Bogordaily.net – Komunikasi digital adalah komunikasi yang saat ini digunakan oleh semua orang, sekarang komunikasi digital menjadi bagian yang tidak akan ditinggalkan atau dilupakan seseorang dalam kehidupan. Perkembangan teknologi yang membuat komunikasi bisa dilakukan dimana dan kapan saja, tak dipungkiri informasi yang serba cepat ini tentu akan memberikan dampak positif tak terkecuali dampak negatif. Tidak jarang berkomunikasi secara efektif tentu menjadi tantangan yang sangat terasa, maka dari itu kendali atas diri merupakan salah satu cara untuk membuat komunikasi menjadi efektif.
Kendali diri merupakan suatu kemampuan yang dapat mengotrol diri atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita, dan dapat mengendalikan diri atas apa yang akan kita lakukan. Kendali diri ini sangat dibutuhkan jika ingin mendapatkan komunikasi yang efektif. Kendali diri dapat membuat orang membatasi kata-kata dan mengendalikan respon sehingga tidak berlebihan.
Interaksi di dunia digital terjadi sangat cepat, terkadang respon yang kita dapatkan dari media sosial tersebut tidak sama dengan apa yang kita inginkan. Hal inilah yang akan memunculkan emosi yang tidak stabil dan respon yang berlebihan dari kita sebagai penerima pesan, hal ini juga butuh Kendali diri.
Kendali diri itu tidak hanya bagaimana kita dalam memberikan tanggapan ke orang lain, tetapi juga bagaimana kita merespon apa yang diberikan orang lain kepada kita. Semua hal butuh kendali bagaimana kita mempertahankan omonngan yang keluar dan omongan yang masuk.
“Cyberbullying merupakan masalah psikososial serius yang berkembang dan terjadi di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Cyberbullying mengakibatkan dampak negatif yang signifikan terhadap kesejahteraan emosional anak-anak dan remaja yang diekspresikan dalam emosi negatif seperti stress, kesedihan, kemarahan, frustasi, rasa malu, kesepian, ketakutan, depresi, keinginan balas dendam dan pikiran untk bunuh diri. Cyberbullying juga berdampak pada masalah perilaku seperti kenakalan remaja, kekerasan dan bahkan memburuknya nilai dan fungsi di sekolah sampai putus sekolah serta menarik diri dari lingkungan sosial (Agustiningsih, 2022)”
Komunikasi digital yang terus berkembang saat ini melibatkan semua orang dengan latar belakang, budaya, dan pandangan yang berbeda-beda. Perbedaan pendapat yang sering kita temui di media sosial tentu terkadang menjadi ruang diskusi, tetapi hal ini juga menjadi suatu yang konflik yang sengit terjadi dimasyarakat jika tidak memiliki kendali dalam diri masing- masing.
Maka dari itu bagi kita sebagai orang pengirim informasi memerlukan kewaspadaan yang tinggi dan sebelum mengirim pesan atau informasi pastikan informasi tersebut tidak menyinggung dan tidak akan memunculkan konflik baru pada masyarakat.
ketika pesan yang kita sampaikan sudah kita cek dan pastikan tidak menyinggung, tetapi di media sosial kita tetap mendapatkan bullyan atau komentar yang tidak bagus kita harus memahami bahwasannya, omongan orang tidak dalam kendali kita, tetapi kita bisa mengendalikan pikiran kita akan komentar orang tersebut.
“Ada hal-hal di bawah kendali (tergantung pada) kita, ada hal-hal yang tidak dibawah kendali (tidak tergantung pada) kita.” lebih lanjutnya “Hal-hal yang di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat; tetapi hal-hal yang tidak dibawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat, dan milik orang lain. Karenanya, ingatlah, jika kamu menganggap hal-hal yang bagaikan budak sebagai bebas, dan hal-hal yang merupakan milik orang lain sebagai milikmu sendiri..maka kamu akan meratap, dan kamu akan selalu menyalahkan para dewa dan manusia.” (Epictus | Enchiridion)
Teori Stoikisme mengenai dikotomi kendali berfokus kepada hal yang bisa dikendalikan dan tidak dikendalikan.Banyak hal yang dapat dipahami bahwasannya kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi, ada hal yang berada di bawah kendali kita dan ada juga yang tidak di bawah kendali kita, maka dari itu kendalikan apa yang bisa kamu kendalikan jangan sampai hal yang bisa kamu kendalikan menjadi tidak terkendali.
Kita bisa melihat kendali diri ini dapat membuat komunikasi menjadi efektif contohnya ketika kita menerima kritik atau bullyan dari seseorang di media sosial sedangkan postingan kita tersebut sudah dipastikan tidak ada yang salah dan menyinggung, tetapi masih banyak tangan nakal yang ingin membuat postingan kita tersebut terlihat jelek.
Jika itu terjadi pasti respon yang kita berikan marah, tetapi kita punya kendali diri maka yang terjadi sebaliknya kita akan membalas dengan bijaksana dan tidak akan merasa marah dan terus berproses karena kita mengetahui bahwasannya omongan atau ketika seseorang tersebut bukan menjadi kendali kita.
Komunikasi digital yang dimana kita mengetahui berkomunikasi dengan seseorang yang kita kenal dan mungkin ada juga yang tidak kita kenali, lebih banyak berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenali. Tentu, komunikasi seperti ini merupakan tantangan baru pada komunikasi jangankan untuk mengetahui sifat, budaya, dan apa yang mereka suka dan apa yang tidak mereka suka.
Untuk wajah mereka saja hal pertama yang akan kita ketahui jika berkomunikasi tatap muka atau berkomunikasi secara langsung, tetapi jika berkomunikasi secara digital wajah mereka bukan hal yang bisa kita ketahui.
Kendali diri menjadi suatu hal yang sangat penting dalam komunikasi yang terjadi di media sosial atau komunikasi secara digital yang kita lakukan. Komunikasi digital mudah menimbulkan kesalahpahaman atau lebih bahaya lagi menimbulkan konflik yang memecah belah suatu masyarakat.
Dengan mengedalikan diri, emosi, respon yang baik dan bijaksana kita dapat membuat dan menjaga komunikasi akan tetap efektif, sehingga media sosial atau komunikasi digital yang kita lakukan walaupun dari latar belakang, budaya, agama, dan daerah yang berbeda akan membangun sebuah pemahan antar sesama.
Komunikasi digital yang baik akan menjadikan media sosial sebagai ruang diskusi publik yang dimana media sosial sebagai sarana belajar dan menambah pengetahuan baru. Dengan demikian, kita tidak hanya dapat menjaga hubungan yang baik dengan orang lain, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya lingkungan digital yang lebih sehat dan produktif. Di dunia digital yang serba cepat ini.***
Rifa Tuljanah, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB