Bogordaily.net – Manajemen krisis merupakan aspek penting dalam operasional organisasi dan perusahaan, yang semakin relevan dalam dunia yang dinamis dan tidak menentu saat ini. Dengan kemajuan teknologi dan globalisasi, informasi dapat menyebar dengan cepat, membuat sebuah organisasi lebih rentan terhadap krisis yang dapat muncul secara tiba-tiba. Krisis dapat berasal dari berbagai sumber, seperti bencana alam, kegagalan teknologi, isu reputasi, atau peristiwa global seperti pandemi COVID-19. Dalam konteks ini, kemampuan organisasi untuk merespons dan mengelola krisis sangat menentukan kelangsungan hidup dan keberhasilan mereka di pasar.
Menurut Coombs (2019), manajemen krisis adalah proses sistematis yang dirancang untuk membantu organisasi mengatasi dan merespons situasi yang tidak terduga secara efektif. Proses ini mencakup berbagai tahapan, mulai dari pencegahan hingga pemulihan. Kegagalan dalam mengelola krisis dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan, kerusakan reputasi, dan bahkan kebangkrutan. Oleh karena itu, banyak organisasi yang mulai mengembangkan dan menerapkan rencana manajemen krisis yang lebih komprehensif dan terintegrasi.
Dalam manajemen krisis, penting untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang karakteristik dan dinamika krisis. Krisis tidak hanya berdampak pada organisasi itu sendiri, tetapi juga dapat mempengaruhi berbagai pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, dan masyarakat luas. Oleh karena itu, strategi manajemen krisis yang efektif harus mencakup rencana komunikasi yang transparan dan responsif, agar organisasi dapat mempertahankan kepercayaan publik dan stakeholder.
Selain itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang belajar dari pengalaman krisis dan menerapkan strategi adaptif dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap tantangan di masa depan. Ini menunjukkan bahwa manajemen krisis bukan hanya tentang respons jangka pendek, tetapi juga tentang pengembangan kapasitas untuk menghadapi kemungkinan krisis di masa mendatang.
Dengan semua faktor ini, penelitian dan analisis mendalam tentang manajemen krisis menjadi sangat penting. Tujuannya adalah untuk membantu organisasi mempersiapkan diri dan mengembangkan respons yang efektif ketika krisis terjadi, serta memastikan keberlangsungan operasional dalam menghadapi tantangan yang tidak terduga.
Tujuan praktikum
- Menganalisis strategi manajemen krisis. Mengidentifikasi dan menganalisis langkah-langkah yang diambil organisasi dalam menghadapi krisis, serta mengevaluasi efektivitasnya.
- Mengidentifikasi faktor-faktor kunci Mengeksplorasi faktor yang mempengaruhi keberhasilan manajemen krisis, seperti budaya organisasi, komunikasi, dan kepemimpinan.
- Menyusun rekomendasi Merumuskan rekomendasi untuk meningkatkan strategi manajemen krisis berdasarkan temuan analisis dan faktor kunci yang diidentifikasi.
- Meningkatkan pemahaman peserta. Meningkatkan kesadaran peserta tentang pentingnya persiapan dan respons dalam manajemen krisis, serta dampaknya terhadap organisasi.
Tinjauan Pustaka
- Definisi Manajemen Krisis: Menurut Coombs (2019), manajemen krisis adalah proses yang dirancang untuk membantu organisasi mengatasi dan merespons situasi yang tidak terduga dengan cara yang efektif.
- Tahapan Manajemen Krisis: Mitroff (2018) mengidentifikasi beberapa tahapan dalam manajemen krisis, termasuk pencegahan, persiapan, respons, dan pemulihan. Setiap tahap memiliki strategi dan tindakan yang spesifik untuk meminimalkan dampak krisis.
- Peran Komunikasi: Penelitian oleh Fearn-Banks (2020) menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif selama krisis sangat penting. Organisasi yang transparan dan responsif dalam komunikasi dapat mempertahankan kepercayaan publik dan stakeholder.
- Studi Kasus Terkini: Dalam artikel Smith et al. (2021), penulis menganalisis respons perusahaan teknologi X terhadap serangan siber. Penelitian ini menemukan bahwa strategi komunikasi internal dan pelatihan karyawan memainkan peran penting dalam mitigasi risiko.
- Rekomendasi untuk Praktik Terbaik: Menurut penelitian Liu dan Zhao (2022), organisasi harus mengembangkan rencana manajemen krisis yang fleksibel dan berbasis data untuk dapat menanggapi berbagai jenis krisis dengan lebih baik.
Contoh kasus
- Manajemen Krisis PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Di Masa Pandemi COVID-19
Pendahuluan
PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Negara Indonesia (BUMN) yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT kereta Api Indonesia (Persero) meliputi angkutan penumpang dan barang Hampir semua jalur yang beroperasi memiliki layanan angkutan kereta api penumpang yang dijalankan secara teratur. Sebagai perusahaan yang mengelola perkeretaapian di Indonesia, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) telah banyak mengoperasikan KA penumpangnya, baik KA Utama (Komersil dan Non Komersial), maupun KA Lokal di Jawa dan Sumatera, yang terdiri dari KA Eksekutif, KA Bisnis, KA Ekonomi, KA Campuran (Eksekutif, Bisnis dan Ekonomi), KA Lokal, KRL (Commuter Line). Selain itu, Angkutan barang yang dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) seperti Peti Kemas, barang packaging, retail dan curah baik cair maupun padat
Coronavirus Diseases (COVID-19) yang menerpa seluruh dunia selama kurun selama dua tahun terakhir ini menimbulkan krisis dalam berbagai sektor mulai dari pendidikan, ekonomi, kesehatan, industri dll. Virus COVID pertama ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir tahun 2019 ini sudah merenggut ribuan hingga jutaan jiwa di seluruh dunia. Sehingga WHO (World Health Organization) telah menetapkan peristiwa tersebut sebagai pandemi COVID 19. Penetapan status pandemi pada wabah ini tentu diakibatkan dari besarnya kasus yang terjadi di seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia.
Pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi meluasnya penularan virus COVID-19 mengeluarkan beberapa kebijakan seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada awal maret 2020 dan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang diberlakukan sejak awal juli 2021. Dampak dari adanya kebijakan ini masyarakat diwajibkan untuk menjalankan protokol kesehatan contohnya mencuci tangan, menggunakan masker saat beraktivitas diluar rumah dan masih banyak lagi.
Pembatasan-pembatasan yang diberlakukan ini menimbulkan kelumpuhan dalam berbagai sektor, Salah satunya dalam bidang transportasi. Bidang transportasi sebagai sarana masyarakat untuk menjalani kehidupan sehari hari terkena dampak yang cukup besar dikarenakan aktivitas masyarakat di luar rumah menjadi berkurang selama masa pemberlakuan pembatasan tersebut. Sehingga penyedia jasa layanan transportasi yang beroperasi mengalami kerugian yang cukup besar karena penumpang yang berkurang untuk menggunakan jasa layanan transportasi selama masa pandemi COVID-19
Landasan teoritis
Konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep manajemen krisis dari Firsan Nova. Nova (2009:142) pada bukunya menjelaskan bahwa upaya penanggulangan krisis pada proses manajemen krisis dilakukan melalui beberapa proses tahapan diantaranya identifikasi, isolasi dan pemulihan. Tiga langkah merupakan langkah yang sangat penting pada upaya penanggulangan krisis dalam proses manajemen krisis. Hal ini berperan untuk menyelesaikan dan mengakhiri krisis. Langkah ini sangat penting dilakukan agar krisis tidak terus menjalar kepada kerusakan yang lebih besar. Langkah intervensi dini dilakukan pada tahapan akut, dimana krisis sudah mulai terbentuk. Identifikasi krisis merupakan tahap pertama yang bertujuan untuk mengetahui sumber, akar permasalahan ataupun faktor penyebab terjadinya krisis.
langkah ini merupakan langkah pertama yang dilakukan sebelum perusahaan mengambil tindakan untuk menangani krisis secara langsung, Proses identifikasi krisis ini dilakukan meliputi pencarian fakta dan mengumpulkan berbagai informasi terkait dengan krisis yang dialami perusahaan, proses identifikasi krisis memudahkan perusahaan untuk menentukan tindakan yang efektif dalam menanggulangi krisis Setelah perusahaan berhasil mengumpulkan informasi dan fakta fakta terkait faktor penyebab terjadinya krisis serta berbagai informasi yang berhubungan dengan krisis yang dialami perusahaan melalui proses identifikasi krisis, maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah isolasi krisis Isolasi krisis adalah tahap selanjutnya yang merupakan proses pencegahan agar krisis tidak semakin meluas, maka dari itu krisis di isolasi dan mulai dikarantina sesuai jangka waktu terjadinya krisis.
Pada tahapan ini perusahaan sudah mempunyai perencanaan dan menjalankan tindakan strategi yang tepat untuk menanggulangi krisis yang mengacu pada hasil dari identifikasi krisis yang telah dilakukan. Langkah yang perlu dilakukan setelah krisis terkendalikan melalui proses identifikasi dan isolasi adalah pemulihan. Pemulihan krisis merupakan langkah terakhir yang perlu dilakukan setelah krisis terkendalikan melalui proses identifikasi dan isolasi. Perusahaan tentunya perlu melakukan pemulihan atau recovery pasca krisis terjadi. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat bangkit serta beroperasional secara normal kembali. Kebangkitan sebuah perusahaan dari sebuah krisis tentunya ditentukan oleh bagaimana manajemen krisis yang dilakukan oleh Perusahaan
Manajemen krisis merupakan suatu bentuk tindakan untuk merespon dan menyelesaikan masalah terkait krisis yang muncul melalui kemungkinan strategi manajemen krisis. Kriyantono (2015:180) menjelaskan manajemen krisis sebagai usaha yang dilakukan oleh organisasi untuk mengatasi krisis yang terjadi. Krisis memiliki dampak yang negatif yang dapat mengancam sebuah organisasi ataupun perusahaan.
Kasali (2003:225) mendefinisikan krisis sebagai suatu kondisi tidak stabil yang dialami oleh sebuah perusahaan yang dilihat dari adanya perubahan perubahan signifikan yang mengarah pada keadaan terancam. Perubahan tersebut memiliki kemungkinan apakah sesuai dengan yang terjadi ataupun tidak yang mana pada akhirnya akan melahirkan sebuah perubahan yang lebih baik. Public Relations menurut IPRA dalam Cutlip,Center, dan Broom (2006:5) adalah sebuah peran manajemen dalam membangun serta menjaga hubungan yang antara organisasi dan khalayaknya dapat menjadi awal keberhasilan atau kegagalan.
