Tuesday, 11 March 2025
HomeViralPeran Media Sosial sebagai Media Massa di Kalangan Mahasiswa

Peran Media Sosial sebagai Media Massa di Kalangan Mahasiswa

Bogordaily.net – Media sosial telah berkembang pesat menjadi salah satu alat komunikasi utama di kalangan masyarakat, termasuk di kalangan mahasiswa. Media Sosial (medsos) adalah media yang mendukung interaksi sosial manusia yang berbasis daring.

Melalui medsos, batas-batas teritorial tidak lagi menjadi kendala besar dalam berinteraksi. Medsos secara kualitatif berbeda dengan komunikasi daring dua arah, misalnya chat atau SMS.

Komunikasi yang awalnya hanya dapat dilakukan antar dua orang, lalu menjadi interaksi yang interaktif dengan melibatkan banyak orang, misalnya melalui , , instagram, youtube, line, dan sebagainya.

Dengan tingginya jumlah pengguna internet, maka diasumsikan bahwa pola perilaku berkomunikasi juga turut berubah. Sebagaimana dalam proses komunikasi, seorang pengguna tidak hanya berperan sebagai konsumen media namun dapat menjadi produsen informasi.

Dan kini, seiring berkembang pesatnya teknologi untuk berkomunikasi tersebut, penggunanya pun bukan hanya dapat menerima informasi terkini, namun juga dapat menjadi penyebar informasi tersebut.

Kietzmann, dkk (2011) menyatakan fungsi medsos sebagai sebuah platform atau aplikasi yang bersifat sosial memiliki setidaknya tujuh fungsi yakni sebagai media identitas, media percakapan, media berbagi, media eksistensi, media hubungan sosial, media berkelompok, dan media reputasi.

Sebagai media massa, media sosial memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini publik, termasuk di kalangan mahasiswa yang merupakan salah satu kelompok masyarakat yang dinamis dan kritis.

Artikel ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana mahasiswa memanfaatkan media sosial untuk mencari informasi, berinteraksi dengan sesama mahasiswa, serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.

Media Sosial sebagai Sarana Informasi

Pada bulan April 2007, Pew Research Center for the People and the Press merilis hasil penelitiannya mengenai pengetahuan masyarakat Amerika terhadap national public affairs.

Sebagian besar hasil temuan para peneliti tersebut sepertinya logis- mereka yang terididik lebih mengetahui public affairs dibanding mereka yang kurang berpendidikan; mereka yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi lebih banyak memperoleh informasi dari mereka yang berpendapatan rendah; para pemilih terdaftar lebih banyak tahu dari mereka yang tidak terdaftar; mereka yang senang “mengikuti perkembangan berita” punya pengetahuan lebih banyak dari mereka yang tidak; mereka yang memiliki berbagai sumber informasi lebih banyak membperoleh informasi.

Salah satu pemanfaatan utama media sosial oleh mahasiswa adalah untuk memperoleh informasi, baik itu terkait dengan berita terkini, perkembangan akademik, maupun informasi mengenai kegiatan kampus.

Mahasiswa cenderung lebih memilih media sosial daripada media tradisional untuk memperoleh informasi karena akses yang cepat dan interaktif. Platform seperti , Instagram, dan sering digunakan oleh mahasiswa untuk mengikuti akun-akun yang menyajikan informasi pendidikan, politik, budaya, dan hiburan. Dengan akses yang cepat dan mudah, mahasiswa dapat memperbarui pengetahuan mereka secara real-time.

Media sosial juga berfungsi sebagai sarana untuk berinteraksi dengan teman, dosen, dan sesama mahasiswa. Banyak mahasiswa yang menggunakan grup , Line, atau platform lainnya untuk berdiskusi dan memenuhi tugas kuliah, berbagi sumber referensi, atau bahkan membahas topik-topik yang lebih luas seperti organisasi maupun kegiatan yang masih terkait dengan bidang studi mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa media sosial tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga sebagai alat yang mendukung perolehan informasi dengan lebih mudah, serta mendukung aktivitas akademik yang tentunya sangat membantu dan bermanfaat banyak bagi mahasiswa.

Sebagai contoh, salah satu media sosial yang mendukung aktivitas akademik yang dapat sangat membantu mahasiswa adalah platform YouTube.

YouTube menjadi pilihan yang tepat bagi pelajar karena youtube bisa digunakan sebagai tempat bagi tenaga pengajar seperti guru atau dosen mengupload video materi pelajaran diyoutube sehingga memudahkan pelajar untuk mempelajari materi yang disampaikan.

Dan pelajar juga bisa mempelajari materi dengan mencari video sesuai materi pelajarannya yang diupload oleh orang lain di youtube (Silvia Septhiani 2022).

Media Sosial sebagai Sarana Berpartisipasi

Dapat diakui bahwa kini media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mahasiswa. Platform seperti Instagram, /X, TikTok, dan YouTube digunakan tidak hanya untuk bersosialisasi tetapi juga untuk mendapatkan informasi dan berita terkini.

Dengan fitur yang memungkinkan setiap individu untuk menjadi penyebar informasi, media sosial telah mengubah paradigma media massa yang sebelumnya terpusat pada institusi media tradisional.

Selain sebagai sarana informasi dan akademik, media sosial juga berfungsi sebagai platform yang memungkinkan mahasiswa untuk terlibat dalam diskusi isu-isu terkini.
Dikutip dari sebuah artikel oleh Arlina dan Rahma Do Subuh yang melakukan penelitian terhadap mahasiswa di Universitas Khairun bahwa media sosial telah memberikan pengaruh yang berkaitan dengan psikologi sosial yakni tentang harapan dari sebuah hubungan sosial dan peningkatan minat mahasiswa terhadap aktivitas ekonomi dari tayangan konten atau iklan.

Di kalangan mahasiswa, media sosial tidak hanya digunakan untuk menyuarakan opini pribadi, tetapi juga untuk memperjuangkan hak-hak sosial, seperti hak pendidikan, kebebasan berbicara, dan keadilan sosial.

Dalam banyak kasus, isu-isu seperti kebijakan pendidikan, hak asasi manusia, dan permasalahan sosial lainnya mendapat perhatian besar melalui kampanye di platform media sosial. Gerakan-gerakan mahasiswa pro-demokrasi di berbagai negara banyak didorong oleh aktivisme di media sosial, di mana mahasiswa dan pemuda menjadi aktor utama dalam memperjuangkan nilai-nilai tersebut.

Mahasiswa dikenal sebagai kelompok yang aktif dalam berbagai isu, baik isu perekonomian, sosial maupun politik Media sosial memberikan platform bagi mereka untuk berpartisipasi dalam diskusi dan beropini mengenai isu terkini yang terjadi, baik dalam lingkup kampus maupun lebih luas.

Diskusi ini sering kali mendorong mereka untuk lebih kritis terhadap informasi yang diterima. Mahasiswa juga biasa menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi mengenai aksi atau gerakan tertentu, mengkampanyekan isu-isu penting, serta untuk membentuk opini publik terkait dengan berbagai permasalahan mulai dari permasalahan sosial hingga politik.

Dengan jangkauan yang luas dan kemampuan untuk menarik perhatian publik, media sosial telah mengubah cara mahasiswa berpartisipasi dalam diskursus publik.

Mereka tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga sebagai penghasil dan penyebar opini publik. Namun, peran media sosial dalam pembentukan opini publik bukan tanpa tantangan. Dalam hal ini, kemampuan mahasiswa untuk menyaring dan mengevaluasi informasi menjadi sangat penting.

Media Sosial sebagai Salah Satu Tantangan
Meskipun media sosial menawarkan berbagai manfaat dalam penggunaannya, mahasiswa juga menghadapi sejumlah tantangan yang tidak dapat diabaikan. Salah satu masalah utama adalah penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks.

Karena sifatnya yang sangat cepat dan mudah untuk dibagikan, informasi yang salah dapat dengan mudah tersebar luas di platform seperti , , dan .

Hoaks ini seringkali mempengaruhi opini publik, termasuk di kalangan mahasiswa, yang juga sering kali tidak memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya.
Masalah lainnya adalah rendahnya tingkat literasi media di kalangan sebagian mahasiswa.

Meskipun banyak mahasiswa yang aktif di media sosial, tidak semua dari mereka memiliki kemampuan untuk secara kritis menilai dan menganalisis informasi yang mereka terima. Tanpa kemampuan literasi media yang memadai, mahasiswa berisiko jatuh ke dalam perangkap berita palsu atau menjadi korban informasi yang menyesatkan.

Oleh karena itu, pendidikan literasi digital menjadi hal yang sangat penting untuk mengatasi masalah ini, di mana mahasiswa diajarkan untuk memverifikasi informasi sebelum membagikannya, serta memahami cara kerja algoritma media sosial yang dapat memperkuat bias informasi.

Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan juga berpotensi mengganggu fokus dan produktivitas mahasiswa. Ketergantungan pada media sosial untuk hiburan, interaksi sosial, atau sekadar scrolling feed dapat mengurangi waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar atau melakukan kegiatan akademik lainnya.

Hal ini sering disebut sebagai “media sosial adiksi” yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mahasiswa. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan tingkat kecemasan, depresi, dan stres, terutama jika mahasiswa merasa tertekan untuk selalu terhubung atau mendapatkan pengakuan sosial melalui likes dan komentar.***

Ratu Prameswari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here