Bogordaily.net – Namanya M Syafril Firdaus, SpOG. Tapi masyarakat lebih mengenalnya sebagai dr. Iril.
Ia bukan selebritas. Tapi sekarang namanya viral—dan bukan karena prestasi.
Tapi karena sesuatu yang jauh dari kata baik: dugaan pelecehan terhadap pasien.
Rekaman CCTV. Kesaksian korban. Dan media sosial yang tidak pernah tidur.
Tiba-tiba nama dr. Iril menyeruak ke permukaan. Seperti gelombang besar yang datang tanpa angin. Dan menghantam keras.
Diapa sebenarnya dr. Iril atau M Syafril Firdaus, SpOG?
Dari data yang dihimpun, ia bukan orang baru di dunia medis Garut. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Pernah praktik di dua klinik: Karya Harsa dan Sekar Kusuma. Keduanya bukan nama kecil di Garut.
Alamat lengkapnya? Bahkan terlalu detail: Jl. Ahmad Yani No. 39-41 dan Jl. Beko No.1, Keresek, Cibatu.
Tapi itu dulu.
Sekarang? Dinas Kesehatan Kabupaten Garut memastikan: namanya sudah tidak lagi tercatat dalam sistem resmi praktik dokter sejak akhir 2024.
Tidak ada izin aktif. Tidak ada catatan terkini. Hilang begitu saja dari data SISDMK.
Lulusan Unpad. Tapi bukan ASN. Ia memilih jalur profesional swasta.
Mendirikan praktik. Membangun kepercayaan. Dan sekarang, mempertaruhkan semuanya.
Kisah ini meledak dari satu unggahan di Twitter. Eh, sekarang X. Dari akun @txtdarijasputih.
Isinya? Testimoni seorang perempuan. Yang mengaku mendapat perlakuan tak pantas saat USG kehamilan.
Kisah itu kemudian diperkuat oleh seorang dokter lain, dr. Mirza Mangku Anom.
Yang suaranya nyaring di dunia maya. Yang sering jadi penjaga etika medis.
Dan publik pun mulai bertanya: apakah ini satu-satunya kasus?
Ternyata tidak.
Dinkes Garut mencatat: ada kasus serupa di tahun 2024. Diselesaikan secara kekeluargaan. Melibatkan aparat penegak hukum.
Tapi kemudian hilang. Tidak ramai. Dan publik lupa. Hingga kini. Hingga video rekaman kembali menyala.
Yang menarik, setelah video itu beredar, banyak yang bersuara. Di kolom komentar. Di story Instagram. Di DM.
“Kami juga pernah merasa tidak nyaman,” kata beberapa netizen. Tidak satu. Tidak dua. Tapi banyak. Terlalu banyak untuk disebut kebetulan.
Lalu muncul pertanyaan lain: kenapa diam selama ini?
Karena takut. Karena bingung. Karena tidak tahu harus lapor ke mana. Dan kini, ketika satu suara membuka pintu, suara-suara lain pun ikut masuk.
Apakah akun Instagram dr. Iril masih ada? Tidak jelas. Tidak ada klarifikasi. Tidak ada jumpa pers. Tidak ada bantahan. Sunyi.
Dan siapa istrinya? Tidak diketahui. Sama misteriusnya dengan status terakhir praktiknya. Sama kaburnya dengan nasib masa depannya sebagai dokter.
Publik menunggu. Institusi medis menunggu. Etika profesi menunggu. Dan barangkali, korban juga menunggu: kapan kebenaran akan ditegakkan?
Karena dalam dunia medis, satu hal paling penting bukan hanya keahlian. Tapi juga: kepercayaan. Dan sekali itu retak, sangat sulit untuk kembali utuh.
Sampai saat itu tiba, nama “M Syafril Firdaus SpOG” akan tetap menggantung di ruang publik—antara harapan klarifikasi dan kenyataan penghakiman.***