Friday, 28 March 2025
HomeBeritaMerakit PC, Legonya Orang Dewasa

Merakit PC, Legonya Orang Dewasa

Bogordaily.net – Pengalaman merakit sebuah Personal Computer (PC) berawal dari kebutuhan saya sendiri sebagai seorang mahasiswa. Budget yang terbatas membuat saya berpikir ulang, haruskah saya membayar orang untuk merakit PC tersebut? Bukankah uangnya lebih baik digunakan untuk membeli komponen lain yang lebih bagus? Motivasi tersebut membuat saya gigih dalam keputusan saya untuk merakit PC sendiri.

Mungkin jika dipikir ulang, keputusan tersebut merupakan keputusan yang gegabah. Saya sendiri bukan merupakan orang yang ahli di bidang komputer, hanya sekedar suka saja nonton video review dari Youtube, channel Linus Tech Tips. Dari situ saya mulai perjalanan saya mengunjungi beberapa forum yang berkaitan dengan PC di Reddit.

Membaca pengalaman banyak orang dalam merakit PC mereka sendiri membuat saya termotivasi untuk membuat sendiri. ‘Gak sesulit itu kok ternyata’ pikir saya waktu itu.

Dipikir ulang, risiko rusak saat perakitan menjadi salah satu alasan kenapa ini merupakan keputusan yang gegabah. Jika rusak ya, ya sudah. Habis. Harus tabung lagi dari awal. Akan tetapi, saya pada waktu itu merasakan rasa percaya diri yang tingginya menantang langit dan dengan yakin memutuskan untuk merakit PC sendiri. Hidup hanya sekali.

Salah satu momen favorit saya dalam merakit PC adalah tahap pertama, dimana saya harus memilih komponen apa yang harus saya beli. Momen ini adalah momen berharga, momen sebelum pusing tentang para kabel dan komponen, momen saat saya masih bisa bermimpi komputer apa yang akan saya rakit.

Walaupun kadang suka ngiler sendiri, ngeliat komponen super mahal spek dewa. ‘Suatu saat nanti saya beli’ pikir saya sebelum klik sort harga paling murah.
Pada akhirnya, saya memutuskan di komponen – komponen ini :
CPU: AMD Ryzen 5 5500
GPU: RTX 2060 Super
RAM: 16 GB DDR4
Mobo: ASRock b450M
SSD: Team MP33 500Gb Pcie 3.0
PSU: MSI MAG 550W 80+ Bronze

Ya lumayan lah, buat harga 7 juta saya rasa ini sudah oke banget. Dengan harga segitu software apapun yang saya butuh buat kuliah tinggal hajar, mau main game juga gak masalah. Pokoknya saya girang sekali saat menekan tombol beli. Tinggal duduk tenang menunggu barangnya sampai.

Butuh beberapa waktu nunggu barangnya sampai, karena semuanya di beli dari toko yang berbeda. Tapi, akhirnya sampai semua dan tiba saat yang ditunggu – tunggu, merakit semuanya jadi satu komputer utuh.

Langkah pertama dan paling krusial dan berisiko paling tinggi adalah menaruh CPU di socket-nya. Berisiko karena kalau ada pin dari CPU nya yang bengkok ya gak bisa di pakai lagi. Apa lagi, kerusakan bengkok pin gak di-cover sama garansi.

Saya buka kotak CPU-nya mengagumi chip-nya sebentar kayak orang norak yang gak pernah lihat CPU. Ya, memang gak pernah, biarkan saya menikmati momen norak ini sebelum was – was harus menaruh ini ke motherboard.

Karena CPU saya adalah Zen-3 maka pin-nya nempel di CPU-nya. Makanya saya sangat hati – hati saat mengangkat CPU. Akhirnya, dengan penuh rasa yakin dan tiada goyah sedikitpun saya memasukkan CPU ke dalam socket.

BOOM!
Masuk dengan aman. Saya mengusap keringat dingin dengan lengan baju saya. Langkah – langkah selanjutnya adalah alasan kenapa merakit PC sering disebut – sebut sebagai legonya orang dewasa. Karena memang hanya memasukkan komponen – komponen ke dalam socket yang ada di motherboard.

