Wednesday, 2 April 2025
HomeBeritaPerjalanan Seorang Akademisi : Linda Andriani, S.S., M.I.Kom

Perjalanan Seorang Akademisi : Linda Andriani, S.S., M.I.Kom

Bogordaily.net – Linda Andriani, S.S., M.I.Kom. lahir di Pejaten, Jakarta Selatan, pada 12 April 1976. Sejak usia sekitar 5 tahun, ia dan keluarganya pindah ke Depok, Jawa Barat, tempat ia menghabiskan masa kecil hingga menikah. Pendidikannya dimulai di TK Pertiwi, Pasar Minggu; TK Kuntum Melati, Depok Timur; SDN Mekar Jaya 18, yang kemudian berubah nama menjadi SDN Bakti Jaya IV setelah adanya pemekaran wilayah.

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke SMPN 3 Depok, sekolah yang sempat menjadi lokasi syuting sinetron Aku Cinta Indonesia (ACI) yang populer pada masa itu dan kemudian bersekolah di SMAN 1 Depok. Awalnya, ia bercita-cita menjadi dokter.

Namun, rencana tersebut berubah karena ia enggan berkuliah jauh dari keluarga setelah ia kehilangan salah seorang adiknya dalam sebuah kecelakaan motor. Dalam proses menentukan pilihan jurusan kuliahnya, karena ia punya beberapa pilihan, yaitu Kedokteran dan Psikologi, seorang guru bimbingan karier di tempatnya les bimbingan belajarnya menyarankan agar ia menguatkan pilihan ke-3-nya, Sastra Indonesia, sebagai pilihan studi.

Hal ini melihat potensinya di bidang bahasa dan posisi Indonesia yang strategis. Saran itu pada awalnya ia anggap biasa saja, tetapi ternyata menjadi titik awal perjalanan akademiknya.

Linda akhirnya melanjutkan studi di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, pada tahun 1994. Keputusannya untuk mendalami bidang ini bertambah kuat setelah ia menyadari luasnya cakupan ilmu bahasa, baik dalam kajian linguistik maupun sastra.

Setelah lulus pada tahun 1998, ia tidak langsung masuk ke dunia pendidikan, melainkan memulai karier di bidang pers. Dunia pers menjadi awal perjalanan profesionalnya. Linda bergabung dengan Harian Umum ABRI sebagai editor bahasa, kemudian naik menjadi koordinator editor bahasa hingga akhirnya dipercaya menjadi sekretaris pemimpin perusahaan.

Kariernya terus berkembang. Ia sempat bekerja sebagai editor bahasa lepas di berbagai media besar, seperti grup Gramedia. Di Harian Kompas, ia pernah tergabung dalam tim transkrip rekaman diskusi internal, sementara di Gramedia, ia turut serta dalam berbagai proyek penyuntingan buku-buku fiksi dan nonfiksi. Selain itu, ia juga pernah menjadi editor bahasa di grup majalah Aneka Yess! dan beberapa penerbit serta media lainnya.

Meski berkarier di bidang media, Linda merasa bahwa dunia pers bukanlah jalur yang ingin ia tempuh dalam jangka panjang. Setelah mengalami kehamilan yang bermasalah, ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan tetapnya dan beralih menjadi editor bahasa lepas.

Keputusan ini juga dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga. Namun, perubahan karier tidak berhenti di situ. Melihat anak-anaknya bertumbuh kembang, ia ingin memiliki tempat kerja yang bisa bersama anak-anaknya pula.

Pilihannya ya masuk ke dunia pendidikan. Pada tahun 2009, ia mendapat kesempatan mengajar mahasiswa asing, khususnya calon mahasiswa Indonesia dari pecahan negara-negara Uni Soviet, di sebuah lembaga pendidikan kerja sama Indonesia-Turki. Di lembaga ini, selain mengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), ia juga mengajar Bahasa Indonesia untuk siswa tingkat SMP dan SMA. Inilah titik awalnya beralih ke dunia pendidikan. Seiring waktu, ia tambah mendalami dunia pengajaran.

Setelah sempat mengajar di tingkat SD, SMP, dan SMA di dekat rumahnya, perjalanan hidupnya membawanya beralih ke pendidikan tinggi. Pada tahun 2019, ia bergabung sebagai dosen Bahasa Indonesia lepas di Politeknik Siber dan Sandi Negara lalu di Sekolah Vokasi IPB University.

Selanjutnya, ia juga mendapat kesempatan mengajar di Politeknik Sahid dan Stikes Fatmawati. Sejak bergabung di IPB sampai saat ini, bersama tim dosen Bahasa Indonesia IPB, ia pernah mengajar di berbagai program studi, yaitu Analisis Kimia, Akuntansi, Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak, Teknologi dan Manajemen Pembenihan Ikan, Teknologi dan Manajemen Ternak, Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian, Teknik dan Manajemen Lingkungan, Manajemen Agribisnis, Paramedik Veteriner, Ekowisata, dan Komunikasi.

