Bogordaily.net – Pada setiap perjalanan karier, ada cerita panjang tentang dedikasi, pilihan, serta inspirasi yang membentuk seseorang menjadi dirinya hari ini. Ibu Irma Sriwijayanti, S.E., M.Ak. lahir di Jakarta pada 12 Februari 1989.
ADVERTISEMENT
Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan. Ayahnya merupakan seorang sarjana teknik sipil yang memilih jalur wirausaha sebagai kontraktor, sementara ibunya adalah seorang guru akuntansi.
Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, Ibu Irma memiliki kakak laki-laki yang menitik karier di bidang teknik sipil seperti sang ayah dan seorang adik yang berkecimpung di dunia akuntansi di salah satu firma akuntansi terbesar di dunia, EY.
ADVERTISEMENT
Dibesarkan dalam keluarga dengan latar belakang akademik dan profesional yang kuat, keputusan untuk mengambil jurusan akuntansi bukan hanya karena peluang kerja yang luas, tetapi juga karena dorongan dan inspirasi dari ibunya.
ADVERTISEMENT
Masa kecil Irma penuh dengan perpindahan. Ia menghabiskan sebagian tahun awal pendidikannya di Kupang, Nusa Tenggara Timur, sebelum akhirnya pindah ke Bandar Lampung.
Di sana, beliau menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di SD Persit, SMP Negeri 2 Bandar Lampung, dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung.
Setelah lulus SMA, beliau melanjutkan studi ke Universitas Indonesia (UI), salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, dengan mengambil jurusan Akuntansi.
Setelah menyelesaikan studi S1, beliau memiliki keinginan untuk bergabung dengan perusahaan akuntansi besar (Big Four) sebagai auditor, tetapi gagal dalam tahap wawancara.
Meski sempat merasa kecewa, ia tidak menyerah. Kesempatan lain datang ketika ia diterima di Bank Mandiri melalui jalur Officer Development Program (ODP).
Bekerja di dunia perbankan merupakan pengalaman berharga bagi Ibu Irma. Selama lima tahun, ia berperan sebagai Relationship Manager (RM) di Commercial Banking, sebuah posisi strategis dalam menganalisis kredit dan menangani nasabah korporasi.
Meski kariernya berkembang dengan baik, ia merasakan bahwa ritme kerja di dunia perbankan cukup menantang, terutama dengan tuntutan waktu yang tinggi.
Setelah lima tahun di Bank Mandiri, beliau melanjutkan perjalanan profesionalnya setelah menyelesaikan studi S2, dan mulai bekerja pada sektor swasta di sebuah perusahaan otomotif asal Tiongkok, LZWL, anak perusahaan Wuling selama lebih dari dua tahun.
Di tengah kesibukannya berkarier, beliau menyadari bahwa dirinya menginginkan sesuatu yang lebih.
Inspirasi terbesar datang dari ibunya, yang sebagai pendidik mampu mencapai keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi.
Keinginan untuk memiliki work-life balance serta kecintaan terhadap ilmu pengetahuan mendorong Irma untuk kembali ke dunia akademik.
Beliau pun melanjutkan pendidikan S2 di bidang Magister Akuntansi di Universitas Indonesia. Setelah menikah, menyelesaikan studinya, dan kembali bekerja selama 2 tahun, Irma mengambil langkah besar dalam hidupnya, yaitu dengan meninggalkan dunia korporasi dan memilih jalur akademik dengan menjadi dosen.
Keputusan ini terbukti tepat ketika ia berhasil lolos seleksi CPNS sebagai dosen di Sekolah Vokasi IPB University, sebuah pencapaian yang ia banggakan. Salah satu momen paling membanggakan dalam perjalanannya adalah ketika ia meraih peringkat pertama dalam ujian SKD CPNS 2023 di Jakarta, mengungguli 436 peserta lainnya.
Dalam perjalanannya, beliau selalu mengagumi individu-individu dengan kecerdasan emosional tinggi, seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani dan praktisi mindfulness, Adjie Santosoputro. Ia percaya bahwa ketenangan, kesabaran, dan langkah yang terencana adalah kunci dalam menghadapi tantangan hidup dan karier.
Filosofinya dalam hidup adalah “live original, live ordinary“, yang berarti menjalani hidup dengan autentisitas dan tidak berpura-pura menjadi orang lain.
Baginya, menjadi diri sendiri adalah bentuk pencapaian tertinggi seseorang, di mana seseorang tak lagi merasa perlu mencari validasi dari orang lain.
Sebagai seorang akademisi, Ibu Irma memiliki visi besar untuk pendidikan vokasi di Indonesia.
Salah satu harapannya adalah adanya penambahan tenaga kependidikan agar dosen dapat lebih fokus pada Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sehingga, kualitas riset dan pengajaran dapat meningkat dan berkontribusi pada dunia akademik secara lebih luas.
Bagi Ibu Irma, kunci keberhasilan bukan hanya soal kecerdasan akademik, tetapi juga bagaimana seseorang mampu mengelola pikirannya dengan baik. Ia selalu menekankan
pentingnya fokus pada masa kini, menyelesaikan tantangan satu per satu, dan menghindari sikap terburu-buru dalam mengambil keputusan.
“Berfokuslah pada masa kini dan selesaikan setiap permasalahan secara bertahap, satu demi satu, tanpa terburu-buru. Melalui kesabaran, setiap tantangan akan menemukan solusinya seiring waktu.”
Dengan prinsip ini, Ibu Irma Sriwijayanti terus melangkah, menginspirasi, dan berkontribusi dalam dunia pendidikan, membuktikan bahwa setiap perjalanan karier memiliki makna dan tujuan yang lebih besar dari sekadar profesi.***
Nathaniela Anya J.M Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB