Wednesday, 30 April 2025
HomeBeritaEvolusi Komunikasi Visual di Era TikTok dan Instagram Reels

Evolusi Komunikasi Visual di Era TikTok dan Instagram Reels

Bogordaily.net – Di era digital saat ini, komunikasi tidak lagi didominasi oleh kata-kata. Visual telah mengambil alih sebagai bentuk utama dalam menyampaikan pesan, terutama melalui platform berbasis video pendek seperti TikTok dan Instagram Reels.

Dalam hitungan detik, seseorang bisa menyampaikan emosi, opini, bahkan membangun citra diri. Perubahan ini menandai transformasi besar dalam ranah ilmu komunikasi, di mana visual kini tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi menjadi pusat dari proses penyampaian pesan.

Menurut Kress dan van Leeuwen (1996) dalam “Reading Images: The Grammar of Visual Design”, visual memiliki struktur naratif dan simbolik yang memungkinkan pemaknaannya sejajar dengan bahasa verbal. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi visual adalah bentuk komunikasi kompleks yang perlu dianalisis secara kritis, apalagi di tengah gempuran konten audiovisual saat ini.

Komunikasi Visual dalam Era Digital
Komunikasi visual merujuk pada penyampaian pesan menggunakan elemen gambar, warna, gerak, dan simbol (Lester, 2013). Dalam konteks TikTok dan Instagram Reels, elemen ini tidak hanya hadir secara estetis, tetapi menjadi strategi utama untuk menarik perhatian. Waktu durasi yang singkat membuat pengguna harus menyusun pesan secara padat, jelas, dan menghibur, yang seringkali lebih mudah dicapai dengan visual daripada teks.

Bahkan, menurut teori”Dual Coding” oleh Paivio (1971), informasi yang disampaikan dalam bentuk visual dan verbal secara bersamaan akan lebih mudah diingat oleh audiens. Maka tidak heran jika konten TikTok yang menyertakan teks, musik, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh—semuanya dalam satu video—lebih kuat dampaknya dibandingkan satu format saja.

TikTok dan Instagram Reels: Arena Baru Komunikasi Visual
TikTok dan Reels telah menjadi media ekspresi utama, terutama bagi Generasi Z. Di sinilah konsep visual storytelling bekerja maksimal. Konten seperti “A Day in My Life”, tutorial singkat, atau before-after transformation bukan sekadar hiburan—mereka mengandung narasi visual yang kuat. Dalam satu video, pengguna bisa membentuk persepsi, memengaruhi opini, hingga menciptakan tren budaya populer.

Sebuah penelitian dari jurnal “Media and Communication” (Anderson, 2021) menyebutkan bahwa 78% pengguna Gen Z lebih tertarik pada konten visual interaktif yang memiliki durasi pendek dan gaya penyampaian yang kreatif. Hal ini menggeser model komunikasi tradisional yang berbasis teks panjang dan formal menjadi komunikasi yang lebih cepat, ringkas, dan menyenangkan secara visual.

Bahkan dalam konteks pemasaran, perusahaan kini berlomba membuat “reels-friendly content” agar bisa menjangkau konsumen muda. Ini menjadi bukti bahwa komunikasi visual bukan hanya soal estetika, tapi juga strategi komunikasi yang serius dan terencana.

Dampak Sosial dan Kultural dari Dominasi Visual
Dominasi visual dalam komunikasi sehari-hari membawa dampak signifikan, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, komunikasi visual memperluas akses terhadap informasi dan ekspresi diri. Namun di sisi lain, muncul tantangan seperti misinformasi visual, manipulasi citra diri, dan tekanan sosial akibat standar visual tertentu di media sosial.

Menurut Jean Baudrillard dalam teorinya tentang “simulacra”, masyarakat modern kini cenderung lebih percaya pada representasi visual daripada realitas itu sendiri. Di TikTok, misalnya, narasi yang dibangun dalam 15 detik bisa lebih dipercaya daripada penjelasan ilmiah berdurasi 5 menit. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana visual telah mengambil alih peran besar dalam membentuk persepsi publik.

Era TikTok dan Instagram Reels telah mendorong revolusi dalam cara manusia berkomunikasi. Komunikasi visual kini menjadi alat utama dalam menyampaikan pesan, membentuk opini, dan bahkan membangun citra diri. Bagi ilmu komunikasi, fenomena ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk terus mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam menganalisis bentuk komunikasi yang semakin visual dan cepat.

Dengan memahami struktur, makna, dan dampak komunikasi visual, kita tidak hanya menjadi konsumen pasif dari konten digital, tetapi juga partisipan aktif yang sadar akan kekuatan pesan yang kita sampaikan melalui layar kecil di genggaman.***

 

Rifa Diaz Maulana Kosasih, Program Studi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here