Wednesday, 2 April 2025
HomeTravellingTantangan Bersatu dalam Persahabatan: Petualangan Menuju Curug Cibulao

Tantangan Bersatu dalam Persahabatan: Petualangan Menuju Curug Cibulao

Bogordaily.net – Matahari baru saja menyingsing di ufuk timur, ketika kami berenam bersiap untuk berpetualangan yang telah lama direncanakan. Setelah sibuk dengan rutinitas kuliah dan organisasi, perjalanan ini menjadi lepas penat di tengah hiruk-pikuk aktivitas kami. Destinasi wisata kami adalah Curug Cibulao, air terjun tersembunyi di kaki Gunung Hambalang Barat, Desa Megamendung, Bogor.

Langit cerah pagi itu seolah mengisyaratkan restu untuk perjalanan kami. Kami berkumpul di kampus, memeriksa barang bawaan, dan sarapan bersama sebelum berangkat. Demi perjalanan yang lancar, kami memutuskan untuk memilih rute via Summarecon Bogor dengan tiga motor. Tepat pukul 07.00 WIB, kami meluncur dengan penuh semangat.

Perjalanan awal terasa begitu menyenangkan. Melewati perkampungan hijau dengan jalanan yang meliuk, menanjak, dan berlubang, kami harus bergantian menyetir demi menjaga stamina. Memasuki jalur utama Jl. Raya Puncak, kendaraan belum terlalu padat, memungkinkan kami melaju dengan cepat hingga tiba di Gang Cilember, jalan masuk menuju curug.

Dari sini, tantangan sesungguhnya dimulai. Jalur semakin sempit hanya cukup untuk satu mobil dengan medan berbatu dan menanjak tajam. Semakin tinggi kami mendaki, semakin terlihat pemandangan puncak gunung yang sungguh memukau—pepohonan menjulang, kabut tipis yang menyelimuti bukit, dan udara yang semakin sejuk. Namun, jalanan yang curam dan berlubang, memaksa kami untuk ekstra berhati-hati.

Ketegangan masih belum usai. Cuaca yang tadinya bersahabat, kini mulai berubah mendung. Namun, dengan semangat yang tak surut, kami terus melaju. Lima belas menit kemudian, akhirnya kami tiba di pintu masuk Curug Cibulao.

Sayangnya, keindahan yang kami bayangkan, ternyata masih berjarak 400 meter dari area parkir—yang berarti kita harus berjalan kaki. Kaki kami yang sudah pegal, harus menapak jalan berbatu yang besar, ditambah menuruni anak tangga curam dengan pegangan bambu seadanya. Tragisnya, saking asyiknya mengabadikan momen, aku sendiri sempat terpeleset, nyaris terguling ke bawah. Beruntung, aku berpegangan dengan rumput liar sehingga aku hanya jatuh ditempat saja.

Semua tantangan yang kami lalui akhirnya terbayar lunas saat Curug Cibulao terbentang di depan mata. Airnya berwarna biru jernih, jatuh dengan deras ke dalam kolam alami yang begitu menyegarkan. Tanpa pikir panjang, kami berganti baju, mengenakan jaket pelampung, dan terjun ke dalam kesejukan curug. Kedalaman yang semula kami kira dangkal ternyata cukup dalam—5 meter di kolam atas dan 8 meter di kolom bawah. Untuk mencapai area bawah, kami harus melewati bebatuan yang sangat besar dan berpegangan pada tali yang terbentang sepanjang aliran curug.

Tebing batu yang mengelilingi curug menjadi tantangan lain yang mengundang kami untuk melompat. Sensasi terjun bebas ke dalam kolam alami ini benar-benar mengesankan! Rasanya seperti memiliki kolam pribadi di tengah alam yang masih begitu asri.

Waktu terasa berjalan begitu cepat. Pukul 11.18 WIB, kami berkumpul untuk makan siang dengan perbekalan dari rumah—nasi uduk, mie goreng, dan nasi bakar—menjadi santapan lezat setelah lelah berenang. Kami saling berbagi makanan dan disitulah kami merasakan hangatnya persahabatan. Tak terasa, kabut mulai turun, pertanda hujan akan segera tiba. Setelah berfoto bersama untuk terakhir kalinya, hujan pun mengguyur. Kami harus menunggu reda sebelum kembali pulang, membawa kenangan indah yang  tak terlupakan.

Perjalanan ini mengajarkan kami banyak hal tentang kerja sama dan indahnya berbagi momen dengan sahabat. Curug Cibulao bukan hanya tentang keindahan alamnya, tapi juga tentang cerita perjalanan yang penuh warna dan tantangan yang menguatkan persahabatan kami.***

 

Azzahra Aulia Nur Alzena, Mahasiswi Komunikasi Digital dan Media,  Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here