Bogordaily.net – Perjalanan ini berlangsung selama empat hari, dimulai dari tanggal 15 hingga 19 Desember 2024. Aku pergi bersama ibuku serta keluarga dari sepupu ibu, sementara ayah dan adik-adikku tidak ikut.
Berbeda dengan keluargaku yang berangkat dari Pekanbaru, aku berangkat sendiri dari Jakarta. Hal ini dikarenakan jadwal penerbanganku lebih awal, aku tiba di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) sekitar pukul dua siang.
Awalnya aku mengira hanya perlu menunggu sebentar, tetapi ternyata penerbangan mereka mengalami beberapa kali delay hingga akhirnya baru tiba di KLIA sekitar pukul lima sore.
Menunggu selama tiga jam di bandara terasa cukup lama. Aku menghabiskan waktu dengan menonton film di laptop, bermain ponsel, serta sesekali berjalan ke toilet untuk menghilangkan rasa bosan. Begitu mereka tiba, perjalanan pun dimulai.
Kami dijemput menggunakan camper van, kendaraan yang bisa menampung sekitar 12 orang, mengantar kami ke tujuan. Dari bandara, kami langsung menuju Bukit Bintang, tetapi sebelum sampai di apartemen, kami makan malam terlebih dahulu di sebuah restoran Indonesia.
Setelah perjalanan cukup panjang, rasanya menyantap makanan yang familiar seperti nasi dan lauk rendang menjadi pilihan yang paling tepat.
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan ke Apartemen Fahrenheit, tempat kami menginap selama di Kuala Lumpur. Apartemen ini memiliki lokasi yang sangat strategis karena terhubung langsung dengan pusat perbelanjaan.
Malam harinya, aku turun untuk mencari SIM card lokal agar lebih mudah dalam mengakses internet selama perjalanan. Sambil berjalan-jalan di sekitar Fahrenheit, aku dan mama juga sekalian mengeksplorasi area sekitar, termasuk mall yang terhubung dengan apartemen.
Di pagi hari berikutnya, kami bersiap untuk perjalanan ke Genting Highlands, salah satu destinasi wisata terkenal di Malaysia yang berada di dataran tinggi.
Perjalanan ke sana memakan waktu cukup panjang, sehingga kami menggunakan camper van dengan sopir dan tour guide. Dalam perjalanan, tour guide kami bercerita banyak tentang Malaysia, termasuk asal-usul Kuala Lumpur.
Ia menjelaskan bahwa nama “Kuala Lumpur” berasal dari bahasa Melayu, yang berarti “pertemuan sungai berlumpur.” Dahulu, Kuala Lumpur adalah tempat bertemunya Sungai Gombak dan Sungai Klang, yang menjadi titik awal berkembangnya kota ini.
Daerah ini awalnya merupakan lokasi pertambangan timah yang kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan.
Di tengah perjalanan, aku mulai merasa tidak enak badan karena penyakit maag yang kambuh. Begitu sampai di Genting, aku langsung mencari drugstore terdekat untuk membeli obat di dalam SkyAvenue.
Setelah istirahat sebentar, barulah aku bisa menikmati perjalanan kembali. Kami menaiki Awana Skyway, gondola yang membawa kami ke puncak Genting.
Kali ini, kami memilih Glass Floor Gondola, yang lantainya transparan sehingga langsung memperlihatkan pemandangan hutan dan jurang di bawahnya. Sensasinya cukup menegangkan, tetapi pemandangannya sangat menakjubkan.
Sesampainya di atas, suasana terasa jauh lebih sejuk dengan kabut tipis. Kami berjalan-jalan, melihat-lihat berbagai toko dan pusat hiburan, serta mampir ke beberapa toko suvenir. Setelah puas berjalan-jalan, kami melanjutkan perjalanan ke Batu Caves.
Batu Caves adalah salah satu tempat ikonik di Malaysia, berupa kompleks gua batu kapur dengan kuil Hindu di dalamnya. Di pintu masuknya, terdapat patung Dewa Murugan berwarna emas yang menjadi salah satu daya tarik utama.