Peranan seorang public relations adalah menciptakan situasi dan kondisi secara kondusif pasca perusahaan atau lembaga mengalami krisis serta mengelola krisis dengan baik. Keberhasilan juga kegagalan sebuah perusahaan dalam menghadapi krisis ditentukan oleh bagaimana seorang Public Relations menghadapi sebuah krisis. Nova (2009:43) dalam bukunya menyebutkan bahwa H. Fayol mengkategorikan bahwa sasaran kegiatan Public Relations salah satunya adalah menghadapi krisis (facing of crisis) dalam hal ini seorang Public Relations perlu mempunyai keahlian dalam menangani complaint serta menghadapi krisis yang sedang terjadi dengan membuat sebuah manajemen krisis dan Public Relations recovery of image yang bertujuan untuk memperbaiki lost of image and damage. Dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan Public Relations juga mempunyai beberapa peranan diantaranya adalah sebagai penasehat ahli (expert prescriber), Fasilitator komunikasi (communication facilitator), Fasilitator proses pemecahan masalah (problem solving process facilitator) dan teknisi komunikasi (communication technician).
Dalam hal ini peranan public relations dalam menghadapi krisis adalah sebagai fasilitator proses pemecahan masalah (problem solving process facilitator). praktisi public relations merupakan bagian dari tim manajemen yang bertujuan untuk membantu pimpinan perusahaan baik sebagai penasihat sampai ikut andil dalam mengambil tindakan ataupun keputusan dalam mengatasi permasalahan krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional. Menghadapi sebuah krisis, perusahaan pada umumnya akan membentuk tim posko atau tim emergency crisis yang melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam satu tim khusus yang dikoordinir oleh praktisi ahli dalam bidang
public relations untuk membantu menangani perusahaan yang sedang didera krisis. Maka dari itulah seorang public relations memiliki peranan dalam menghadapi krisis, ketika krisis berhasil ditangani secara tidak langsung public relations telah memecahkan permasalahan sekaligus menyelamatkan reputasi serta citra perusahaan. Dengan demikian fungsi public relations menjadi sangat penting untuk memulihkan citra sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Nova dalam Muchtar dan Aliyudin (2019) dimana fungsi utama public relations adalah untuk menciptakan hubungan baik antara perusahaan dengan publiknya baik internal maupun eksternal dalam rangka memberikan pengertian, meningkatkan motivasi serta partisipasi publik untuk menciptakan opini publik yang menguntungkan lembaga.
Hasil dan pembahasan
Praktisi Public Relations akan selalu berhubungan dengan penerapan fungsi manajemen untuk menyelesaikan seluruh pekerjaannya. Hal ini dikarenakan Public Relations memiliki peran dan fungsi untuk mengelola, mengatur, serta menjaga nama baik sebuah perusahaan atau organisasi. Suwarno (2018:131) menjelaskan fungsi public relations yaitu untuk membantu perusahaan dalam memelihara hubungan baik dengan seluruh publik yang berhubungan dengan perusahaan.
Manajemen Krisis merupakan bagian dari pelaksanaan manajemen krisis yang pengendalian krisis ini menjalankan proses manajemen untuk mengendalikan krisis yang terjadi dan memulihkan kondisi perusahaan pasca krisis. Silviani (2020:127) mendefinisikan manajemen krisis sebagai suatu proses pengelolaan manajemen untuk menanggulangi krisis yang tengah dihadapi oleh perusahaan. Hidup dan matinya sebuah perusahaan dalam situasi krisis di tentukan oleh oleh bagaimana manajemen krisis itu dilakukan.
Manajemen krisis akan dianggap berhasil jika telah melewati tahapan tahapan sampai pada akhirnya menghasilkan suatu perubahan, Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti peroleh dari beberapa informan yang merupakan perwakilan dari Unit Public Relations (USP) PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang telah melaksanakan manajemen krisis sebagai upaya dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang memiliki dampak pada aktivitas perusahaan sebagai penyedia jasa layanan angkutan kereta api di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyebutkan manajemen krisis yang dilakukan oleh Unit Public Relations (USP) adalah dengan mempersiapkan tiga tahapan yaitu, tahap Identifikasi krisis, tahap isolasi krisis.
- ANALISIS MANAJEMEN KRISIS: STUDI KASUS PADA PT INDOFOOD INDONESIA INDOMIE
Pendahuluan
manajemen bisnis merupakan fenomena yang tidak terhindarkan dan memerlukan penanganan yang tepat untuk meminimalisir dampak negatif terhadap perusahaan. PT Indofood Indonesia, sebagai salah satu produsen makanan terbesar di Asia Tenggara, baru-baru ini menghadapi situasi krisis terkait penarikan produk Indomie di Taiwan. Produk yang dikirim tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh negara tersebut, yang berdampak pada citra dan operasional perusahaan. Kejadian ini menunjukkan pentingnya memiliki sistem manajemen krisis yang efektif dan responsif. Dalam dunia bisnis, krisis dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari masalah kualitas produk hingga isu-isu regulasi dan kepatuhan,
Krisis yang dialami PT Indofood Indonesia ini tidak hanya berpotensi merusak reputasi merek yang telah dibangun selama bertahun-tahun, tetapi juga dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen dan mitra bisnis di pasar internasional. Oleh karena itu, manajemen krisis yang baik harus mencakup langkah-langkah proaktif dalam mengidentifikasi potensi masalah, mengembangkan rencana kontingensi, serta memiliki strategi komunikasi yang efektif untuk menjaga hubungan dengan para pemangku kepentingan. Penarikan produk Indomie di Taiwan menjadi contoh nyata bagaimana ketidaksesuaian dengan standar internasional dapat menimbulkan krisis yang signifikan.
Hal ini menggarisbawahi pentingnya bagi perusahaan multinasional seperti PT Indofood Indonesia untuk memahami dan mematuhi regulasi yang berlaku di setiap pasar tempat mereka beroperasi. Selain itu, perusahaan juga perlu memastikan bahwa seluruh rantai pasokannya mampu menjaga kualitas dan standar yang telah ditetapkan, guna menghindari terjadinya masalah serupa di masa mendatang. Krisis ini juga menyoroti peran penting komunikasi dalam manajemen krisis.
