Bogordaily.net – Pada tanggal 25 Januari, saya dan sahabat saya memutuskan untuk pergi ke konser Bogoria yang diadakan di Taman Budaya Sentul, Bogor, Jawa Barat. Konser ini menampilkan musisi-musisi favorit kami seperti Idgitaf, Perunggu, The Changcuters, Hindia, dan Feast.
Sejak pagi, kami sudah tidak sabar, bahkan sempat mengecek ulang tiket berkali-kali untuk memastikan semuanya siap. Namun, cuaca sepertinya tidak mendukung. Langit mendung sejak pagi, dan angin dingin berhembus menandakan kemungkinan hujan.
Benar saja, menjelang siang hujan mulai turun perlahan. Awalnya hanya gerimis, tapi semakin lama semakin deras. Saat kami tiba di venue pada sore hari, tanah sudah mulai becek, dan banyak bagian yang berlumpur.
Beberapa penonton mencoba berteduh dengan jas hujan atau mencari tempat yang lebih kering, tapi saya dan teman saya berpikir, “Ya sudahlah, kita di sini buat seru-seruan!” Akhirnya, kami memilih menikmati hujan, toh, pengalaman konser seperti ini jarang terjadi.
Saat Idgitaf tampil, suasana menjadi lebih syahdu. Lagu-lagu yang dibawakannya terasa begitu emosional. Saya melihat beberapa orang menutup mata, larut dalam lirik yang menyentuh. Saya dan teman saya juga ikut menyanyikan lagu-lagunya dengan khidmat, meskipun suara kami sudah serak akibat terlalu banyak berteriak sebelumnya.
Saat Perunggu naik ke panggung, suasana langsung berubah. Nada pertama dari gitar mereka disambut teriakan penonton. Saya dan teman saya ikut larut dalam euforia, melompat-lompat meski sepatu kami mulai tertanam dalam lumpur.
Basah kuyup? Sudah tidak kami pikirkan lagi. Kami bernyanyi bersama ribuan orang lainnya, merasakan energi yang luar biasa.
Menjelang malam, The Changcuters naik ke panggung dengan semangat khas mereka. Suasana kembali memanas. Saya dan teman saya berteriak, menyanyikan lirik-lirik lagu mereka dengan penuh semangat.
Di sekitar kami, beberapa orang mulai menari bebas, bahkan ada yang sengaja bermain air di genangan hujan. Lampu panggung yang berkelap-kelip membuat semuanya terlihat lebih meriah. Meski kami mulai merasa lelah, tapi semangat penonton membuat energi kami kembali naik.
Ketika Feast tampil, Konser Bogoria mencapai titik puncaknya. Musik mereka yang kuat dan penuh semangat membuat seluruh venue bergemuruh. Kami semua bernyanyi sekuat tenaga, mengangkat tangan ke udara mengikuti ritme musik.
Saya dan teman saya yang awalnya hanya ingin menonton dengan santai, kini ikut terhanyut dalam gelombang antusiasme yang luar biasa. Bahkan, meskipun badan sudah capek, kami tetap berdiri di tengah kerumunan, menikmati setiap lagu yang dimainkan.
Akhirnya, Hindia menutup konser Konser Bogoria, malam itu dengan lagu-lagu andalan mereka. Suasana sedikit melunak, lebih intim. Lampu-lampu panggung menerangi penonton yang masih bertahan meskipun hujan belum juga berhenti. Saya dan teman saya mengangkat tangan, mengikuti irama lagu, menikmati momen terakhir sebelum acara benar-benar usai.
Setelah konser selesai, kami berjalan pelan ke area penjual makanan untuk beristirahat sejenak. Kaki terasa pegal dan pakaian masih basah, jadi semangkuk mie instan panas dan segelas kopi terasa seperti pilihan terbaik.
Sambil makan, kami mengobrol santai tentang betapa serunya konser tadi. Kami membahas momen-momen menarik seperti saat kami harus menyeimbangkan diri di tanah yang semakin licin atau ketika ada penonton yang nekat melepas sepatunya agar lebih bebas melompat di tengah keramaian. Suasana di sekitar masih ramai, banyak orang yang juga menikmati makanan sambil bercerita tentang pengalaman mereka selama konser.
Setelah perut terisi dan badan sedikit lebih hangat, kami memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di sekitar area konser sebelum pulang. Beberapa stand masih buka, menjual merchandise dari band yang tampil malam itu.
Saya sempat tergoda untuk membeli kaos sebagai kenang-kenangan, tetapi akhirnya hanya melihat-lihat karena antriannya cukup panjang. Kami juga melihat beberapa orang yang masih asyik berfoto di beberapa sudut venue, mengabadikan momen mereka sebelum benar-benar meninggalkan tempat.
Perjalanan pulang terasa lebih santai. Kami basah kuyup, baju penuh lumpur, dan suara hampir habis. Tapi tidak ada rasa menyesal sedikit pun. Di perjalanan, kami terus membahas bagian-bagian terbaik dari konser, mencoba mengingat setlist yang dimainkan, dan bahkan sudah mulai merencanakan konser berikutnya yang ingin kami datangi.***
Ahmad Dzakwan At-Taqy
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media