Friday, 18 April 2025
HomeBeritaKebakaran Glodok Plaza: Solidaritas hingga Sorotan Kritis, Apa yang Harus Dipelajari?

Kebakaran Glodok Plaza: Solidaritas hingga Sorotan Kritis, Apa yang Harus Dipelajari?

Bogordaily.net – Pada Rabu, 15 Januari 2025, sekitar pukul 21.30 WIB, pusat perbelanjaan Glodok Plaza, kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, telah dilanda kebakaran hebat. Kebakaran ini menelan banyak korban dan menimbulkan duka yang mendalam bagi keluarga korban serta masyarakat. Menurut data terkini, terdapat 12 korban tewas dalam insiden kebakaran di Glodok Plaza.

Kebakaran ini bermula di lantai atas Glodok Plaza, tepatnya di area ruang karaoke, lalu api dengan cepat menyebar ke seluruh gedung. Penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan pihak berwenang. Namun, analisis awal ahli bencana dari Universitas Indonesia menyebutkan kemungkinan korsleting listrik atau kelalaian manusia sebagai pemicu kebakaran.

Di tengah tragedi ini, media sosial dengan cepat menjadi ajang diskusi masyarakat. Respons terhadap tragedi sangat beragam, ada yang mengungkapkan rasa empati dan kepedulian kepada korban, namun tak sedikit juga yang melontarkan kritik, bahkan menyalahkan korban atau pihak pengelola gedung.

Kalimat ini terlalu panjang dan perlu diperbaiki strukturnya. Bisa dipecah menjadi dua kalimat agar lebih jelas. Karena bencana ini terjadi di klub malam yang sering dikaitkan dengan kelompok sosial tertentu, banyak masyarakat yang memberikan penilaian subjektif.

Beberapa komentar bernada menyalahkan menganggap bahwa para korban ‘pantas’ mendapatkan akibat dari pilihan mereka yang berada di tempat berisiko. Padahal, setiap orang berhak atas keselamatan, terlepas dari tempat atau aktivitas yang mereka pilih. Persepsi ini seringkali mengaburkan pemahaman bahwa setiap orang berhak atas keselamatan, terlepas dari tempat atau aktivitas yang mereka pilih.

Belum lama ini, seorang reporter meliput di tempat kejadian sambil menangis dan menunjukkan empati terhadap tragedi serta para korban. Video ini beredar di media sosial dan memicu banyak empati bahkan hujatan dari masyarakat seperti “Berduka gara2 tempat nya kebakar ga bisa parti” tulis salah satu pengguna TikTok.

Selain itu, kritik terhadap pengelola gedung juga mengemuka. Banyak yang mempertanyakan mengapa sistem keamanan dan pencegahan kebakaran di gedung tersebut tidak lebih baik. Dengan volume pengunjung yang tinggi, pihak pengelola seharusnya memastikan standar keselamatan diterapkan dan dipantau dengan serius.

Namun, tak sedikit juga yang berusaha berempati atas tragedi yang sudah terjadi. “Cukup jadi manusia dlu, empati liat keadaan dlu kalau mau ketik apa2 ya, bahkan kamu melakukan tugas sebagai manusia yang mana memanusiakan manusia aja kamu belum :)” tulis salah satu pengguna TikTok.

Ada juga yang mengomentari “Pdhl kita gatau cara kita meninggal nanti kaya gimana, kita tidak berhak menghakimi siapa pun atas kepergian nya”. Mereka mengomentari karena jengkel pada komentar-komentar masyarakat yang telah mengkritik korban jiwa maupun menilai negatif terkait tragedi yang terjadi.

Berdasarkan hasil analisis terhadap tragedi ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah terulangnya bencana yang serupa dan juga belajar untuk memperbaiki respons terhadap tragedi apapun, yaitu:

1. Pertama, masyarakat harus diberi pemahaman tentang bagaimana menggunakan media sosial secara bijak, menghindari penyebaran informasi yang belum terverifikasi, dan lebih mengutamakan empati saat berkomentar tentang bencana.

2. Kedua, pengelola gedung dan pihak berwenang perlu melakukan evaluasi menyeluruh terkait sistem keselamatan. Hal ini meliputi peningkatan standar pencegahan kebakaran, penyediaan alat pemadam yang lebih efektif, dan pelatihan evakuasi yang lebih intensif bagi pengunjung dan karyawan.

3. Ketiga, masyarakat perlu diberi pemahaman yang lebih dalam mengenai pentingnya kewaspadaan terhadap keselamatan pribadi di tempat umum. Program edukasi tentang keselamatan kebakaran harus diperkenalkan lebih luas, baik di tingkat sekolah, tempat kerja, maupun komunitas-komunitas masyarakat.

Kebakaran Glodok Plaza 2025 mengingatkan kita bahwa tragedi dapat terjadi kapan saja, dimana saja, bahkan di tempat yang tidak kita dugaz. Tragedi ini juga menjadi pengingat akan pentingnya penerapan standar keamanan yang ketat di gedung-gedung publik.

Pemerintah diharapkan melakukan inspeksi rutin dan memastikan setiap fasilitas umum memiliki sistem keselamatan yang memadai, termasuk jalur evakuasi yang jelas dan peralatan pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik.

Namun, lebih dari sekadar mengingatkan kita akan pentingnya keselamatan, peristiwa ini juga mengajarkan nilai empati dan tanggung jawab sosial dalam menyikapi tragedi.

Media sosial harus dimanfaatkan dengan bijak, terutama dalam memberikan dukungan dan menghindari penyebaran informasi yang merugikan. Melalui kerja sama antara masyarakat, pengelola gedung, dan pemerintah, kita dapat mengurangi risiko terjadinya tragedi yang serupa dan memastikan bahwa bencana ini tidak hanya menjadi luka bagi korban, tetapi juga menjadi momentum untuk perbaikan bagi seluruh masyarakat.***

 

Mahliqa Aridha Fatimah
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here