Oleh: Muhammad Daffa Bachtiar | Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University
Tepat pada Jumat 31 Januari 2024, trainset pertama yang di pesan KAI Coummuter tiba di Indonesia, trainset ini merupakan pesanan dari KAI Commuter untuk menanggulangi banyaknya penumpang pada jam-jam sibuk.
Kontrak pengadaan trainset ini sudah di tandatangani pada 31 Januari 2024 dan akan diproduksi oleh pabrikan kereta asal China yaitu CRRC (China Railway Rolling Stock Corporation).
CRRC merupakan perusahaan kereta api terbesar di dunia yang berasal dari China. Perusahaan ini sudah membuat kereta untuk banyak negara seperti Singapura, Amerika dan Indonesia.
Keputusan KAI Commuter untuk mengimpor kereta baru dari China sempat menjadi perbincangan di bangku komisi VI DPR RI, lantaran KAI tidak memprioritaskan menggunakan produksi kereta yang berasal dari dalam negeri.
Langkah ini menimbulkan berbagai reaksi, baik dari kalangan politik maupun masyarakat, yang mempertanyakan komitmen pemerintah dalam mendukung industri lokal.
Alasan KAI Commuter Tetap Mengimpor Kereta dari China
Keputusan KAI Commuter untuk mengimpor kereta baru dari China ini mencerminkan langkah strategis dalam menghadapi tantangan transportasi yang semakin kompleks di Jabodetabek.
Dengan lonjakan jumlah penumpang yang terus-menerus bertambah, kebutuhan akan kapasitas angkut yang lebih besar menjadi sangat mendesak. Pengadaan trainset baru ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kenyamanan perjalanan bagi pengguna KAI Commuter.
Dengan bekerjasama dengan CRRC pemerintah dapat menghemat waktu pengadaan kereta dan dapat menghemat biaya pembuatannya juga.
Namun, langkah ini menimbulkan pertanyaan besar dimasyarakat, apakah efisiensi waktu dan biaya harus selalu menjadi prioritas utama? PT INKA sebagai produsen kereta api nasional sebenarnya memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan KAI Commuter.
Namun, proses produksi PT INKA dinilai membutuhkan waktu lebih lama. PT INKA menargetkan pengiriman trainset pertama baru bisa dijadwalkan pada Juli 2025. Hal ini yang menyebabkan PT KAI Commuter beralih ke CRRC yang bisa menargetkan pengiriman pertama di bulan Januari 2025.
Namun demikian, setelah berbagai pertimbangan dan berbagai penolakan akhirnya PT KAI Commuter tetap memesan kereta di CRRC dan mereka berhasil mengadakan trainset pertamanya sesuai perjanjian yaitu bulan Januari 2025.
Uji statis yang dilakukan oleh BPP (Balai Pengujian Perkeretaapian) mulai dilakukan dari awal trainset itu datang. Balai Pengujian Perkeretaapian mulai mengecek interior dan eksterior dari trainset tersebut apakah sudah sesuai dengan pesanan yang dibuat atau tidak.
Uji Statis Trainset Setibanya di Indonesia
Uji statis yang dilakukan oleh BPP adalah langkah penting untuk memastikan bahwa kereta baru ini aman dan sesuai standar.
Namun, perhatian juga harus diberikan pada uji dinamis yang akan dilakukan setelahnya. Uji dinamis ini sangat penting untuk mengevaluasi performa kereta dalam kondisi nyata di lapangan.
KAI Commuter harus memastikan bahwa semua aspek keselamatan dan kenyamanan penumpang terpenuhi sebelum kereta ini dioperasikan secara penuh.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, KAI Commuter dan pemerintah perlu berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri.
Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi kereta api serta pelatihan sumber daya manusia harus menjadi prioritas agar Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan transportasi publik tetapi juga membangun kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
Keputusan KAI Commuter untuk mengimpor trainset dari CRRC memang menjadi pilihan yang tepat dalam menjawab kebutuhan transportasi yang mendesak, tetapi hal ini juga harus menjadi refleksi bagi pemerintah dan industri dalam negeri.
Ke depannya, sinergi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta harus diperkuat agar industri perkeretaapian nasional dapat lebih kompetitif, baik dari segi kualitas, kapasitas produksi, maupun efisiensi waktu.
Dengan investasi yang tepat dalam riset, teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap produk impor dan membangun kemandirian industri transportasi yang berkelanjutan.
Keputusan hari ini akan menentukan masa depan industri kereta api nasional, apakah akan terus berkembang atau semakin tertinggal di tengah persaingan global.***