Monday, 7 April 2025
HomeTravellingHura-hura petualangan ke Merak

Hura-hura petualangan ke Merak

Bogordaily.net – Saat itu masih libur semester, saat itu saya dan sahabat saya memutuskan untuk pergi petualangan ke Merak, Banten. Sahabat saya ini Zainab dan Yaya, kebetulan mereka teman saya dari Sekolah Dasar.

Seperti yang sudah kita ketahui juga, pertemanan yang biasanya sudah lama ini justru jarang sekali berpergian bersama.

Sebenarnya yang menginisiasi perjalanan ini adalah Yaya. Waktu itu Yaya masih Semi-Gap Year (belum diterima di perguruan tinggi negeri) sedangkan saya sama Zainab baru saja merasakan pusingnya perkuliahan di IPB dan UNJ. ”Hitung-hitung membahagiakan teman,” pikir saya waktu itu.

Tanggal 26 Desember 2023 sudah ramai di group chat, Yaya sibuk memesankan kami tiket kereta dari Stasiun Kebayoran Lama sampai Rangkasbitung.

Dari Rangkasbitung dilanjutkan dengan kereta lokal arah Merak. Saya dan zainab tugasnya menyiapkan makanan dan keperluan piknik lainnya.

Destinasi kita adalah Pulau Kecil yang letaknya di sebelah Pantai Merak, Banten. Bayangan kami mengenai pantai tersebut tentunya tidak jauh dari yang ada di pikiran orang-orang pada umumnya: pantai yang indah dengan pasir putih dan ombak yang tenang, tempat yang sempurna untuk bersantai dan menyegarkan pikiran.

Tanggal 28 Desember 2023 atau keesokan harinya, mulai lah huru-hara perjalanan ini. Namanya perempuan, mau pergi kemana pun yang dipusingkan sebenarnya adalah pakaian.

H-1 jam pun kami bertiga masih kebingungan mau pakai baju apa dan saling bertanya di group chat mengenai hal tersebut.

Sampai akhirnya saya memutuskan untuk memakai baju salopet berbahan jeans, saya pikir akan lebih mudah untuk dibuat bergerak mengingat kami harus naik-turun kereta satu ke kereta lainnya.

Kira-kira pukul 10.30 WIB kami berkumpul di rumah saya terlebih dahulu, sekalian memeriksa apa saya yang kurang. Setelah izin kepada Bunda, kami berangkat ke Stasiun Kebayoran Lama menaiki angkot C01 dari Swadarma.

Perjalanan dari Swadarma ke Kebayoran tidak terlalu jauh, kami sampai di sana sekitar pukul 11.00 WIB. Seperti biasanya, Stasiun Kebayoran Lama tidak pernah sepi penumpang.

Kami memutuskan untuk menumpangi kereta yang berjalan pada pukul 11.33 WIB arah Rangkasbitung. Tarif KRL-nya terbilang cukup murah, hanya Rp7.000, itu pun yang menjadi alasan kami memilih perjalanan ini. Murah dan menyenangkan, di bayangan kami.

Saat itu kereta kami sudah penuh, saya dan Zainab terpaksa harus berdiri selama perjalanan, sedangkan Yaya duduk karena teman saya yang satu ini memang agak jompo.

Petualangan ke Merak itu kami isi dengan obrolan ringan seputar kuliah, saya menceritakan IPB yang tugasnya datang tiada henti itu. Zainab menceritakan Seni Kulinernya, Yaya menceritakan kegiatannya mengajar les selama waktu luang.

Petualangan ke Merak itu sebenarnya bukan perjalanan yang tak terasa, alias kami merasa sedikit kelelahan juga karena harus berdiri selama perjalanan.

Kami pun sampai di Stasiun Rangkasbitung pada pukul 13.07 WIB dan lanjut menunggu kedatangan kereta lokal hingga pukul 13.50 WIB.

Langsung saja kita pergi ke kursi yang telah dipesan. Jujur, ini baru kali pertama saya menumpangi kereta lokal dan memang sangat tidak sesuai dengan ekspektasi saya.

