Oleh: Dhiyaa Riznieqia Chahya, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB Univeristy
Kasus yang menimpa SMAN 1 Mempawah, di mana ratusan siswa terancam gagal mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025, menjadi sorotan yang mencerminkan berbagai aspek dalam dunia pendidikan kita. Situasi ini tidak hanya menggugah keprihatinan, tetapi juga membutuhkan introspeksi mendalam oleh semua pihak yang terlibat. Situasi ini juga bukan sekedar masalah teknis atau administratif, melainkan sebuah peringatan keras bahwa sebenarnya masih ada celah di dalam sistem pendidikan kita yang perlu segera dibenahi.
Pertama-tama, pendidikan harusnya menjadi jalan untuk menjangkau cita-cita, bukan menjadi penghalang. Sistem pendidikan juga seharusnya mempermudah bukan mempersulit.Ketika ratusan siswa, yang telah berusaha keras dan berkomitmen untuk belajar, terancam kehilangan kesempatan emas untuk menggapai kampus impian nya tanpa tes, kita harus mempertanyakan sistem yang ada. Apa yang menyebabkan situasi ini? Apakah karena administrasi yang kurang baik, atau adanya kebijakan yang tidak transparan? Jika pendidikan nasional masih dipenuhi ketidakpastian seperti ini, maka yang dirugikan adalah para siswaa yang seharusnya menjadi prioritas utama.
Kedua, peran pemerintah dan pihak sekolah sangat amat krusial dalam menjaga keadilan dalam sistem pendidikan. Kita harus mendesak agar standar dan prosedur yang jelas harus diterapkan, sehingga tidak ada siswa yang dirugikan oleh masalah administratif ataupun kebijakan yang tidak tepat. Transparansi dan komunikasi yang baik antara sekolah dan murid sangatlah penting untuk memastikan setiap siswa pasti memiliki pemahaman yang jelas tentang hak dan kewajiban mereka.
Lalu selain itu juga, masyarakat memiliki tanggung jawab untuk mendukung para siswa yang terpuruk dalam situasi ini. Dukungan moral serta tekanan publik kepada pihak pihak terkait dapat menjadi dorongan agar kebijakan yang lebih adil segera diterapkan untuk perubahan yang lebih baik membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi penerus bangsa.
Pada akhirnya, penting bagi kita untuk merenungkan bahwa pendidikan adalah hak setiap individu. Bukan hanya menjadi tanggung jawab para pelajar, tetapi juga tanggung jawab orang tua, guru, dan seluruh masyarakat. Kita juga harus berkolaborasi untuk memastikan bahwa tidak ada anak yang tertinggal dalam perjalanan mereka meraih pendidikan yang layak untuk menggapai cita citanya, Jika sistem pendidikan kita masih terus dibiarkan berjalan dengan adanya kekurangan, maka makin banyak yang dirugikan oleh generasi generasi kita selanjutnya.
Dalam keadaan ini, harapan saya adalah agar kasus SMAN 1 Mempawah menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Kesempatan untuk belajar dan berkembang harus tetap terbuka bagi setiap siswa, demi masa depan yang lebih baik. Mari kita satukan suara untuk mendukung keadilan dalam pendidikan di Indonesia.***