Monday, 31 March 2025
HomeBeritaPengaruh Fitur Kolom Komentar di Media Sosial terhadap Gaya Komunikasi Remaja

Pengaruh Fitur Kolom Komentar di Media Sosial terhadap Gaya Komunikasi Remaja

Bogordaily.net – Media sosial dapat berpengaruh pada perubahan gaya komunikasi remaja. Media sosial adalah media yang paling sering digunakan oleh masyarakat khususnya para remaja. Salah satu pengaruh gaya komunikasi yang dialami oleh ramaja berasal dari fitur yang ada di media sosial, yaitu kolom komentar.

Kolom komentar juga sering dijadikan para remaja sebagai tempat untuk mengekspresikan diri dan berinteraksi. Selain itu, banyak remaja yang menjadikan fitur komentar sebagai tempat mencari hiburan dengan membaca respons orang lain terhadap suatu unggahan di media sosial. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh gaya komunikasi dalam kehidupan digital remaja.

Fitur Kolom Komentar di Media Sosial sebagai Sarana Ekspresi dan Interaksi

Fitur kolom komentar di media sosial dapat mengubah remaja dalam berkomunikasi. Interaksi di kolom komentar dapat menjangkau relasi yang lebih luas dibandingkan berinteraksi secara langsung. Para remaja dapat berinteraksi dengan banyak orang, seperti selebritas ataupun orang asing.

Selain menjadi tempat berinteraksi satu sama lain terhadap respons suatu unggahan, kolom komentar juga dapat menjadi ruang hiburan bagi remaja.

Mereka sering membuka kolom komentar untuk melihat interaksi para audiens dan mencari kelucuan, sarkasme, atau debat menarik yang terjadi di antara pengguna lain.

Bahkan, dalam beberapa kasus, komentar bisa lebih menghibur daripada konten utama yang diunggah.

Menurut Digital 2023 oleh We Are Social, rata-rata pengguna media sosial di Indonesia menghabiskan waktu 3 jam 11 menit per hari untuk menggunakan media sosial.

Meskipun laporan ini tidak secara spesifik menyebutkan persentase remaja yang membaca komentar sebagai hiburan ataupun hal lainnya, durasi penggunaan yang tinggi menunjukkan bahwa interaksi seperti membaca dan menulis komentar menjadi bagian penting dari aktivitas mereka di media sosial.

Selain itu, banyak remaja memanfaatkan kolom komentar untuk mengekspresikan diri ataupun perasaan mereka terhadap isu atau fenomena yang sedang viral.

Rata – rata para remaja merasa lebih nyaman dan percaya diri ketika dapat mengekspresikan dirinya melalui dunia digital karena dalam berkomentar.

Kita dapat berpikir terlebih dahulu sebelum merespons sesuatu daripada berkomunikasi secara langsung yang harus memberikan respons secara spontan.

Fitur kolom komentar selain dapat menjadi tempat menanggapi atau merespons juga dapat menjadi sarana dalam membentuk opini publik yang mempengaruhi persepsi orang lain.

Dampak Interaksi di Kolom Komentar terhadap Gaya Komunikasi Remaja

Interaksi yang terjadi di ruang publik digital dapat memberikan dampak dan menciptakan gaya komunikasi baru di kalangan remaja, mereka cenderung lebih ekspresif dan spontan.

Gaya bahasa mereka pun lebih singkat dan padat, tetapi memiliki makna yang jelas dan dapat diphami oleh para remaja itu sendiri.

Perubahan gaya bahasa dari adanya fitur kolom komentar di media sosial yaitu penggunaan singkatan, emoji, istilah viral atau singkatan bahasa gaul yang mencerminkan bagaimana remaja menciptakan tren komunikasi sendiri.

Misalnya, frasa seperti “bestie,” “slay,” atau “gws” menjadi bagian dari kosakata sehari-hari yang berawal dari interaksi di media sosial. Gaya bahasa ini mempercepat cara berkomunikasi, tetapi juga bisa membuat generasi yang lebih tua kesulitan memahami maksudnya.

Namun, tidak semua dampaknya bersifat positif. Kebebasan dalam berkomentar harus dibatasi dan digunakan dengan bijak. Berkomentar secara sarkastik dan kurang bijaksana, seperti berkomentar dengan menggunakan kata – kata gaul yang kasar dan berkomentar lain yang dapat menimbulkan risiko.

Hal ini berpotensi menimbulkan mispersepsi, perdebatan yang tidak sehat, hingga cyberbullying.

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, “Tingginya jumlah pengguna internet usia anak menghadirkan ancaman dan risiko yang besar, salah satunya, yaitu perundungan siber (cyberbullying) kepada anak.”

Salah satu dampak lainnya adalah terbentuknya “echo chamber” atau ruang gema digital. Menurut Unsulbar New, dilansir dari Gatra.com, Echo Chamber Effect adalah situasi dimana seseorang enggan mellihat atau mendengar gagasan, perspektif, atau alternatif lain yang berbeda dari perspektifnya sendiri.

Kemudian seseorang itu lebih suka mendengar gagasan dari orang-orang yang pemikirannya seragam dengan dirinya saja.

Dampak echo camber dapat timbul dari berinteraksi di media sosial, dengan munculnya berbagai pendapat dari berbagai pihak para remaja akhirnya cenderung mencari pendapat atau perspektif yang hanya diinginkan tanpa meamastikan benar salahnya hal tersebut.

Dikutip dari Unsulbar News “efek dari echo camber, yaitu mereka akan terus kekeh dengan pendapat masing-masing. Seakan tutup telinga dengan pendapat orang lain. Berakhir mereka akan kesulitan menemukan solusi dari suatu permasalahan atau peristiwa yang terjadi.”

Oleh karena itu, remaja harus selektif dan kritis dalam menerima informasi di kolom komentar karena tidak semua informasi yang beredar di media sosial dapat dipercaya.

Remaja perlu memiliki kesadaran dalam melihat berbagai perspektif ataupun argument seseorang, menerima informasi dari kolom komentar dan berkomentar secara bijak agar terhindar dari dampak negatifnya.

Fitur komentar di media sosial telah mengubah gaya komunikasi atau cara remaja berkomunikasi, komunikasi yang secara spontan dan singkat serta timbul berbagai macam bahasa gaul yang baru dan digunakan untuk berkomunikas sehari – hari di media sosial melalui fitur kolom komentar.

Adanya fitur ini tidak hanya digunakan sebagai sumber hiburan, tetapi juga sebagai wadah untuk mengekspresikan opini, mencari informasi baru dan membangun komunitas digital. Kebebasan dalam berkomentar juga membawa tantangan, terutama dalam hal etika dan dampaknya terhadap hubungan sosial.

Maka dari itu, penting bagi remaja untuk memahami konsekuensi dari setiap komentar yang mereka buat agar tidak menimbulkan konflik atau dampak negatif bagi orang lain.

Selain itu, remaja harus lebih selektif dalam menerima informasi di kolom komentar, memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar dan terbuka serta menghargai dari setiap perbedaan perspektif yang ada agar para remaja dapat memanfaatkan media sosial secara positif, menjadikannya sebagai ruang interaksi yang baik, edukatif, dan menghibur.***

Muthiah Azalia Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here