Pastikan RAM sudah susai dengan tempatnya dan langsung masukkan. Tekan terus sampe ada bunyi ‘cetek’. Nah kalau sudah bunyi berarti sudah pas, lanjut ke SSD. Saya mebggunakan SSD NVMe jadi tinggal dipaskan aja sama kayak RAM. Tapi, kalau RAM vertical, NVMe SSD itu horizintal.

Saat dimasukkan SSD akan miring, bentuknya mirip perosotan. Disinilah hal yabg krusial, saya harus menyekrup ujung SSD tersebut agar tidak miring. Akan tetapi, harus waspada karena kalau terlalu kencang, SSD-nya akan bengkok. Kalau bengkok, patah, hanya bisa tengok, pasrah.

Selanjutnya, pasang kipas CPU. Agak rumit, karena ada tempat sekrupnya yang harus dipasang dibawah motherboard. Setelah dipasang, kipasnya ditaruh diatas CPU. Kipas saya sudah ada pasta bawaannya jadi gak harus pasang lagi.

Lanjut, sekrupnya harus diputar. Disini saya sempat bingung karena salah obeng sekup. Saya obeng sekrupnya satu – satu hingga kencang alhasil, kipas nya kencang disatu sisi dan sangat naik di satu sisi, saat saya mau obeng sekrup di sisi sebelahnya, sekrupnya sudah tidak dapat meraih tempat sekrupnya lagi.

Akhirnya saya longgarkan semua sekrup dan mulai dari awal. Kali ini, saya sekrup dalam pola menyliang, dari atas kiri ke bawah kanan. Sekrupnya diputar setengah saja jangan sampai kencang biar gak naik sebelah. Saat semuanya sudah diputar setengah baru saya kencangkan semua sekrupnya agar tidak jatuh. Jangan lupa pasang kabel power kipas di motherboard.

Selesai, pasang motherboard di casing. Relatif mudah, hanya tinggal menyekrup semua baut ke tempatnya di casing. Disini isu pertama yang bikin saya kesal, dan sedikit menyesal. Setelah pasang semua kabel ke kabel power dan memasang GPU, komputer tidak menyala. Saya sangat bingung, akhirnya memanggil tukang komputer sebelah rumah.

Ternyata ada kabel yang kurang kencang… Jadi malu, hehe.. Komputer mau nyala tapi tidak ada display di monitor. Hanya gelap saja. Mas tukang pun kurang paham, dia duga masalahnya berada di GPU atau di motherboard. Waduh.

Kalau masalahnya di motherboard tidak masalah, ada garansi. Kalau GPU, tidak ada, karena saya beli bekas. Jatung saya berdetak hebat, apakah saya kena tipu?? Padahal saya sudah memastikan minta video dan lain – lain agar yakin tidak akan ditipu.
Saya pusing, berharap masalahnya berada di motherboard. Dalam keputus asaan saya, saya mencoba cara terakhir yaitu dengan membeli adapter Display Port. Saya sadar bahwa sekarang saya menggunakan port HDMI di GPU saya.

Mungkin, yang rusak hanya port HDMI nya saja… Fingers crossed.
Adapternya datang, tiba saat – saat yang ditunggu. Saya mencolok adapter ke monitor, lalu adapter ke komputer. Saya tekan tombol power. Sebentar, layar komputer masih sama, source not found, lalu berkedip, muncul logo ASRock.

“YEEEEESSSSSSSSSSSS NYALAAA RAAHHHHHHH” Teriak saya bagai di hutan. Mengingat kembali, saya senang saya mengambil keputusan gegabah pada waktu itu. Pengalaman ini merupakan salah satu pengalaman saya yang paling berharga. Sekarang saya bisa berdiri bangga di tengah dunia tahu bahwa saya termasuk salah satu dari sedikitnya orang yang pernah merakit PC-nya sendiri.***

Ebenezer Keriahenta Purba, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here