PT Indofood Indonesia perlu memberikan informasi yang transparan dan akurat kepada konsumen, pemerintah, dan media untuk mengendalikan narasi dan meredakan kekhawatiran. Melalui langkahlangkah yang tepat, perusahaan dapat memperbaiki situasi dan memulihkan kepercayaan publik, sekaligus mengambil pelajaran berharga untuk memperkuat sistem manajemen krisis mereka di masa depan.
Landasan teori
Manajemen krisis adalah sebuah proses esensial bagi setiap organisasi untuk menghadapi dan mengatasi situasi yang tidak diharapkan, yang bisa mengancam stabilitas dan merugikan organisasi serta pihak terkait (Lufritayanti & Annisa, 2013). Proses ini melibatkan persiapan yang matang dan respons yang cepat terhadap krisis yang timbul secara tak terduga, yang potensial mempengaruhi jalannya bisnis dan reputasi perusahaan secara keseluruhan. Krisis bisa muncul pada berbagai tingkatan, baik pada individu, kelompok, maupun organisasi, dan sering kali membutuhkan keputusan strategis yang tepat dalam menghadapinya, sesuai dengan perubahan-perubahan yang mempengaruhi mereka (Charles An & M. Midhat, 2021).
Istilah “krisis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “keputusan.” Ketika organisasi menghadapi krisis, mereka dihadapkan pada kebutuhan untuk membuat keputusan penting dalam mengelola situasi tersebut. Hal ini mencakup identifikasi awal, penilaian dampak potensial, dan implementasi strategi yang efektif untuk mengurangi atau menghilangkan konsekuensi negatif dari krisis tersebut. Manajemen krisis tidak hanya tentang menangani masalah saat terjadi, tetapi juga melibatkan upayaupaya pencegahan dan persiapan sebelum krisis benar-benar terjadi.
Dalam konteks modern, manajemen krisis menjadi semakin penting karena kompleksitas lingkungan bisnis yang terus berubah dan ekspektasi yang semakin tinggi dari pihak-pihak terkait terhadap respons yang cepat dan transparan dari organisasi. Organisasi yang memiliki rencana manajemen krisis yang baik cenderung lebih mampu bertahan dan pulih dengan lebih efektif dari situasi krisis, sementara yang tidak mempersiapkan diri bisa menghadapi kerugian yang signifikan baik dari segi finansial maupun reputasi.
Oleh karena itu, investasi dalam pengembangan dan implementasi manajemen krisis yang kuat merupakan langkah strategis yang penting bagi setiap organisasi yang ingin memastikan kelangsungan operasional dan integritas mereka dalam menghadapi tantangantantangan tak terduga. Yosal Iriantara dalam kajiannya menyebutkan bahwa manajemen krisis merupakan salah satu respons yang dibutuhkan organisasi dalam menghadapi perubahan di lingkungan eksternal mereka (Yosal, 2004).
Para ahli juga mengakui bahwa manajemen krisis memiliki potensi untuk berdampak negatif dan mengganggu tatanan yang sudah ada, sehingga penting untuk dilakukan upaya pencegahan guna mengurangi risiko yang mungkin timbul. Tujuan utama dari manajemen krisis adalah untuk mengurangi atau menghentikan dampak negatif yang ditimbulkan oleh krisis terhadap perusahaan. Hal ini dilakukan melalui persiapan yang matang sebelum krisis terjadi, serta penerapan strategi dan taktik yang sesuai untuk mengelola situasi secara efektif. Selain itu, manajemen krisis juga bertujuan untuk meredam ketegangan yang mungkin muncul di internal organisasi saat menghadapi krisis yang serius.
Implementasi manajemen krisis yang efektif melibatkan langkah-langkah seperti identifikasi awal tanda-tanda krisis, analisis menyeluruh terhadap akar masalah, pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, serta komunikasi yang transparan dengan semua pihak terkait. Dengan demikian, organisasi dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan-tantangan tak terduga yang dapat mengancam stabilitas dan reputasi mereka. Menurut Charles (2021), manajemen krisis melibatkan serangkaian tahapan penting untuk mengelola situasi krisis secara efektif.
Tahap pertama adalah pra-krisis, di mana organisasi melakukan persiapan yang matang untuk mengantisipasi dan mencegah krisis. Ini mencakup penyusunan rencana manajemen krisis yang komprehensif, pembentukan tim khusus yang terlatih, serta pelatihan bagi anggota tim dalam menangani situasi darurat. Langkah selanjutnya adalah tahap identifikasi krisis, di mana organisasi berupaya mengenali tanda-tanda awal krisis dan menentukan jenis krisis yang sedang dihadapi. Kemampuan untuk cepat mengenali dan memahami karakteristik krisis sangat penting untuk merumuskan respons yang tepat dan efisien.
Analisis krisis merupakan tahap yang krusial untuk memahami akar permasalahan. Organisasi melakukan analisis mendalam terhadap penyebab krisis, mengevaluasi faktorfaktor pemicunya, serta memahami sejauh mana dampak krisis tersebut terhadap berbagai aspek operasional dan reputasi perusahaan. Setelah identifikasi dan analisis dilakukan, tahap berikutnya adalah penanggulangan krisis. Organisasi menetapkan strategi dan tindakan konkret yang perlu dilakukan untuk mengatasi krisis dengan maksimal. Ini melibatkan koordinasi intensif antar tim, komunikasi yang efektif, serta implementasi dari rencana manajemen krisis yang telah disiapkan sebelumnya.
