Bogordaily.net – Menjelang pergantian tahun dari 2024 ke 2025, saya dan keluarga memutuskan untuk berlibur ke Eropa. Karena perjalanan ini mencakup beberapa negara dengan jarak yang cukup jauh, kami memilih menggunakan jasa travel agar lebih nyaman dan tidak perlu repot mengatur perjalanan sendiri. Dalam itinerary perjalanan ini, rute yang akan kami tempuh dimulai dari Amsterdam, lalu menuju Brussels, Paris, Jerman, Swiss, dan berakhir di Italia.
Kami berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pada tanggal 29 Desember 2024 bersama wisatawan lainnya yang juga memiliki tujuan ke Eropa.
Yang membuat perjalanan ini semakin seru adalah keikutsertaan keluarga sahabat ibu saya dalam tur yang sama.
Kami sudah saling mengenal sejak kecil, sehingga suasana perjalanan menuju Eropa menjadi lebih ramai dan seru.
Penerbangan pertama berlangsung pada malam hari, dengan tujuan transit di Doha, Qatar. Transit di Doha selama kurang lebih 7 jam.
Setelah itu, kami melanjutkan penerbangan menuju Amsterdam pada dini hari dan tiba di Schiphol Amsterdam Airport keesokan paginya.
Penerbangan dari Indonesia sampai Amsterdam termasuk transit terlebih dahulu sebelumnya, dapat dihitung perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke Eropa selama sekitar dua malam di pesawat.
Begitu tiba di Amsterdam, kami langsung diarahkan oleh tour guide menuju bus untuk mulai menjelajahi kota Amsterdam.
Saya sangat kagum dengan suasana Amsterdam yang indah, bersih serta suasana yang begitu berbeda dari kehidupan di Indonesia.
Salah satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah perbedaan budaya dan tampilan fisik orang-orang di sini.
Wajah mereka sangat kebarat-baratan, mereka memiliki wajah yang berbeda dengan orang asia sehingga saya bisa melihat langsung keberagaman yang tercipta di dunia ini.
Namun, ada satu hal yang benar-benar di luar ekspektasi saya, yaitu cuaca yang sangat dingin.
Sebelum berangkat menuju Eropa, saya sempat berpikir bahwa cuaca dingin di Eropa tidak akan membuat tubuh saya maerasakan dingin yang ekstrem, walaupun apabila dilihat dari derajat celcius itu sangat tinggi sekitar 2 sampai -10 derajat celcius.
Namun, selama di Indonesia saya selalu menggunakan AC hingga celcius terendah bahkan sampai saya sering terkena flu.
Maka dari itu, saya pikir ketika di Eropa mungkin saya akan kedinginan tapi tidak akan separah yang saya pikirkan. Kenyataannya, udara dingin di Eropa benar-benar menusuk, terutama di bagian tangan.
Meskipun sudah mengenakan sarung tangan, hawa dingin tetap terasa hingga saya merasa tangan saya benar – benar beku dan kaku. Tubuh saya sangat kaget terhadap cuaca yang jauh lebih ekstrem dari yang saya bayangkan.
Setelah menghabiskan hari pertama dengan berkeliling di Kota Amsterdam, kami akhirnya kembali ke hotel untuk beristirahat. Saya berada di Belanda selama dua hari dua malam.
Keesokan paginya, sekitar pukul 08.00, kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya, yaitu Brussels, Belgia.
 Perjalanan ditempuh menggunakan bus, dan sesampainya di sana, kami langsung menuju Grand Place, tempat wisata yang dikelilingi oleh bangunan berarsitektur klasik yang megah, terdapat banyak toko – toko makanan dan souvenir.
Tempat ini begitu indah, membuat saya tidak bisa melewatkan kesempatan untuk mengambil banyak foto di Grand Palace, Brussels.
Setelah puas berkeliling dan menikmati suasana Brussels, kami menyempatkan diri untuk makan dan beribadah sebelum melanjutkan perjalanan ke Paris dengan bus.
Perjalanan ini cukup panjang, sekitar 6 jam, sehingga saya banyak tertidur di dalam bus karena kelelahan dan berharap bisa segera tiba di negara Perancis.
Ketika saya tertidur di bus tidak lama kemudian saya terbangun karena suara teriakan penumpang di dalam bus. Saya merasa bus oleng seakan hampir terjatuh, lalu mendadak berhenti.
