Monday, 31 March 2025
HomeTravellingPerjalanan dari Jakarta ke Maroko: Mengunjungi Orang Tua dan Menjelajahi Keindahan Negeri...

Perjalanan dari Jakarta ke Maroko: Mengunjungi Orang Tua dan Menjelajahi Keindahan Negeri Maghribi

Bogordaily.net – Pada tanggal 16 Desember 2024, saya memulai perjalanan panjang dari Jakarta menuju Maroko untuk mengunjungi ibu saya yang sedang bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Rabat. Sejak beberapa bulan sebelumnya, saya telah menyiapkan segala keperluan perjalanan, mulai dari tiket pesawat, visa, hingga pakaian yang sesuai dengan musim dingin di Maroko.

Ini adalah perjalanan yang sangat saya nantikan, bukan hanya karena ingin bertemu ibu setelah sekian lama, tetapi juga karena saya ingin mengeksplorasi budaya dan keindahan negeri Maghribi tersebut. Selain itu, perjalanan ini merupakan pengalaman pertama saya keluar negeri, dan saya melakukan solo travelling sepanjang perjalanan ini.

Perjalanan Jakarta – Maroko dengan Transit di Turki
Pada malam tanggal 16 Desember 2024, saya berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Malaysia untuk penerbangan awal. Dari Kuala Lumpur, saya melanjutkan penerbangan ke Istanbul, Turki, yang menjadi titik transit saya selama lima jam.

Bandara Istanbul sangat besar dan modern, dengan berbagai fasilitas yang memanjakan para penumpang. Saya memanfaatkan waktu transit ini untuk beristirahat sejenak dan menikmati suasana bandara yang ramai.

Setelah transit, saya kembali melanjutkan penerbangan menuju Maroko dengan tujuan akhir Bandara Mohammed V di Casablanca. Setelah perjalanan udara yang panjang dan melelahkan, akhirnya saya tiba di Maroko pada tanggal 17 Desember 2024.

Begitu tiba, saya merasakan hawa sejuk khas musim dingin yang langsung menyambut saya. Dari Casablanca, saya melanjutkan perjalanan ke Rabat, ibu kota Maroko, tempat ibu saya tinggal.

Tinggal di Rabat Bersama Ibu
Sesampainya di Rabat, saya disambut hangat oleh ibu pemilik apartemen di apartemennya. Ibu saya tinggal di sebuah apartemen yang berlokasi tidak jauh dari kantor kedutaan dan berada dalam satu lantai dengan pemiliknya.

Lingkungan sekitar apartemen sangat nyaman dan tenang, dengan arsitektur khas Maroko yang indah. Selama di sana, saya berkesempatan mengunjungi kantor kedutaan dan melihat bagaimana ibu bekerja sebagai perwakilan Indonesia di negeri Maghribi ini.

Menikmati Keindahan Ifrane dan Pengalaman Pertama Melihat Salju
Salah satu pengalaman paling berkesan selama di Maroko adalah perjalanan ke Ifrane. Kota ini terkenal dengan julukan “Little Switzerland” karena keindahan alamnya yang menyerupai wilayah pegunungan di Eropa. Ini adalah pertama kalinya saya melihat dan merasakan salju secara langsung.

Keindahan pegunungan yang tertutup salju benar-benar memukau, dan saya tidak melewatkan kesempatan untuk bermain salju serta mengambil banyak foto di sana. Suhu yang dingin membuat pengalaman ini semakin berkesan, dan saya merasa seperti sedang berada di benua lain.

Menjelajahi Kota-Kota Bersejarah: Marrakesh dan Tangier
Selama di Maroko, saya juga mengunjungi beberapa kota bersejarah yang memiliki daya tarik uniknya masing-masing.

Salah satunya adalah Marrakesh, kota yang terkenal dengan pasar tradisionalnya, atau yang dikenal sebagai “souk.” Di sini, saya menyusuri Jemaa el-Fnaa, alun-alun yang selalu ramai dengan pedagang, musisi jalanan, dan pertunjukan budaya khas Maroko.

Arsitektur di Marrakesh didominasi oleh bangunan bernuansa merah bata, yang membuat kota ini dijuluki “Kota Merah.” Saya juga menyempatkan diri untuk berbelanja di medina, kawasan pasar tua yang penuh dengan barang-barang unik seperti karpet, lampu mozaik, dan rempah-rempah khas Maroko.