Kesimpulan
Krisis human error terjadi ketika kesalahan yang dilakukan manusia menyebabkan situasi krisis atau darurat. Dalam kasus Indomie, kurangnya pengawasan dan standarisasi dalam proses ekspor menjadi akar permasalahan. Kesalahan ini mengakibatkan masalah serius di Taiwan dan berpotensi mempengaruhi reputasi serta kepercayaan masyarakat terhadap merek tersebut. Penanganan krisis oleh Indomie melibatkan berbagai pihak seperti Kementerian Perdagangan (KEMENDAG), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta media. KEMENDAG bertanggung jawab dalam mengatur dan memastikan kepatuhan dalam perdagangan internasional, sementara BPOM mengawasi aspek keamanan makanan. Media juga berperan penting sebagai penghubung dalam menyampaikan informasi kepada publik. Langkahlangkah yang dapat dilakukan dalam menangani krisis ini mencakup tahap-tahap krisis, yaitu pra-krisis, krisis akut, dan pascakrisis. Pada tahap pra-krisis,
perusahaan perlu melakukan perbaikan pada sistem pengawasan dan standarisasi untuk mencegah terjadinya kesalahan serupa di masa depan. Selama krisis akut, penting untuk membentuk tim khusus, mengevaluasi risiko, dan menjalin komunikasi baik internal maupun eksternal untuk mengatasi dampak yang timbul. Setelah krisis terkendali, tahap pasca-krisis melibatkan pemulihan reputasi serta evaluasi menyeluruh terhadap proses yang telah berlalu. Kolaborasi yang efektif antara semua pihak terkait, termasuk pemerintah, regulator, dan media, menjadi kunci dalam penanganan krisis dengan sukses. Ini tidak hanya membantu mengatasi situasi saat ini tetapi juga mempersiapkan perusahaan untuk menghadapi tantangan serupa di masa depan dengan lebih baik.
- Strategi Manajemen Krisis PT. Z dalam Membangun Reputasi Perusahaan di Bidang Otomotif (Studi Kasus Rangka Q)
Pendahuluan
Dalam era globalisasi serta teknologi yang semakin pesat, komunikasi telah menjadi pondasi utama dalam segala bidang di kehidupan manusia. Komunikasi bukan hanya tentang penyampaian pesan, tetapi juga bagaimana pesan tersebut diinterpretasikan, diterima, lalu direspon oleh penerima. Keberhasilan komunikasi terletak pada kemampuan kita menggunakannya dengan kesadaran emosional, oleh sebab itu kegagalan komunikasi seringkali timbul ketika kita tidak mampu mengendalikan emosi kita secara tepat (Effendy, 2018). Dapat kita simpulkan bahwa komunikasi akan berjalan lancar apabila kita rencanakan dengan matang serta berpikir jernih sebelum memberikan pesan. Sama halnya dengan menjaga reputasi perusahaan. Reputasi perusahaan (corporate reputation) atau dikenal juga sebagai reputasi korporat, merupakan hasil keseluruhan penilaian yang dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan,
dimana penilaian ini didasari oleh cara mereka melihat dan menafsirkan citra perusahaan yang disampaikan melalui komunikasi (Herwin & Abadi, 2019). Pada Bulan Agustus 2023, beredar video yang menampilkan sebuah motor yang diproduksi oleh PT. Z sedang ditegakkan dengan standar tengah di suatu bengkel. Seorang montir menggoyang-goyangkan bagian stang stir, memperlihatkan motor tersebut bergoyang seakan hampir terpisah antara bagian atas dan kursi pengemudi dengan bagian mesin serta ban belakang. Video tersebut menandakan ada permasalah pada rangka motor produksi PT. Z. Pada tahun 2019, PT. Z memperkenalkan rangka motor yang diklaim menghasilkan kualitas rangka terbaik dengan bobot yang jauh lebih ringan supaya memberikan kemudahan dalam berkendara di jalan. Sebut saja rangka tersebut bernama rangka Q. Dalam beberapa video yang beredar, banyak yang memperlihatkan motor produksi PT. Z yang menggunakan rangka Q berkaratan, keropos, maupun patah.
Akibat viralnya video tersebut, PT. Z mengunggah video klarifikasi di akun Instagram resmi mereka mengenai rangka tersebut. Respon netizen yang mengaku sebagai pelanggan PT. Z cukup kecewa, bisa terlihat dari kolom komentar yang menyindir karena PT. Z dianggap tidak serius menanggapi kasus ini. Hal ini tentu bisa berdampak pada reputasi PT. Z. Dalam kasus ini, bisa dikatakan bahwa PT. Z telah mengalami crisis public relations. Crisis public relations dapat terjadi ketika perusahaan atau organisasi menghadapi situasi yang dapat merusak reputasi secara serius, oleh karena itu penting untuk membatasi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh krisis (Puspitasari, 2020). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Strategi Crisis Public Relations PT. Z Dalam Membangun Pertahanan Reputasi Perusahaan dalam Bidang Otomotif (Studi Kasus Rangka Q)”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori utama yaitu crisis public relations. Ada satu bidang public relations, yang berfokus pada reputasi perusahaan, yaitu crisis public relations.
Crisis public relations adalah suatu situasi, rumor, atau informasi yang berdampak negatif terhadap reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan. Semakin parah krisisnya, dampaknya bagi perusahaan juga semakin besar. Hal ini bisa disebabkan oleh liputan negatif yang berdampak buruk pada operasi bisnis perusahaan. Pemberitaan media atau isu yang beredar bisa jadi benar tapi bisa saja tidak, tetapi kedua hal tersebut dapat berpotensi mempengaruhi citra seseorang atau perusahaan. Suatu situasi diklasifikasikan sebagai crisis public relations ketika diketahui oleh
publik dan menyebabkan munculnya pandangan negatif terhadap perusahaan (Nova et al., 2020). Oleh karena itu, salah satu tugas public relations adalah mengklarifikasi terhadap laporan media yang tidak seimbang atau bersifat menjelekkan perusahaan. Praktisi public relations juga harus tahu skenario terburuk yang mungkin terjadi dan harus mempunyai contingency plan (rencana cadangan) untuk menghadapinya. Perencanaan krisis dapat dilakukan dengan membentuk tim yang bertanggungjawab dalam mengatasi krisis, dimana setiap anggota tim memiliki tanggung jawab dan tugas spesifik.