Kami tidak menaiki ratusan anak tangga menuju gua, tetapi hanya berhenti sebentar untuk berfoto di area depan sebelum melanjutkan perjalanan.
Dari Batu Caves, kami mengunjungi pusat oleh-oleh, tempat di mana kita bisa mencicipi berbagai makanan oleh-oleh khas Malaysia. Di sini, banyak produk yang bisa dicoba sebelum membeli, mulai dari coklat, kopi khas Malaysia, hingga camilan tradisional.
Hari selanjutnya, kami mengunjungi KLCC (Kuala Lumpur City Centre) dan Suria KLCC, pusat perbelanjaan yang terletak di bawah Menara Kembar Petronas.
KLCC dikenal sebagai salah satu pusat perbelanjaan ekslusif di Malaysia, dengan berbagai merek internasional dan suasana yang lebih spesial dibandingkan pusat perbelanjaan lain yang kami kunjungi setelahnya.
Di sana, aku dan keluargaku mulai shopping spree, membeli beberapa barang seperti parfum, sepatu, hingga oleh-oleh untuk keluarga di rumah.
Setelah berkeliling beberapa saat, kami memutuskan untuk makan siang di Food Court yang ada di dalam Suria KLCC.
Namun, di sinilah momen genting terjadi. Aku hampir saja menghilangkan handphone-ku.
Saat selesai makan dan hendak turun untuk berfoto di depan Menara Kembar Petronas, aku baru menyadari bahwa handphone-ku tidak ada.
Aku langsung mencari di dalam tas dan kantong belanjaan tetapi tidak menemukannya. Untungnya, tanteku yang melihat handphone-ku yang tertinggal di meja makan segera mengambilnya sebelum aku menyadarinya.
Setelah insiden tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke Sungai Wang, salah satu pusat perbelanjaan terkenal di Kuala Lumpur. Berbeda dengan KLCC, Sungai Wang lebih banyak menawarkan barang dengan harga yang lebih terjangkau.
Di sini, kami membeli coklat, Milo, dan KitKat dalam berbagai varian yang khas dan berbeda dari yang ada di Indonesia.
Lalu kami juga sempat mencoba beberapa kuliner seperti coklat kunafa, kunafa keju, dan kebab viral yang juga berada di sekitar Bukit Bintang.
Hari berikutnya, kami menghabiskan waktu untuk mengeksplorasi Fahreinheit Mall dan Pavilion Mall yang berada di seberang apartemen kami.
Setelah puas berkeliling di Pavilion, kami mengunjungi Pasar India, tempat yang terkenal dengan berbagai barang tekstil dan aksesoris.
Aku dan keluargaku sempat sempat berkeliling, karena banyak pilihan warna hijab dan model baju yang menarik dengan harga yang terjangkau.
Lantaran cuaca di Kuala Lumpur hari itu sangat panas, kami memutuskan untuk mencari tempat berteduh dan akhirnya mampir ke Rumah Makan Padang.
Kami hanya memesan beberapa minuman seperti teh tarik dan martabak, karena masih kenyang dari makanan sebelumnya.
Hari terakhir di Malaysia, kami berangkat lebih awal menuju Mitsui Outlet Park, sebuah pusat perbelanjaan yang menawarkan berbagai barang dari brand terkenal dengan harga lebih terjangkau.
Tempat ini cukup populer bagi wisatawan yang ingin membeli produk branded dengan harga diskon. Kami sempat terburu-buru karena masih ingin berbelanja sementara waktu keberangkatan ke bandara semakin dekat.
Akhirnya, semua belanja dilakukan dengan cepat, lalu kami langsung menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Perjalanan ini mungkin hanya berlangsung selama beberapa hari, tetapi penuh dengan pengalaman menarik dan mengesankan.
Dari shopping spree, naik gondola, mencicipi kuliner viral, hingga insiden HP hilang, semuanya menjadi bagian dari cerita perjalanan yang tak terlupakan.***
Nayyara Alya Fazila
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB