Bogordaily.net – Hari itu, di pagi hari bulan Ramadhan, aku membuka grup chat media sosialku untuk melihat kabar kelas kuliah hari itu. Kelas yang sebenarnya tidak diharapkan oleh kami untuk diadakan, mengingat ini masih beberapa hari semenjak bulan Ramdhan tiba.
Karena aku pikir hari ini tidak ada kelas, karena kelas awal kami dikabarkan hanya membuat laporan tugas, jadinya aku membantu nenekku untuk menyiapkan takjil buka puasa di masjid, berhubung hari itu adalah jadwal keluarga kami untuk menyediakan takjil puasa.
Namun, sekitar jam sepuluh, penanggung jawab kelas kami mengabarkan kalau nanti akan ada kelas yang diadakan secara tatap muka, dan membuat grup kami menjadi ricuh.
Kami semua sebenarnya sudah sepakat untuk membuat jadwal kelas di hari itu online semua, tapi dengan kabar seperti ini membuat kami harus siap atau tidak bisa mengikuti kelas tersebut, kelas itu akan diadakan tepat pukul 15.00 di kampus Bogor, dan mengharuskanku untuk bersiap kira-kira 2 jam sebelumnya.
Aku berkuliah di kampus ternama di kota Bogor, dan mengambil jurusan komunikasi dengan peminat terbanyak di Indonesia saat itu. Selama kuliah, ada satu hal yang terus aku pegang teguh, mungkin bagi teman-temanku banyak yang belum terbiasa dengan itu, lain denganku yang sudah dilatih oleh ayah, dan guru-guruku semenjak aku duduk di bangku sekolah, yaitu untuk selalu in-time atau hadir sebelum waktunya.
Tepat setelah sholat dzuhur hari itu, aku sudah menyiapkan segala keperluanku untuk kelas nanti, seperti tas, handphone, dompet, tempat pensil, dan buku, jaga-jaga bila nanti diperlukan. Aku meminta ayahku yang saat itu lagi libur kerja untuk mengantarku ke stasiun Cikini. Antara rumahku dengan stasiun Cikini itu ditempuh kira-kira 20-30 menit dengan motor.
Aku memilih stasiun ini karena stasiun ini terbilang lebih sepi daripada stasiun yang lebih dekat, yaitu stasiun Manggarai. Pukul 12.10 kereta menuju Bogor sampai, untungnya gerbong kereta saat itu sepi, jadinya aku masih dapat tempat duduk.
Namun tidak berselang lama setelah sampai di stasiun Manggarai, lautan manusia tiba-tiba masuk memenuhi gerbong tempat aku duduk. Aku dari awal sudah sadar kalau hal ini akan terjadi, dan ini alasan lain kenapa aku memilih stasiun Cikini dibandingkan stasiun Manggarai.
Aku yang malas berdiri langsung berpura-pura tidur dengan earphone di telinga sambil mendengarkan musik. Aku memutar volume earphone hingga mendekati maksimal, dan membuat aku tidak mendengar apa-pun selain musik yang kudengar dari earphone.
Perjalanan dari Jakarta ke Bogor dengan kereta kira-kira menempuh waktu satu jam. Ini juga yang membuatku malas untuk berdiri berdesak-desakan dengan penumpang-penumpang lainnya.
Aku sampai di Bogor jam 14.25, tidak sesuai dengan jadwal yang tertulis di jadwal aplikasi kereta. Saat sampai, hujan mulai turun di stasiun kota hujan, dan mengharuskanku untuk membuka payung berkarat yang aku simpan di tas.
Ketika sampai di depan stasiun, hujan menjadi semakin deras, dan membuatku basah di beberapa tempat. Saat di parkiran motor, aku langsung membuka jok motor untuk mengambil jas hujan. Meskipun itu hanya atasannya saja, tapi bagiku itu sudah lebih dari cukup untuk menghadapi cuaca hujan di Bogor.
Sebelum sampai di Bogor, sebenarnya ada temanku yang menyuruhku untuk mencetak laporan yang akan kami kumpulkan nanti ketika kelas, aku yang sebelumnya berpikir kalau tidak akan sempat, menolak permintaanya, tapi aku beritahu ke dia lagi kalau aku bisa lakukan, saat sampai di Bogor.
Meskipun hujan deras, dan jalanan licin, aku tetap melakukan permintaannya dengan motorku, dan bensin yang tinggal setengah. Air hujan membasahi helmku, membuat penglihatanku buram, dan mengharuskan untuk berhati-hati, agar tidak seperti 2 bulan lalu saat aku jatuh dari motor dan mengalami luka lecet di kaki saat hujan.
Tempat yang aku tuju saat ini adalah tempat fotocopy langgananku yang dekat dengan kampus. Semenjak semester satu aku kuliah, seringkali aku menge-print tugas-tugasku di fotocopy tersebut, dan membuatku cukup akrab dengan pemiliknya.
Setelah tugasku di print, hujan berhenti, aku membuka jas hujanku dan menaruhnya di bawah jok motor seperti sebelumnya. Saat aku membuka handphone, jam menunjukkan pukul 14.45, dan membuatku harus cepat-cepat ke kampus dan memarkirkan motorku. Aku berlari ke dalam gedung karena tiba-tiba hujan turun lagi.
Saat di dalam kelas, aku melihat ada beberapa temanku yang datang lebih awal sambil melihat video dari youtube. Aku duduk di salah satu bangku sambil membuka komputer, karena kelasku saat itu ada di ruang komputer kampus.
Aku memainkan beberapa game casual sambil menunggu dosenku datang untuk memulai kelas. Ada banyak temanku yang tidak hadir saat itu karena hujan, dan mereka masih tetap meminta agar kelas dilaksanakan secara online, meskipun ujung-ujungnya kelas tetap diadakan secara tatap muka.
Kelas berakhir kira-kira pukul 17.25, dan aku langsung menggerakkan motorku menuju stasiun. Sampai di stasiun aku menyempatkan untuk sholat asar sebelum naik ke kereta. Sebelum naik juga, aku menyempatkan untuk membeli beberapa takjil yang aku makan di dalam kereta sambil menuju rumah.
Begitulah kira-kira keseharianku sebagai mahasiswa yang pulang-pergi (PP), dari Jakarta ke Bogor, dan juga sebaliknya, baik di hari-hari biasa, ataupun ketika hari puasa di bulan Ramadhan. Meskipun sedikit capek, tapi aku jalani semua ini dengan senang hati, agar semua ini tidak jadi masalah untukku.***
Zharif Mashutomo, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB