Wednesday, 2 April 2025
HomeBeritaPengaruh Komunikasi Digital dan Fenomena Echo Chamber Terhadap Pembentukan Opini Publik

Pengaruh Komunikasi Digital dan Fenomena Echo Chamber Terhadap Pembentukan Opini Publik

Bogordaily.net – Dalam beberapa dekade terakhir, komunikasi digital telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini didorong oleh kemajuan teknologi dan semakin luasnya akses internet. Perubahan ini telah mengubah secara mendasar cara masyarakat berinteraksi, berbagi informasi, dan membentuk opini. Media sosial, yang mencakup platform seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan YouTube, kini menjadi alat utama bagi individu dan kelompok untuk menyebarkan opini, berita, dan informasi secara langsung kepada khalayak yang luas, tanpa batasan geografis dan waktu.

Sebelum era digital, media massa tradisional seperti televisi, radio, dan surat kabar memegang peran dalam penyebaran informasi dan pembentukan opini publik. Kini, platform digital memungkinkan komunikasi langsung tanpa perantara, memberikan kesempatan bagi pengguna untuk terhubung dan terlibat dalam diskusi yang lebih luas.

Namun, di balik kebebasan berbagi opini, berita, dan informasi, muncul tantangan serius yang disebut dengan “echo chamber”. Fenomena ini, yang mungkin sudah familiar bagi pengguna aktif media sosial, terjadi ketika seseorang hanya terpapar pada pandangan, ide, atau informasi yang sesuai dengan keyakinan dan prasangka mereka yang sudah ada dan algoritma media sosial seringkali memperkuat fenomena ini dengan menampilkan konten yang relevan dengan preferensi pengguna, sehingga menciptakan lingkaran informasi yang homogen.

Echo chamber tidak hanya terjadi di media sosial saja, tetapi juga terjadi dalam kehidupan nyata. Dalam komunikasi digital, fenomena ini memperburuk polarisasi, menyebarkan bias informasi, dan menurunkan kualitas diskusi publik.

Definisi Echo Chamber dalam Dunia Digital
Menurut Khairina J. H. W at al (2022). Echo chamber merupakan fenomena yang terjadi yang terjadi dilingkungan online di mana orang-orang dalam lingkungan tersebut hanya berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pemikiran serupa dengan dirinya, sehingga tidak ada interaksi yang cukup dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang berbeda. Echo chamber dapat menciptakan ketidaksesuaian terkait perspektif orang-orang sehingga mereka menjadi sulit melihat dan mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Orang-orang seperti ini biasanya sulit diajak diskusi tentang sesuatu yang rumit atau yang bertentangan dengan pandangan dan pendapatnya.

Mekanisme terjadinya echo chamber di dunia digital dipengaruhi oleh interaksi antara algoritma media sosial dan perilaku pengguna. Salah satu mekanisme utamanya adalah penggunaan algoritma ‘filter bubble’. Algoritma ini menyajikan konten serupa dan mengelompokkan pengguna dengan mereka yang memiliki kesukaan atau opini yang sama. Hal ini didasarkan pada preferensi dan aktivitas pengguna, seperti like, klik, pencarian, komentar, dan share, untuk menentukan topik yang diminati. Algoritma ini dapat membuat pikiran kita terbiasa dengan konten favorit yang nyaman, sehingga akhirnya membuat kita menutup mata terhadap dunia di luar topik tersebut.

Selanjutnya, mekanisme terjadinya echo chamber dapat dilihat melalui interaksi yang menciptakan lingkungan homogen. Rata-rata pengguna media sosial cenderung berinteraksi dengan individu yang memiliki pandangan serupa, sehingga lingkungan yang homogen ini memperkuat keyakinan mereka dan mengurangi keterbukaan terhadap pandangan yang berbeda. Selain itu polarisasi politik juga menjadi salah satu pemicu terjadinya. Dalam polarisasi politik, orang-orang hanya terpapar dengan pandangan atau informasi yang sesuai dengan apa yang sudah mereka percayai atau inginkan, sehingga dapat memperkuat pandangan yang sudah ada dan mengurangi kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan pendapat atau informasi yang berbeda.

Pembentukan Opini Publik di Era Digital
Sifat media sosial sebagai ruang publik memiliki pengaruh besar dalam pembentukan opini publik. Pengguna dapat berbagi informasi, berdiskusi, dan bahkan membentuk persepsi masyarakat. Sebagaimana diungkapkan dalam jurnal Media Sosial Sebagai Ruang Publik karya Salman, media sosial memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk menyebarkan informasi dari perspektif mereka sendiri. Hal ini menjadikan media sosial sebagai ruang publik yang terbuka, di mana setiap orang dapat menyampaikan pendapat dan berkontribusi dalam pembentukan opini publik.

Peran Echo Chamber dalam Membentuk Opini Publik
Dalam era digital, echo chamber berperan penting dalam pembentukan opini publik. Algoritma media sosial, seperti yang digunakan pada fitur share dan retweet, mempercepat penyebaran informasi hingga menjangkau jutaan pengguna dalam waktu singkat. Akibatnya, informasi yang viral dalam echo chamber dapat dengan cepat mempengaruhi opini publik. Semakin tinggi interaksi di dalam echo chamber, semakin besar pula pengaruhnya terhadap pembentukan opini publik. Suhendra & Pratiwi, (2024).

Dampak Negatif Echo Chamber terhadap Opini Publik
Dilansir dari jurnal Peran Komunikasi Digital dalam Pembentukan Opini Publik: Studi Kasus Media Sosial Suhendra dan Pratiwi, (2024) menjelaskan bahwa algoritma media sosial dapat memperkuat bias konfirmasi. Hal ini serupa dengan peran echo chamber dalam membentuk opini publik melalui polarisasi. Echo chamber mengumpulkan orang-orang dengan pandangan serupa, yang dapat menyebabkan polarisasi opini. Akibatnya, terjadi masalah pada diskusi publik dan masyarakat terpecah-pecah karena memiliki pendapat yang sangat bertolak belakang.

Selain itu, echo chamber berkontribusi pada penyebaran disinformasi dan hoaks. Individu cenderung menerima informasi tanpa memverifikasi kebenarannya, sehingga informasi palsu menyebar dengan cepat dan diterima sebagai kebenaran di dalam kelompok. Hal ini memperburuk kebingungan publik dan merusak kepercayaan terhadap sumber informasi, serta menurunkan kualitas informasi yang beredar.

Solusi untuk Mengatasi Dampak Buruk Echo Chamber
Untuk mengatasi tantangan-tangangan yang sedang beredar di era digital ini, diperlukan solusi dari aspek komunikasi digital yang komprehensif. Salah satu solusi utama adalah peningkatan literasi digital, yang penting untuk membantu individu mengevaluasi informasi secara kritis dan menghindari terjebak dalam echo chamber. Literasi digital mengajarkan individu untuk memeriksa dan memverifikasi informasi yang diterima, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh informasi palsu atau bias. Selain itu, berinteraksi dengan individu yang memiliki pandangan berbeda juga sangat penting untuk memperluas pemahaman tentang suatu isu dan menghindari polarisasi. Keterbukaan terhadap berbagai perspektif dan kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda juga diperlukan untuk membangun diskusi publik yang sehat. Terakhir, penggunaan teknologi dan media sosial yang bijaksana sangat penting untuk mendapatkan informasi yang akurat dan menghindari penyebaran hoaks atau disinformasi yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.***

Ginandita Novi Andhini
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here