Metode penelitian
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data terdiri dari dua sumber data: yaitu primer dan sekunder. Menurut Ichsan & Ali (2020), data primer adalah informasi yang diperoleh secara langsung dari sumber, dalam hal ini terkait dengan respons dan strategi public relations yang digunakan oleh PT. Z selama krisis Rangka Q.
Data primer tersebut antara lain:
- a) Wawancara Wawancara mendalam dilakukan dengan beberapa narasumber yang mengetahui kronologi kasus rangka Q serta memahami betul strategi atau langkah-langkah public relations dalam menghadapi krisis. Kriteria narasumber terdiri dari dua sisi, yaitu internal (bekerja dalam PT. Z) serta eksternal (konsumen atau pengamat kasus) untuk mendapatkan hasil yang netral.
- b) Observasi Peneliti melakukan observasi secara non-partisipan dengan mendatangi berbagai tempat namun tidak terlibat aktif dalam kegiatan. Peneliti hanya mengobservasi atau mengamati. Selanjutnya menurut Ichsan & Ali (2020), data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari sumber yang sudah tersedia, seperti laporan resmi, dokumen internal perusahaan, artikel berita, dan publikasi terkait krisis Rangka Q. Data sekunder diperoleh melalui antara lain:
- a) Dokumentasi Peneliti menganalisis berbagai dokumen terkait krisis, termasuk press release, pernyataan resmi, laporan internal, dan dokumentasi lainnya yang diterbitkan oleh PT. Z selama periode krisis.
- b) Penelusuran Internet Peneliti melakukan penelusuran internet untuk mengumpulkan informasi terbaru terkait kasus Rangka Q. Sumber-sumber online seperti berita, artikel, wawancara, analisis, dari media dan platform terpercaya. Untuk teknik pengolahan data dan analisis yang digunakan peneliti adalah Miles dan Huberman dalam Hasanah (2016) antara lain:
- a) Pengumpulan Data Mengumpulkan data kualitatif dari berbagai data primer dan sekunder.
- b) Reduksi Data Data yang terkumpul, mencakup wawancara, hasil observasi, dokumentasi, dan penelusuran internet, akan dirangkum. Prologia
- c) Penyajian Data Penyajian data merupakan langkah kunci dalam proses penelitian dan analisis data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif atau transkrip.
- d) Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data Untuk memastikan keakuratan hasil analisis, hasil akan divalidasi melalui proses verifikasi. Verifikasi dilakukan dengan triangulasi data, memeriksa konsistensi antara sumber data, dan memberikan kesempatan kepada narasumber untuk memberikan masukan atau klarifikasi tambahan.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan data-data yang diperoleh peneliti melalui hasil observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan penelusuran internet, peneliti menyimpulkan beberapa hal yang menjadi hasil dari penelitian sebagai berikut. Pertama, Perusahaan yang sedang mengalami suatu krisis, respon cepat serta transparansi dan kejujuran selama krisis menjadi faktor yang krusial. Publik akan memberikan dukungan lebih besar apabila perusahaan yang sedang mengalami krisis terbuka tentang masalah yang dihadapinya dan memberikan informasi secara akurat. Prologia.
Oleh karena itu membangun budaya transparansi dan komunikasi krisis penting untuk meraih kembali kepercayaan publik. Kedua, berdasarkan olahan data, evaluasi dari crisis public relations menunjukkan perlunya memperkuat strategi manajemen krisis dalam jangka waktu yang panjang. Perusahaan perlu memiliki rencana terstruktur untuk menghadapi krisis yang mungkin akan terjadi di masa depan. Harapannya ke depan nanti, perusahaan akan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan manajemen krisis serta membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi tantangan di masa depan nanti.
- Manajemen Krisis Bank Syariah Indonesia Dalam Membentuk Citra Positif
Pendahuluan
Bank syariah Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang mengalami krisis akibat adanya gangguan yang diakibatkan oleh serangan siber. Bank syariah Indonesia yang sudah berjalan beberapa tahun dengan mulus ternyata menghadapi krisis dimana terkena serangan siber yang mengakibatkan layanan perbankan sempat lumpuh dan dikeluhkan oleh para nasabah bank syariah Indonesia. Bank syariah Indonesia bukan satu-satunya bank di Indonesia yang terkena serangan siber, hal ini mengakibatkan para nasabah berhati-hati karena ketakutan akan diretasnya akun perbankan mereka.
Masalah siber yang diakibatkan oleh peretas ini meyakinkan publik bahwa sistem pertahanan siber bank di Indonesia tidak kuat, hal tersebut bisa dilihat bagaimana sistem bank syariah Indonesia dapat diretas dengan mudah. Lemahnya keamanan siber dari bank syariah Indonesia membuat layanan dari bank syariah Indonesia sempat tumbang dimana hal tersebut membuat publik menjadi marah karena belum adanya informasi lanjutan dari pihak bank syariah Indonesia. Terkait permasalahan tumbangnya layanan bank syariah Indonesia yang disebabkan oleh peretas menyebabkan krisis pada perusahaan yang membuat publik terganggu kenyamanan dan keamanannya.