Pada tahun 2021, ia lolos seleksi menjadi Duta Bahasa Negara Angkatan IX dalam pelaksanaan diplomasi kebahasaan melalui pengajaran BIPA dan kegiatan kebahasaan lainnya di luar negeri yang diadakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud RI.

Karena terhalang pandemi covid, pada 2022, ia baru mendapat penugasan 2 periode menjadi pengajar jarak jauh BIPA di KBRI Manila dan Mindanao State University, General Santos City, Filipina. Sudah 2 tahun belakangan, ia kembali mengajar BIPA untuk program Darmasiswa di Politeknik Sahid Kampus Pondok Cabe. Program ini merupakan program beasiswa dari Pemerintah Indonesia untuk mahasiswa asing belajar di Indonesia selama sekitar 10 bulan.

Melanjutkan pendidikan merupakan keinginan terbesar Linda dalam hidupnya. Karena itu, ia tidak pernah putus berdoa agar dapat kesempatan melanjutkan pendidikannya. Doa sejak ia lulus S1 pada 1998 baru terwujud pada tahun 2017. Setelah 17 tahunan, akhirnya ia dapat melanjutkan pendidikannya dengan lolos seleksi program beasiswa kuliah S2 untuk guru sebesar 100% dari Yayasan Menara Bakti.

Ia jadi dapat menempuh studi Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana Jakarta. Menjelang lulus, ia mendapatkan Dana Hibah Dikti untuk penelitiannya yang berjudul Pola Pesan Politik dalam Komunikasi Partisipatif Perempuan di Dinding Facebook Terkait Pemilihan Presiden Republik Indonesia pada Tahun 2019.

Penelitiannya ini dipresentasikannya juga dalam konferensi internasional, The First International Conference on Administration Science (ICAS 2019). Ini menjadi salah satu kontribusinya dalam kajian komunikasi digital dan politik. Terkait melanjutkan pendidikan ini, membuatnya tambah percaya bahwa ketika punya keinginan apa pun, teruslah berdoa tanpa putus karena akan ada waktunya, Allah Swt. Pasti akan mengabulkannya dengan cara-Nya.

Sebagai pendidik, ia meyakini bahwa ketulusan adalah kunci dalam mengajar. Ia selalu berusaha membangun hubungan yang baik dengan mahasiswa, tanpa membeda-bedakan latar belakang mereka. “Hati bertemu dengan hati. Kalau kita menyampaikan sesuatu dengan tulus, orang juga akan menangkapnya dengan tulus,” ujarnya. Filosofi ini membuatnya merasa bahwa selama menjadi dosen, ia tidak pernah menghadapi tantangan yang benar-benar besar.

Di luar dunia akademik, Linda aktif dalam berbagai organisasi sosial kemasyarakatan. Ia sebagai sekretaris sejak 2009, lalu pada 2014 sampai sekarang, ia sebagai Sekretaris Umum Forum Bahasa Media Massa (FBMM) Pusat. Forum ini merupakan sebuah komunitas yang awalnya berfokus pada diskusi kebahasaan daring para editor bahasa media massa seluruh Indonesia, tetapi kemudian berkembang menjadi forum bahasa yang lebih luas untuk siapa saja yang peduli dengan bahasa Indonesia.

Ia juga terlibat dalam Ikatan Alumni SMA-nya sebagai kepala bidang learning and development serta menjadi ketua kelompok pengajian ibu-ibu di alumni SMP angkatannya. Di tengah kesibukannya sebagai dosen dan konsultan bahasa, Linda tetap berusaha menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadinya. Ia memiliki empat anak yang lahir pada tahun 2002, 2005, 2007, dan 2010. Ketika tidak sedang mengajar atau terlibat dalam organisasi, ia lebih memilih menghabiskan waktu di rumah, menikmati momen serta beristirahat.

Sebagai seorang akademisi, Linda memiliki harapan besar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ia berharap kurikulum pendidikan dapat lebih terintegrasi dari prasekolah hingga perguruan tinggi sehingga tidak terus berubah akibat dinamika politik. Ia juga ingin agar mahasiswa Indonesia dapat mempertahankan jati diri dan budaya bangsa di tengah arus globalisasi yang bertambah deras.

Perjalanan panjang Linda Andriani dari dunia pers hingga menjadi seorang dosen menunjukkan bahwa hidup selalu penuh dengan kemungkinan yang tidak terduga. Dari seseorang yang awalnya bercita-cita menjadi dokter, ia kini menjadi sosok yang berkontribusi dalam membentuk generasi muda melalui pendidikan. Dedikasinya dalam dunia akademik menjadi bukti bahwa ilmu dan pengabdian adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ia terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi mahasiswa dan mahasiswinya serta dunia pendidikan di Indonesia.***

Maudyandra Chairunnisa, Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here