Pertama, pendingin ruangan kereta saat itu tidak menyala. Bayangkan harus berada dalam kereta dengan suhu yang cukup panas selama tiga jam.

Kedua, banyak penumpang lain yang asal meluruskan kakinya ke kursi saya. Ketiga, kursinya yang memang tegak sekali itu membuat saya tidak bisa tidur selama perjalanan. Yah, sebenarnya sesuai dengan harganya yang sangat murah, Rp3.000 saja. Hitung-hitung untuk pengalaman juga.

Kami kembali menghabiskan perjalanan dengan berbincang dan mengabadikan momen di atas kereta. Bunda sempat menelpon saya saat di kereta dan terkejut karena sudah pukul 16.30 WIB kami belum juga sampai ke tujuan.

Saya sebenarnya juga sempat merasa takut karena ini kali pertama pergi ke tempat yang cukup jauh dan belum pernah saya kunjungi sama sekali. Orang bilang, Banten itu seperti ujung dunia. Alias, jauh sekali.

Sampai di pelabuhan Merak pada pukul 17.30 WIB, perasaan saya sudah mulai tidak baik. Rasanya ingin cepat-cepat pulang saja. Namun, Zainab dan Yaya meyakinkan saya bahwa perjalanan ini akan memorable saat sudah sampai di sana.

Benar saja, belum sampai di tempat tujuan, kami sudah ditodong abang angkot yang katanya akan membawa kami ke Pulau Kecil.

Kesalahan kami saat itu, kami tidak tahu harus melanjutkan perjalanan dengan apa setelah sampai di Merak. Akhirnya kami memutuskan untuk menumpangi angkot tersebut, ternyata memang banyak orang lain yang juga menumpanginya.

Setelah kira-kira lima belas menit perjalanan, angkot itu menurunkan kami di sebuah tempat yang kelihatannya memang biasa dikunjungi wisatawan.

Baru sampai di tempat yang katanya ”Pulau Kecil” itu, kami diminta untuk membayar tiket masuk sebesar Rp20.000. Saya sempat merasa lega, karena ternyata memang benar ada tempat itu sampai harus membayar tiket masuk.

Ketika kami menyusuri lebih jauh yang ada hanya pantai dengan air keruh. Saya yakin teman-teman saya juga merasa kecewa dengan pemandangan tersebut. Sampah berserakan dimana-mana, dari bungkus mie instan sampai popok bayi.

Duh. Bahkan, tidak terlihat ada tanda-tanda pengunjung di sana. Sangat jauh dari bayangan saya mengenai pantai yang ramai dan indah untuk sekedar mengambil foto.

Tetapi, yah, karena sudah terlanjur sampai, kami pun segera menggelar tikar dan menyantap hidangan yang sudah kami bawa. Makanan menjadi penyelamat kami dari perasaan kecewa karena saat itu kami sangat lapar, rasanya semua makanan jadi terasa enak dan meningkatkan suasana hati.

Daripada sama sekali sia-sia, kami juga mengambil beberapa foto dan video, kebetulan saat itu matahari hampir tenggelam dan cukup bagus untuk diabadikan. Setelah puas sedikit bermain air dan girls talk, kami memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

Kira-kira pukul 19.00 WIB kami sudah sampai lagi di Stasiun Merak dan segera melanjutkan perjalanan kami ke Rangkasbitung, hingga Kebayoran Lama. Kami baru sampai pada pukul 10.00 WIB, disambut dengan bunda yang terlihat sangat amat khawatir.

Benar kata teman-teman saya, perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang sangat memorable bagi saya. Banyak juga pelajaran yang kami dapatkan, mulai dari pengalaman menumpangi kereta lokal, dan pelajaran bahwa sebelum melakukan perjalanan, baiknya lakukan riset terlebih dahulu agar tidak kecewa berlarut-larut. Perjalanan ke Merak, meskipun tidak seindah bulu merak, tetap memberikan kisah perjalanan yang tak akan kami lupakan.***

Nur Anisah Fadia, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here