Selain itu, saya juga mengunjungi Tangier, kota yang terletak di utara Maroko dan berbatasan langsung dengan Selat Gibraltar. Tangier memiliki sejarah panjang sebagai kota pelabuhan yang menghubungkan Afrika dan Eropa.

Salah satu destinasi yang saya kunjungi di sini adalah Gua Hercules, sebuah gua legendaris yang diyakini sebagai tempat peristirahatan Hercules dalam mitologi Yunani. Dari dalam gua, saya bisa melihat pemandangan laut yang menakjubkan melalui celah berbentuk menyerupai peta Afrika.

Tidak jauh dari sana, saya juga mengunjungi Cap Spartel, titik paling barat laut Afrika yang menawarkan panorama laut Atlantik dan Mediterania. Pemandangan matahari terbenam dari Cap Spartel sungguh luar biasa, dan saya menikmati momen tersebut dengan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan.

Mengunjungi Masjid Hassan II di Casablanca
Salah satu destinasi yang tidak boleh dilewatkan di Maroko adalah Masjid Hassan II di Casablanca. Masjid ini adalah salah satu yang terbesar di dunia dan terletak di tepi pantai Atlantik, sehingga memberikan pemandangan laut yang spektakuler.

Keindahan masjid ini terlihat dari arsitektur megahnya yang dihiasi ukiran khas Maroko, dengan menara setinggi 210 meter yang menjadi ikon kota Casablanca. Saya berkesempatan untuk masuk dan melihat interior masjid yang menakjubkan, dengan lampu gantung kristal yang mewah serta lantai marmer yang indah.

Karakter Unik Orang Maroko
Salah satu hal menarik yang saya amati selama di Maroko adalah karakter masyarakatnya yang sangat berbeda dengan Indonesia.

Contohnya, ketika menyebrang jalan, orang Maroko cenderung langsung melangkah tanpa terlalu memperhatikan kendaraan yang lalu lalang.

Hal lain yang unik adalah jika terjadi kecelakaan di jalan, kendaraan yang terlibat biasanya dibiarkan begitu saja di tengah jalan, karena pemiliknya harus menunggu klaim dari asuransi sebelum bisa mengurus kendaraan mereka.

Namun, di balik kebiasaan unik itu, orang Maroko terkenal sangat ramah. Saya berkesempatan berbicara dengan beberapa warga setempat dan melatih kemampuan bahasa Inggris saya.

Meskipun begitu, sebagian besar masyarakat menggunakan bahasa Arab Darija dan Prancis dalam kehidupan sehari-hari, sehingga komunikasi menjadi tantangan tersendiri bagi saya.

Menjelajahi Kuliner Khas Maroko
Selain menikmati keindahan alam dan budaya, saya juga berkesempatan mencicipi berbagai hidangan khas Maroko. Salah satu makanan yang saya coba adalah tajin, sejenis masakan berbahan dasar daging yang dimasak dalam wadah keramik berbentuk kerucut.

Rasa rempahnya yang khas membuat hidangan ini sangat lezat. Selain itu, saya juga mencicipi daging kambing bakar yang dimasak dengan teknik khas Maroko, serta couscous, makanan berbahan dasar gandum yang sering disajikan dengan sayuran dan daging.

Kembali ke Indonesia
Setelah satu bulan berada di Maroko, akhirnya saya harus kembali ke Indonesia. Perjalanan pulang saya tempuh dengan rute dari Casablanca menuju Doha, Qatar, sebelum melanjutkan penerbangan ke Jakarta. Saya memiliki waktu transit selama tiga jam di Bandara Hamad, Doha. Namun, penerbangan saya mengalami delay hampir satu jam, sehingga waktu transit saya menjadi sangat singkat.

Saya pun berlari di bandara Qatar untuk mengejar penerbangan selanjutnya, dan dengan napas terengah-engah, saya akhirnya tiba di pesawat sebagai penumpang terakhir yang naik.

Meskipun perjalanan ini telah berakhir, pengalaman dan kenangan yang saya dapatkan di Maroko akan selalu membekas dalam ingatan saya. Dari keindahan Ifrane yang bersalju, warna-warni pasar di Marrakesh, mitos kuno Gua Hercules, hingga keindahan Masjid Hassan II di Casablanca, semuanya menjadi bagian dari perjalanan solo travelling pertama saya ke luar negeri yang tidak akan saya lupakan.***

Muhammad Farhan Aufar (Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media SV IPB University)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here