Bogordaily.net – Bukit Cirimpak Camping Ground menjadi saksi bisu kebersamaan Kami, sekumpulan sahabat lama sejak semasa sekolah menengah atas (SMA), dalam sebuah reuni yang penuh tawa, cerita, dan petualangan. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkuliahan yang menjajah, perjalanan ini menjadi pelepas rindu serta kesempatan menembus lorong waktu, kembali mengenang masa-masa indah bersama.
Kami berangkat dari rumah siang hari, dengan tujuan Bukit Cirimpak di kawasan Megamendung, Kabupaten Bogor. Butuh waktu sekira dua jam untuk mencapai tujuan. Udara segar pegunungan berangsur-angsur mulai terasa menerpa permukaan kulit, saat Kami semakin mendekati lokasi camping ground yang berada di ketinggian.
Setibanya di lokasi, sengatan matahari mulai melunak, tidak terlalu terik dan mencekik, suasana menjadi lebih nyaman. Bukit Cirimpak, tampak sedang ramai dipadati pengunjung, sehingga kami harus menunggu di luar gerbang, supaya mendapatkan tempat parkir.
Waktu tunggu pun cukup lama, lebih dari satu jam. Namun, candaan khas anak SMA kembali mencairkan suasana, seolah tak ada yang berubah sejak hari kelulusan. Sehingga, saat menunggu terasa sekejap.
Akhirnya tiba giliran Kami, menapaki area camping dan membayar tiket masuk seharga Rp40.000 per orang. Harga itu, sudah termasuk biaya parkir dan penitipan helm.
Karena area parkir yang penuh sesak, Kami sempat berpisah saat menanjak menuju lokasi perkemahan. Sesaat memasuki areal camping, pemandangan berupa perbukitan hijau dengan hamparan rumput luas langsung menyambut Kami. Bukit Cirimpak terkenal dengan suasananya yang asri dan udaranya yang sejuk, menjadikannya tempat ideal untuk melepas penat.
Sesampainya di puncak Bukit Cirimpak, Kami sempat kesulitan mencari lahan untuk mendirikan tenda, karena hampir seluruh area sudah dipenuhi oleh tenda pengunjung lain.
Setelah cukup lama mencari, akhirnya Kami menemukan lokasi yang pas untuk membangun dua tenda serta area memasak. Meski posisinya berada di bawah, dekat area parkiran bukan di ketinggian yang memiliki pemandangan dari atas, tetapi hal itu tidak menjadi masalah bagi kami.
Saat mulai membangun tenda, Kami menghadapi kendala, salah seorang teman yang terampil memasang tenda belum nampak batang hidungnya, sepertinya ia tercecer, tertinggal di belakang.
Akhirnya, Kami meminta bantuan dari kelompok lain yang bersebelahan. Menariknya, teman laki-laki Kami, dalam sekejat bisa langsung akrab, menunjukkan jika hoppby yang sama bisa memudah membangun keakraban.
Setelah tenda berhasil Didirikan, Kami duduk santai di depan tenda, berbincang, memasak nasi untuk makan malam, dan menikmati teh hangat yang terasa lebih nikmat di dinginnya udara pegunungan.
Saat malam tiba, pemandangan kota atau city light dari Bukit Cirimpak terlihat begitu indah dan jelas. Kami pun berkumpul melingkar di depan tenda, menyanyikan lagu-lagu kenangan dan memasak mie instan sambil berbagi cerita.
Namun, keseruan itu tiba-tiba terhenti saat hujan menyergap area perkemahan. Tanpa dikomando, Kami bergegas masuk ke dalam tenda dan memasang penutup tambahan agar tenda tetap kering.
Meskipun terjebak di dalam tenda, suasana tetap meriah. Kami bercanda, berbagi cerita, dan bahkan memutar lagu-lagu hose musik sambil berjoget bersama, seolah-olah berada di dalam sebuah klub mini. Sedangkan di tenda laki-laki, mereka sibuk bermain poker, tenda lainnya dipenuhi keseruan bermain ludo dan ular tangga.
Setelah hujan reda, Kami segera naik kembali ke puncak Bukit Cirimpak untuk berfoto dengan latar belakang cahaya kota yang memukau. Setelah sesi foto selesai, Kami kembali ke tenda, menikmati kopi hangat, dan melanjutkan permainan yang tertunda.
Malam itu diisi dengan sesi nostalgia, dari cerita lucu semasa sekolah hingga membahas mantan-mantan di masa SMA. Perbincangan terus berlanjut hingga larut malam, dan meskipun beberapa memilih tidur lebih awal, ada juga yang tetap terjaga hingga dini hari, berbagi kisah tentang kehidupan, keluarga, serta impian masing-masing meluncur bergantian. Malam yang dingin terasa begitu hangat dengan kebersamaan ini, hingga akhirnya Kami semua baru tertidur menjelang subuh.
Keesokan paginya, meskipun mata masih terasa berat dan tubuh terasa pegal akibat bebatuan yang menonjol di permukaan alas tidur dalam tenda, namun semangat untuk melihat matahari terbit membangunkan Kami.
Mengenakan jaket tebal sambil menenteng secangkir kopi di tangan, Kami berjalan menuju titik terbaik untuk menikmati sunrise. Saat matahari perlahan muncul di balik bukit, suasana menjadi begitu magis. Warna langit yang semula gelap berubah menjadi oranye keemasan, menciptakan pemandangan yang begitu menakjubkan, sungguh ajaib!
Setelah puas menikmati sunrise, Kami kembali ke area camping untuk sarapan. Menu sederhana seperti nasi, nugget, dan sosis terasa jauh lebih lezat karena disantap bersama di alam terbuka. Perut kenyang, tubuh kembali bertenaga, Kami bersantai di sekitar tenda seraya menikmati udara segar sambil berbincang santai.
Menjelang siang, Kami mulai berkemas untuk kembali ke kehidupan masing-masing. Sebelum meninggalkan lokasi, Kami menyempatkan diri untuk berfoto di beberapa spot ikonik, termasuk di atas bukit dengan latar belakang pemandangan perbukitan yang menakjubkan.
Meskipun perjalanan ini hanya berlangsung selama dua hari satu malam, kenangan yang tercipta akan selalu melekat di hati untuk waktu yang lama.
Bukit Cirimpak bukan sekadar tempat camping, tetapi juga menjadi saksi bahwa persahabatan sejati akan selalu bertahan, meski waktu terus berjalan. Kami berjanji untuk membuat reuni seperti ini menjadi tradisi tahunan, agar kebersamaan Kami tetap terjaga.
Perjalanan pulang pergi dengan perasaan bahagia yang bercampur dengan sedikit rasa enggan untuk berpisah. Setelah dua hari penuh kebersamaan, tawa, dan nostalgia, rasanya berat kembali ke rutinitas masing-masing.
Sepanjang perjalanan, obrolan terus mengalir tanpa henti, diisi dengan cerita lucu yang masih tersisa, candaan khas masa sekolah, serta rencana-rencana kecil untuk pertemuan berikutnya. Seolah-olah Kami ingin memperpanjang momen indah ini, berharap waktu bisa berjalan lebih lambat. Meskipun demikian, dibalik rasa enggan itu, ada juga kehangatan yang tersisa di dalam hati, karena Kami tahu bahwa persahabatan ini akan terus terjalin, dan reuni-reuni seru lainnya pasti akan menyusul di masa depan. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya, sahabat-sahabat terbaikku!***
Nasya Karina Nur’aziza