Saat itu, saya sangat terkejut dan hanya bisa berharap semoga semuanya selamat. Setelah bus berhenti, lampu dinyalakan, dan sopir langsung menghubungi pihak berwenang.
Ketika saya melihat jam di dalam bus, sudah menunjukkan pukul 9 malam dan seluruh penumpang bus sangat terkejut akan kejadian ini. Setelah bus berhenti kondisi kaca depan bus mengalami retakan, sementara dua kaca di sisi kiri bagian depan pecah menjadi serpihan kecil.
Beberapa penumpang yang duduk di dekat kaca terkena pecahan kaca kecil (sparkling), terdapat 3 korban, 2 orang dewasa dan 1 anak di bawah umur, para korban mengalami luka-luka ringan tidak terlalu parah.
Salah satu korban di bawah umur adalah anak dari sahabat ibu saya. Sebelum petugas dan kepolisian tiba, kerabatnya yang memiliki latar belakang medis segera memeriksa keadaannya.
Berkat pengalamannya bekerja di rumah sakit, ia tahu langkah-langkah pertama yang harus dilakukan terhadap korban ketika mengalami situasi darurat seperti ini.
Kondisi saya ketika insiden tersebut terjadi, diri saya masih baik – baik saja dan tidak terkena musibah seperti penumpang di depan, bahkan tidak terkena serpihan kaca karena saya duduk di kursi paling belakang.
Meskipun saya bukan korban yang terkena luka ringan, saya tetap merinding, ketakutan dan gemetaran ketika insiden tersebut terjadi, Insiden ini menjadi pengalaman pertama yang saya alami dalam hidup saya.
Saya bertanya oleh keluarga saya mengapa kaca jendela penumpang bisa ada yang pecah karena saya sendiri tidak mendengar suara pecahan kaca, saya hanya mendengar teriakan para penumpang yang membuat saya terbangun dari tidur saya.
Namun, dari pandangan orangtua saya ketika mereka tidur tiba – tiba terdengar suara seperti ledakan di bus, suara tersebut adalah pecahan kaca jendela kursi penumpang di depan. Semua penumpang pun berteriak setelah mendengar suara tersebut.
Pada awalnya, sempat ada dugaan bahwa kecelakaan ini disebabkan oleh sopir bus yang mengantuk. Namun, saksi mata langsung, yaitu tour guide kami yang duduk di depan dekat dengan sopir bus, memastikan bahwa sopir dalam keadaan sangat tenang dan tidak panik ketika insiden tersebut terjadi.
Justru, ia berusaha mengendalikan bus dan menepikannya agar tidak terjadi kecelakaan yang lebih parah. Setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata penyebab kecelakaan adalah ranting pohon yang tumbang akibat angin kencang di negara Eropa.
Beberapa ranting besar menghantam kaca depan bus dan beberapa bagian sisi kiri bus.
Petugas medis dan kepolisian tiba dengan sangat cepat, kurang dari 15 menit setelah kejadian.
Saya sangat kagum dengan tindakan penanganan di Eropa, sangat cepat dan cekatan dalam menangani insiden ini. Di depan bus terdapat 2 mobil ambulans disertai para dokter yang datang dan petugas medis lainnya serta beberapa mobil polisi di belakang bus.
Mereka segera mengecek kondisi penumpang yang terluka. Setelah situasi terkendali, para petugas kepolisian membantu kami dengan menyiapkan bus pengganti agar kami bisa melanjutkan perjalanan untuk sampai di hotel.
Setelah berpindah ke bus pengganti, petugas medis dan kepolisian menyampaikan kepada kami agar tidak khawatir karena situasi sudah terkendali dan berharap kami tetap dapat menikmati perjalanan di Eropa esok hari terlepas dari insiden yang terjadi. Kemudian, kami akhirnya tiba dengan selamat di hotel yang berlokasi di negara Perancis.
Kejadian ini menjadi pengalaman yang tidak akan saya lupakan sepanjang hidup saya. Meski sempat mengalami momen yang menegangkan, saya tetap bersyukur karena seluruh penumpang selamat dan perjalanan kami masih bisa berlanjut.
Setelah dari Paris, saya dan keluarga serta wisatawan lain yang satu travel dengan saya tetap dapat melanjutkan liburan ke negara-negara berikutnya sesuai rencana, hingga akhirnya kami kembali ke Indonesia dengan selamat.***
Muthiah Azalia Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB