Bogordaily.net – Menghadapi tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat pancaroba, Dinas Kesehatan atau Dinkes Kabupaten Bogor memperkuat strategi pengendalian DBD berbasis masyarakat, dengan menekankan pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai langkah utama.
Mewakili Plt Kepala Dinas Kesehatan, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Bogor Adang Mulyana menjelaskan, bahwa populasi nyamuk Aedes aegypti berpotensi meningkat di tengah cuaca yang tidak menentu. Oleh karena itu, pengendalian jentik nyamuk menjadi fokus utama.
“Kami mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama melakukan PSN secara serentak. Ini satu-satunya metode yang paling efektif dalam mencegah DBD. Gerakan Jumat Bersih (Jumsih) harus kita hidupkan kembali,” jelasnya.
Meski dibandingkan tahun lalu jumlah kasus DBD saat ini mengalami penurunan hampir 50%, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan. Apalagi, secara pola musiman, peningkatan kasus biasanya terjadi sejak bulan September hingga Mei tahun berikutnya.
“Tahun lalu adalah tahun dengan siklus cuaca ekstrem. Tahun ini memang lebih rendah, tapi masih dalam kondisi yang perlu diwaspadai,” tambahnya.
Menurutnya, peran Puskesmas dan Kader ini menjadi ujung tombak sebagai penyuluh dan Gerakan PSN Masif. Sejak akhir tahun lalu, Puskesmas dan kader kesehatan telah aktif melakukan penyuluhan langsung ke masyarakat untuk mendorong partisipasi dalam kegiatan PSN. Ini dinilai jauh lebih efektif dibandingkan metode fogging yang selama ini sering disalahpahami masyarakat.
“Fogging itu bukan solusi utama. Itu langkah terakhir. Kami hanya akan lakukan fogging fokus setelah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan ditemukan kasus positif serta jentik Aedes aegypti,” tegas Adang Mulyana.
Lebih lanjut ia menyampaikan, bahwa penggunaan insektisida secara berlebihan justru bisa menimbulkan resistensi pada nyamuk, sehingga ke depan penanganannya bisa menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, fogging dilakukan terbatas pada radius 200 meter dari kasus positif yang sudah melalui proses kajian medis.
Ia juga mengimbau para orang tua agar lebih memperhatikan aktivitas anak-anak, terutama di pagi dan sore hari, di mana nyamuk Aedes aegypti paling aktif menggigit. Kebiasaan menjaga daya tahan tubuh, kebersihan lingkungan, dan penggunaan pelindung diri seperti kelambu atau lotion anti nyamuk menjadi bagian dari upaya pencegahan.
“Banyak kasus DBD terjadi pada anak-anak, dan kemungkinan besar tertular saat di sekolah atau bermain pagi hari. Jadi perhatian terhadap kondisi anak saat aktivitas di luar rumah sangat penting,” ujarnya.
Ia bersama tim terus melakukan pemantauan intensif terhadap peningkatan kasus di tiap kecamatan. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Bogor mengajak seluruh elemen masyarakat, mulai dari rumah tangga, sekolah, hingga komunitas lokal, untuk bersama-sama memberantas sarang nyamuk.
“PSN adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” tutupnya. ***