Oleh karena itu bank syariah Indonesia khususnya Public Relations berperan dalam mengatasi dan menangani permasalahan dan krisis tersebut. Sehingga Public Relations perusahaan juga melaksanakan tugas dan tanggung jawab perusahaan dalam menjaga citra dari perusahaan tersebut. Manajemen krisis merupakan sebuah proses yang menggunakan aktivitas Public Relations untuk mengatasi akibat negatif, manajemen krisis merupakan tanggung jawab seorang Public Relations. Pentingnya Public Relations Bank Syariah Indonesia dalam menangani krisis ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Manajemen krisis Bank Syariah Indonesia dalam membentuk citra positif ”
Manajemen Krisis Bank Syariah Indonesia Pembahasan berikut ini mengenai manajemen krisis yang dilakukan oleh Bank Syariah Indonesia dalam membentuk citra positif. Pembahasan ini menggunakan teori manajemen Manajemen Krisis Bank Syariah Indonesia Dalam Membentuk Citra Positif 2024 krisis dari W. Timothy Coombs yang memiliki 3 tahapan yaitu Pra-Krisis, Respon Krisis, dan Pasca Krisis
- Pra-Krisis Pra-Krisis merupakan pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi resiko yang diketahui dan mengarah kepada krisis. Tahap pra-krisis ini digunakan untuk mengetahui resiko serta krisis yang terjadi. Dalam tahapan ini yang dilakukan oleh pihak Bank Syariah adalah dengan monitoring secara berkala melalui media massa, dimana hal ini dilakukan setiap hari untuk memantau kegiatan operasional dan tingkat operasional. Setelahnya untuk menghalangi krisis yang terjadi dilakukan kegiatan monitorin dan mapping untuk menentukan strategi dan taktik yang digunakan untuk menghadapi krisis nantinya, berkoordinasi dengan pihak-pihak internal. Persiapan yang dilakukan juga dengan kegiatan monitoring serta mapping, dengan terus memantau secara berkala serta mengatur strategi serta taktik menghadapi dan menghalangi krisis nantinya.
- Respon Krisis Tahap Respon Krisis adalah tahapan dimana manajemen menjelaskan apa yang akan dilakukan pada saat krisis. Hal ini dilakukan untuk menjelaskan cara atau kegiatan yang dilakukan pada saat krisis terjadi. Bank Syariah Indonesia menjelaskan kepada publik mengenai krisis yang terjadi dengan melakukan mapping, disini untuk menentukan strategi dan taktik yang akan dipakai untuk menjelaskan krisis kepada publik. Bank syariah menyiapkan holding statement dan jawaban atas pertanyaan yang diberikan serta memberikan pernyataan di media sosial. Saat terjadinya krisis, bank syariah indonesia tetap melakukan mapping terhadap krisis tersebut setelahnya mengeluarkan statement dan memunuclkan isuisu positif untuk merecovery isu-isu negatif melalui media sosial.
- Pasca Krisis Tahap Pasca Krisis merupakan tahapan dimana perusahaan menjalankan operasional seperti biasa, krisis yang terjadi sudah bukan menjadi perhatian utama tetapi masih tetap pada pantauan., Hal 13-23 Setelah krisis terjadi bank syariah Indonesia melakukan komunikasi summit untuk menyampaikan visi dan misi ke pihak internal, serta bank syariah Indonesia menggandeng influencer yaitu putri ariani. Influencer seperti putri ariani ini memiliki citra positif yang nantinya memberikan kesan positif kepada nasabah. Saat krisis dilihat cukup mereda pihak bank syariah Indonesia tetap melakukan monitoring dengan komunikasi minute by minute, hal ini dilakukan untuk memantau krisis yang terjadi sudah selesai atau masih berlanjut.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan mengenai manajemen krisis bank syariah Indonesia yaitu ada 3 tahapan Pra-Krisis, Respon Krisis, dan Pasca Krisis dalam membentuk citra positif. Maka kesimpulan adalah sebagai berikut:
- Manajemen Krisis Bank Syariah Indonesia Hasil penelitian ini menggunakan teori W. Timothy Coombs dengan 3 tahapan (PraKrisis, Respon Krisis, dan Pasca Krisis).a. Pra Krisis Pada tahap ini pihak bank syariah Indonesia melakukan kegiatan monitoring melalui media massa dan media sosial untuk mengidentifikasi serta mempersiapkan strategi dan taktik disaat krisis terjadi. Koordinasi dengan pihak internal juga dilakukan untuk menghalangi krisis yang terjadi. Manajemen Krisis Bank Syariah Indonesia Dalam Membentuk Citra Positif b. Respon Krisis Pada tahap respon krisis bank syariah Indonesia melakukan kegiatan mapping dimana hal ini dilakukan untuk menetapkan strategi dan taktik untuk mengenalkan serta menjelaskan krisis kepada publik. Tim internal juga melakukan komunikasi kepada untuk mengeluarkan statement dan mengeluarkan isu-isu positif. c. Pasca Krisis Pasca krisis merupakan tahap dimana krisis bukan menjadi perhatian utama tapi masih dalam pantauan. Bank syariah Indonesia melakukan communication summit untuk menyampaikan visi misi kepada pihak internal yang bertujuan untuk lebih siap menghadapi krisis yang akan datang. Adapun bekerjasama dengan influencer untuk memberikan kesan positif bagi nasabah, untuk memastikan bahwa krisis sudah selesai pihak bank syariah Indonesia tetap melakukan kegiatan monitoring minute by minute untuk memastikan krisis sudah selesai.
