Bogordaily.net – Di balik dunia akademik yang kerap dianggap penuh dengan teori dan penelitian yang kompleks, ada individu-individu yang menjadikannya sebagai jalan pengabdian. Salah satunya adalah Yudit Vega Paramitadevi, yang akrab disapa Vega. Sebagai seorang dosen tetap dengan jabatan akademik Asisten Ahli, Vega tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai peneliti dan penggerak sosial. Dedikasinya terhadap ilmu teknik lingkungan dan pengabdian masyarakat telah membawanya ke berbagai ranah akademik dan profesional yang memperkuat keahliannya.
Vega adalah seorang akademisi yang menempuh pendidikan formalnya dengan penuh dedikasi. Ia mengawali pendidikannya di SD St. Antonius 1 Semarang, kemudian melanjutkan ke SMP Domini Goosyavio Semarang, dan menyelesaikan jenjang sekolah menengah atas di SMA Kolese Loyola Semarang.
Sejak kecil, Vega sudah menunjukkan ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang lingkungan dan teknologi. Ketertarikannya pada ilmu teknik lingkungan membawanya untuk menempuh pendidikan tinggi hingga jenjang S3, meskipun tantangan yang dihadapinya tidaklah ringan.
Dalam perjalanan akademiknya, Vega menemukan bahwa teknik lingkungan bukan hanya soal perhitungan dan struktur, tetapi juga tentang bagaimana lingkungan memberikan dampak terhadap kesehatan manusia. Baginya, ilmu ini bukan hanya teori, melainkan sebuah upaya untuk memahami dan mengatasi dampak antropogenik terhadap kehidupan manusia.
Ia meyakini bahwa perubahan lingkungan akibat aktivitas manusia memiliki konsekuensi besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan oleh karena itu, ia terus berusaha mengembangkan penelitian dan program-program yang dapat memberikan solusi nyata.
Awalnya, Vega tidak langsung memilih jalur akademik sebagai kariernya. Ia sempat bekerja di sektor swasta dan bergabung dalam sebuah NGO (Non-Governmental Organization). Namun, pengalaman tersebut membawanya pada kesadaran bahwa dunia akademik adalah panggilannya. Selain karena latar belakang keluarganya yang juga
berkecimpung di dunia pendidikan, ia menyadari bahwa menjadi dosen adalah cara terbaik baginya untuk berbagi ilmu dan terus melakukan penelitian yang bermanfaat.
Salah satu penelitian yang paling berkesan bagi Vega adalah ketika ia melakukan kajian tentang dampak gas buang terhadap para petugas tol. Studi yang dilakukannya memberikan rekomendasi penting bagi BPJS dan PT Jasa Marga dalam meningkatkan perlindungan terhadap kesehatan para pekerja yang sehari-hari terpapar polutan di lingkungan tol.
Dengan adanya penelitian ini, terjadi perubahan kebijakan, termasuk otomatisasi gerbang tol yang mengurangi risiko paparan langsung terhadap petugas. Selain itu, Vega juga terlibat dalam berbagai proyek penelitian yang berfokus pada pengelolaan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Ia pernah melakukan studi mengenai kualitas air di daerah-daerah rawan pencemaran dan bagaimana teknologi sederhana dapat membantu meningkatkan kualitas air bagi masyarakat yang kurang memiliki akses terhadap sumber air bersih.
Penelitiannya juga melibatkan kerja sama dengan berbagai lembaga, baik di tingkat nasional maupun internasional, guna menghasilkan kebijakan berbasis sains yang dapat diterapkan di lapangan.
Selain mengajar dan meneliti, Vega juga aktif dalam berbagai organisasi. Ia pernah menjadi pembina Posyandu untuk meningkatkan kesadaran ibu-ibu terhadap risiko bencana alam. Kini, ia lebih banyak terlibat dalam organisasi internasional seperti International Water Association yang berfokus pada instrumental health.
Selain itu, ia juga turut serta dalam program pengabdian masyarakat di ITB. Di dalam organisasi ini, Vega kerap berbagi pengalaman dan hasil penelitiannya dengan akademisi lain dari berbagai belahan dunia, memperkaya perspektifnya dalam memahami isu-isu lingkungan global.
Menjadi dosen bukanlah tugas yang mudah. Bagi Vega, tantangan terbesar adalah keterbatasan dana riset. Namun, ia mengatasi kendala ini dengan menjalin kolaborasi dan mencari mentor yang lebih berpengalaman.
Ia percaya bahwa kerja sama dengan kolega yang lebih senior dapat membantu dalam menghadapi hambatan dan meningkatkan kualitas penelitian. Selain itu, ia juga aktif dalam mencari pendanaan alternatif melalui hibah penelitian baik dari pemerintah maupun organisasi internasional.
Selain tantangan dalam bidang riset, Vega juga menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan itu sendiri. Perkembangan teknologi yang pesat membuat metode pengajaran harus terus diperbarui agar tetap relevan dengan kebutuhan mahasiswa saat ini.
Ia berusaha mengembangkan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis teknologi digital untuk meningkatkan minat
mahasiswa dalam bidang teknik lingkungan. Vega percaya bahwa pendidikan tidak hanya tentang menghafal teori, tetapi juga bagaimana menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Vega memiliki visi besar sebagai seorang akademisi. Ia tidak hanya ingin mengembangkan ilmu teknik lingkungan, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan sistem edukasi yang lebih menarik dan efektif.
Baginya, pendidikan bukan hanya sekedar menyampaikan teori, tetapi bagaimana cara menginspirasi generasi muda agar mencintai ilmu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ia juga bercita-cita untuk memperluas jangkauan penelitiannya agar dapat memberikan manfaat yang lebih luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat global.
Ketika ditanya siapa sosok yang paling menginspirasinya, Vega menyebut nama ayahnya, Prof. Arvinsen Arianto Ruiom.
Meskipun tidak secara langsung mendorongnya menjadi dosen, sang ayah adalah figur yang menunjukkan bagaimana kecerdasan dan integritas dapat menjadi modal utama dalam dunia akademik.
Ayahnya mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan harus digunakan untuk kebaikan bersama dan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk berbagi pengetahuan demi kemajuan masyarakat.
Moto hidup Vega adalah bahwa tidak ada kesuksesan yang instan. Ia ingin menanamkan pemahaman kepada para mahasiswa bahwa keberhasilan hanya bisa diraih dengan kerja keras dan ketekunan.
Baik di dunia akademik maupun di berbagai profesi lainnya, dedikasi dan kerja keras adalah kunci utama untuk mencapai impian. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dan keterbukaan dalam menerima ilmu dan pengalaman baru, karena dengan demikian, seseorang dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat.
Dengan segala pencapaiannya, Yudit Vega Paramitadevi adalah bukti bahwa pendidikan bukan hanya soal mengajar, tetapi juga menginspirasi dan berkontribusi bagi masyarakat luas.
Dalam perjalanannya sebagai akademisi, ia terus berusaha menjadi jembatan antara ilmu dan realitas sosial, memastikan bahwa pengetahuan yang dimilikinya dapat memberikan manfaat yang nyata bagi banyak orang.
Dedikasinya dalam dunia akademik dan pengabdian masyarakat menjadikannya contoh nyata bahwa ilmu pengetahuan dapat menjadi alat yang kuat untuk membawa perubahan positif di dunia.
Syahla FitriyantiÂ