Bogordaily.net – Tera Fit Rayani, S.Pt., M.Si., lahir di Kabupaten Sumedang pada 26 Maret 1993. Saat ini, ia mengabdikan diri sebagai dosen serta menjabat sebagai Kepala Laboratorium Unggas di Program Studi Teknologi dan Manajemen Ternak.
Perjalanan pendidikannya dimulai dari SD Negeri Cikadu di desanya, kemudian berlanjut ke SMP Negeri 2 Situraja yang berada di tingkat kecamatan. Setelah itu, ia menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri Situraja. Selepas SMA, ia merantau ke Bogor dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan.
Di IPB, ia mengambil jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan di Fakultas Peternakan. Pada tahun 2014, ia mengikuti program sinergi yang memungkinkannya langsung melanjutkan studi ke jenjang magister di departemen yang sama. Dengan program tersebut, ia berhasil menyelesaikan S1 dan S2 dalam waktu lima tahun.
Menariknya, sejak awal memilih jurusan, ia sebenarnya tidak memiliki ketertarikan khusus terhadap Fakultas Peternakan. Keinginannya saat itu hanyalah bisa masuk IPB, dan kebetulan Fakultas Peternakan memiliki tingkat persaingan yang lebih rendah dibanding program studi lain, sehingga ia menempatkannya sebagai pilihan ketiga.
Namun, setelah mendalami perkuliahan, ia menemukan ketertarikan pada ilmu nutrisi dan metabolisme pakan ternak. Ia menyadari bahwa bidang ini sesuai dengan minatnya, terutama karena ketertarikannya pada aspek biologi yang lebih mendalam.
Dalam perjalanannya menyelesaikan pendidikan, salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah manajemen waktu. Mengikuti program sinergi membuatnya harus mengambil mata kuliah S2 saat masih menyelesaikan S1 di semester tujuh.
Hal ini menyebabkan jadwalnya menjadi sangat padat dan cukup melelahkan. Namun, tantangan ini justru menjadi pendorong baginya untuk terus berkembang.
Awalnya, ia bercita-cita menjadi seorang peneliti yang bekerja di laboratorium dan tidak banyak berinteraksi dengan orang. Namun, pengalaman menjadi asisten dosen laboratorium dan asisten praktikum selama kuliah mengubah pandangannya. Dari yang semula merasa nyaman bekerja sendiri di laboratorium, ia mulai menikmati dunia pengajaran.
Pengalaman membimbing mahasiswa dan bertanggung jawab dalam praktikum membuatnya semakin tertarik pada bidang akademik. Hingga akhirnya, setelah menyelesaikan S2, ia mendapat tawaran menjadi dosen di Sekolah Vokasi IPB pada tahun 2018, dan sejak saat itu ia menekuni profesi sebagai pengajar.
Sebagai akademisi, ia memilih untuk fokus pada bidang unggas, khususnya dalam aspek pakan dan nutrisi. Salah satu penelitian yang paling berkesan baginya adalah penelitian tentang nutrigenomics, yaitu studi mengenai ekspresi gen berdasarkan nutrien yang diberikan kepada ternak.
Penelitian ini sangat menarik karena masih tergolong baru dan belum banyak dikembangkan di Indonesia. Meskipun hasilnya belum sepenuhnya memuaskannya, pengalaman tersebut menjadi tantangan tersendiri baginya untuk terus belajar dan memperdalam bidang ini.
Di luar penelitian, ia juga memiliki kontribusi dalam dunia akademik, seperti menjadi best paper dalam sebuah seminar serta turut serta dalam penciptaan instalasi Aqua Fooder, sebuah sistem yang mengintegrasikan produksi pakan ternak dengan budidaya ikan air tawar. Instalasi ini telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dan menjadi bukti nyata kontribusinya dalam pengembangan teknologi peternakan.
Sebagai dosen, salah satu momen paling berkesan baginya adalah ketika melihat mahasiswanya mampu mengaplikasikan ilmu yang telah ia ajarkan. Baik ketika mereka mengikuti kompetisi dan memenangkan lomba, maupun saat memasuki dunia kerja dan berhasil menerapkan pengetahuan yang telah mereka pelajari. Baginya, melihat mahasiswa berkembang dan sukses adalah kepuasan tersendiri.
Ia selalu menekankan kepada mahasiswanya untuk tidak pernah berhenti belajar. Baginya, belajar tidak mengenal batas usia atau situasi. Kapanpun dan di manapun, seseorang harus selalu membuka diri untuk menambah ilmu.
Harapannya dalam dunia pendidikan adalah agar mereka yang memiliki kesempatan dan privilege untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Ia ingin ilmu yang didapat oleh generasi muda tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan dan negara.
Sebagai akademisi, Tera Fit Rayani terus berupaya mengembangkan diri, baik dalam penelitian maupun pengajaran, dengan harapan dapat berkontribusi lebih besar dalam dunia pendidikan dan peternakan di Indonesia.***
Sella Syahfillah Aishwasam, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media