- Membentuk Citra Positif Dalam membentuk citra positif bank syariah Indonesia menggandeng influencer yang memberikan kesan positif kepada nasabah dan juga mengadakan press conference dimana para direksi secara langsung turun untuk meyakinkan nasabah bahwa bank syariah Indonesia serius. Adanya perubahan yang disebabkan oleh krisis yang terjadi membuat pihak internal bank syariah Indonesia lebih semangat dalam memberikan layanan serta kenyamanan kepada nasabah.
- MANAJEMEN KRISIS PT. BERKAH WONG CILIK “SHABU HACHI” DI MASA PANDEMI COVID-19
Pendahuluan
Salah satu perusahaan makanan minuman yang terkena krisis pada masa pandemi adalah PT. Berkah Wong Cilik “Shabu Hachi”. Pada bulan pertama, hampir 50% dari seluruh karyawan Shabu Hachi dirumahkan. Pada bulan kedua, karyawan yang dirumahkan meningkat menjadi 60%.
Kemudian pada bulan ketiga dan keempat, kondisi ekonomi di Indonesia semakin memburuk sehingga restoran Shabu Hachi terpaksa merumahkan karyawannya sebanyak 80%. Dampak pandemi COVID-19 membuat seluruh outlet Shabu Hachi tutup selama kurang lebih 5 (lima) bulan dan terpaksa merumahkan seluruh karyawan (Shabu Hachi, 2021).
Shabu Hachi merupakan salah satu restoran Jepang berkonsep all-you-can-eat dan sebagai restoran shabu-shabu yang berkualitas dengan pilihan bahan makanan yang segar dan beragam. Shabu Hachi juga mempunyai kebijakan untuk memastikan kebersihan dan kualitas makanan dengan standar yang tinggi.
Restoran ini juga terkenal dengan interior yang nyaman dan pelayanan yang ramah dari staf mereka. Hal tersebut menjadikan restoran Shabu Hachi sebagai salah satu restoran yang terbilang sangat ramai di saat sebelum pandemi COVID-19 di Indonesia dan banyak customer yang melakukan waitinglist dikarenakan oleh padatnya kunjungan (Shabu Hachi, 2021)
Metode penilitan
Metode penelitian yang diaplikasikan pada penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus, dimana merupakan salah satu jenis metode kualitatif yang berfungsi untuk menggali lebih dalam tentang suatu kasus spesifik dengan cara menyertakan pengumpulan data dari beragam sumber informasi yang ada. Studi kasus merupakan jenis penelitian kualitatif yang mendalam tentang individu, kelompok, institusi dan sebagainya dalam waktu tertentu.
Tujuan studi kasus adalah berusaha menemukan makna, meneliti proses, serta memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam serta utuh dari individu, kelompok, atau situasi tertentu (Sugiarto, 2017). Pada penelitian ini, subjek disebut dengan sebutan informan, yang dimana merupakan seorang individu yang reliable sebagai koresponden atau narasumber informasi guna mencukupi data-data yang digunakan dalam penelitian.
Penelitian ini dapat dilakukan dengan pengumpulan informasi dari beberapa informan di restoran Shabu Hachi menjadi objek kasus. Penelitian ini dapat berhasil dengan mendapatkan informan yang tepat. Dalam penelitian ini, informan yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu: informan kunci dan informan. Adapun informasi kunci penelitian yaitu owner dari restoran Shabu Hachi yaitu Ibu Raden Githa Asterita Putri Harinindya, S.I.P, MM yang memiliki jabatan sebagai Direktur Utama Shabu Hachi. Latar belakang pendidikan yang dimiliki pun berbeda yaitu Strata 2 Magister Manajemen di Parasetya Mulia University.
Praktisi public relations yaitu Bapak Joesoef Kresnadi Tjiptono merupakan praktisi public relations Shabu Hachi dengan lama bekerja lebih dari 5 tahun. Informan dalam penelitian ini dapat ditemukan di wilayah yang berdekatan dengan objek kasus yang akan diteliti yang dapat memberikan informasi tenteng masalah yang akan diteliti yaitu staff dari Restoran Shabu Hachi yang sudah bekerja lebih dari 3 tahun yang memiliki pengetahuan luas tentang Shabu Hachi, sehingga dapat mengetahui bagaimana kasus krisis yang terjadi di masa Covid-19. Penelitian ini menerapkan beberapa teknik dalam pengumpulan data sebagai penunjang, dimana penelitian ini dilaksanakan bukan hanya berbasis atas pengetahuan apa saja yang dipunya, akan tetapi juga berbasis informasi dalam data-data relevan yang dikemas dan dijadikan sebagai bahan analisis oleh peneliti nantinya. Teknik dalam pengumpulan data yang akan diterapkan dalam penelitian ini dengan menetapkan data primer dan data sekunder.
Kesimpulan
Berbasis dari hasil-hasil serta pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa perusahaan yang bergerak pada sektor bisnis food and beverages, Shabu Hachi terkena dampak yang signifikan dikarenakan pandemi Covid yang terjadi. Pandemi tersebut menjadi suatu krisis yang harus ditanggulangi oleh Shabu Hachi agar perusahaan tidak kolaps atau tutup secara permanen. Langkah-langkah yang dilakukan Shabu Hachi adalah penerapan fungsi manajemen yang sesuai dengan teori yang ada dan disertai dengan praktisi public relation yang ahli di bidangnya juga.
Dikarenakan adanya batasan cakupan dari penelitian ini yang hanya terbatas pada satu perusahaan swasta yang bergerak pada industri makanan dan minuman, berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat dilaksanakan oleh peneliti selanjutnya, yakni: studi perbandingan praktik manajemen krisis pada perusahaan publik dan swasta; dan evaluasi efektivitas rencana manajemen krisis***
Zaiqmal Favian Zesar
Mahasiswa Komunikasi Digital Dan Media Sekolah vokasi IPB University