Bogordaily.net – Dadi Muhamad Hasan Basri lahir di Bandung pada Oktober 1970. Beliau tumbuh besar dan menghabiskan masa kecilnya di Bogor sebagai anak yang ceria dan suka bermain dengan teman-temannya. Dadi remaja mengambil pendidikan S-1 di jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Udayana dan S-2 di Institut Kesenian Jakarta. Dari 2011 beliau menjadi dosen di Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor di Program Keahlian Komunikasi dan Akuntansi.
Sebelum menjadi dosen, beliau pernah bekerja sebagai editor di perusahaan penerbit seperti Gema Insani, Senayan Abadi, dan Kharisma Ilmu. Pekerjaan ini beliau lakukan hingga tahun 2011, sebelum akhirnya menjadi dosen Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor.
Karena berlatar belakang di bidang penulisan, beliau diamanahi menjadi dosen mata kuliah Penerbitan dan Penulisan Media Cetak di Program Keahlian Komunikasi, mata kuliah Pengantar Bisnis di Program Keahlian Akuntansi, serta mata kuliah Kewirausahaan di semua program keahlian. Benerapa tahun kemudian, beliau mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia di semua program keahlian di Sekolah Vokasi dan di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) S-1.
Selain di Institut Pertanian Bogor, beliau juga mengajar di Universitas Binaniaga sebagai dosen S-1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk mata kuliah Bahasa Indonesia, Kewirausahaan, Pengantar Bisnis Moder, Etika Profesi, dan Etika Bisnis.
Sebagai orang yang pernah bergelut di bidang editing, sudah banyak buku–kurang lebih tiga ratus judul–yang beliau sunting, di antaranya Jejak-Jejak Ekonomi Syariah karya M. Luthfi Hamidi, yang diterbitkan oleh Senayan Abadi pada 2003.
Khusus untuk buku Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik karya Muhammad Syafi’I Antonio, beliau melakukan penyusunan ulang terhadap tiga buah buku untuk dijadikan satu buku, selain melakukan penyuntingan bahasa.
Kegiatan lain yang beliau lakukan adalah memberikan pelatihan fotografi, pelatihan pembuatan pupuk organik kepada masyarakat sekitarnya, dan pelatihan penulisan kepada guru-guru dan calon penulis.
Selama hidup, beliau selalu memegang teguh prinsip kejujuran. Baginya, prinsip ini adalah prinsip penting yang harus dimiliki setiap manusia karena prinsip ini memiliki dampak yang besar pada manusia dan juga lingkungan sekitarnya. Selain itu, beliau juga memiliki prinsip untuk bisa lebih banyak memberi daripada menerima.
Menurut beliau, tantangan terbesar yang pernah dihadapi adalah berasal dari dalam dirinya, yaitu kemalasan dan menunda-tunda. Sebagai contoh, beliau menceritakan pengalamannya sebagai penyunting, di mana ketika itu beliau harus melakukan penyuntingan terhadap tiga buku sekaligus untuk dimuat menjadi satu buku.
Ia lakukan kegiatan ini selama dua bulan lebih, di mana ia lakukan dengan membuat garis besar dari tiga buku ini, seperti memilah mana yang isinya sama, mana yang bisa dijadikan satu bagian, dan juga mana yang harus dibuat terpisah bagiannya, sebelum akhirnya dijadikan satu dalam sebuah buku.
Selain menjadi dosen dan penyunting buku, beliau juga membuat usaha bisnis restoran kecil dengan menu andalan laksa. Dalam perjalanan bisnisnya, beliau mengalami banyak tantangan yang membuat bisnisnya tutup sementara. Kondisi tersebut tidak membuat semangat beliau surut, akhirnya beliau membawa usaha restorannya di depan tempat kediamannya.
Peminat laksanya tidak hanya berasal dari relasi dan warga sekitar, tetapi juga dari pecinta kuliner dari beberapa kota dan provinsi yang datang untuk menikmati laksa buatannya. Melihat perkembangan tersebut, beliau merasa senang dan puas karena melihat orang lain menikmati karya masakannya dan menjadikan itu sebagai sebuah kebahagiaan tersendiri baginya. Hal ini juga yang mendorongnya agar bisnisnya dapat terus berkembang dan dikenal oleh masyarakat.
Selain aktif membuka restoran laksanya ini, Hasan Basri, juga aktif berbagi dalam program sosial yang dibuatnya, seperti Jumat Berkah, Peduli Duafa, Peduli Janda Tua, dan membantu UMKM lokal. Tidak hanya itu, beliau juga sering membagikan pengalaman fotografinya dan tulisan-tulisannya di akun media sosial Instagramnya @dadi.photoworks, sekaligus mempromosikan resto laksanya di @laksa.bogor.
Hasan Basri, berpesan untuk jangan menunda pekerjaan dan malas-malasan ketika melakukan tugas atau pekerjaan. Ia juga berpesan untuk selalu melakukan apa pun yang menjadi tugas dan tanggung jawab yang dimiliki dengan perasaan senang, karena perasaan senang inilah yang membuat pekerjaan tersebut tidaklah memberatkan.***
 Zharif Mashutomo dari Sekolah Vokasi IPB