah scrolling dengan membaca buku atau artikel bermutu tinggi untuk menambah wawasan dan ikuti akun dengan konten edukatif yang menyajikan informasi bermanfaat. Selain itu, manfaatkan teknik stacking kebiasaan. Salah satu contohnya adalah menonton podcast yang bermanfaat.

3. Menciptakan Lingkungan Digital yang Lebih Sehat:
Atur ulang algoritma media sosial agar berinteraksi dengan konten positif dan mendidik dengan cara seperti menyukai, membagikan, atau mengomentari postingan yang bermanfaat. Karena semakin sering kita menggunakan media sosial, semakin banyak konten serupa yang muncul di feed, media sosial menjadi sumber informasi dan pembelajaran. Karena itu, kita dapat mengkonsumsi konten dengan lebih selektif dan lebih mudah menemukan informasi yang bermanfaat dan layak untuk ditonton.

Kebiasaan doomscrolling dapat membahayakan produktivitas, kesehatan mental, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Namun, dengan metode Atomic Habits, kita dapat secara bertahap mengurangi kebiasaan ini dan menggantinya dengan konten yang lebih produktif.

Viosela Meytriana Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here