Monday, 12 May 2025
HomeKabupaten BogorKirab Mahkota Binokasih Dapat Antusias Tinggi Masyarakat Bogor, Budayawan Serukan Kebangkitan Kearifan...

Kirab Mahkota Binokasih Dapat Antusias Tinggi Masyarakat Bogor, Budayawan Serukan Kebangkitan Kearifan Lokal

Bogordaily.net – Kirab Sang Hyang Pake yang digelar di Kabupaten Bogor memantik respons positif dari para .

Setelah ratusan tahun dijaga oleh Keraton Sumedang Larang, mahkota sakral itu akhirnya diperlihatkan kembali ke publik dalam rangkaian kirab budaya di Lapangan Muara Beres ke Pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor di Cibinong, Selasa, 22 April 2025.

Mahkota yang sarat makna ini diyakini sebagai simbol kasih, asih, dan asuh dalam peradaban Sunda. senior Bogor, Ediana Hadi Nata, menyambut hangat kehadiran mahkota ini. Ia menilai, ini momentum kebangkitan nilai-nilai lokal yang sempat tergeser arus zaman.

“Budaya dan agama itu seperti dua kaki, harus seiring sejalan. Tidak bisa hanya satu yang dominan,” kata Ediana, yang dikenal juga sebagai ahli tempa kujang dan pakar metalurgi.

Menurutnya, Kabupaten Bogor saat ini mulai menunjukkan perhatian terhadap warisan budaya. Hal itu menjadi alasan ia “turun gunung” setelah lama vakum dari kegiatan kebudayaan.

“Kalau menurut pengamatan Abah, sekarang ada harapan. Ini bukan cuma keren-kerenan, tapi tanda kebangkitan kearifan lokal,” jelasnya.

Menurutnya, budaya bukan sebatas seremoni. “Budaya itu budi dan daya. Intinya bukan cuma acara-acara formal, tapi harus edukatif, menyentuh generasi muda, bukan untuk segelintir orang saja,” tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa dibuat pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja sebagai simbol pemersatu. Sunda, kata Ediana, bukan sekadar etnis atau bangsa, melainkan ajaran hidup yang mendunia.

“Perilaku Sunda itu ramah tamah. Itu yang harus dibangkitkan. Binokasih adalah simbol kasih yang membina, bukan berperang. Filosofinya asah, asih, asuh, dari bawah sampai atas. Pemimpin harus turun ke bawah, edukasi rakyat secara langsung,” jelasnya.

Ediana optimistis, jika nilai-nilai itu dihidupkan kembali, maka masa depan budaya Sunda akan cerah. Ia menyayangkan narasi masa lalu yang menyebut leluhur Sunda sebagai masyarakat primitif.

“Padahal peradaban Sunda sudah ada sejak 2.500 tahun sebelum Masehi. Itu bukan primitif, itu leluhur kita yang lebih dulu membangun etika dan adab. Ini saatnya kita tata ulang budaya, seperti orang tua kita dulu—saling silaturahmi, saling menghargai, saling bantu,” ujarnya penuh semangat.

Sementara itu, Radya Anom Keraton Sumedang Larang menyebut kirab ke Bogor sebagai upaya edukasi dan pelestarian peradaban.

“Mahkota ini bagi kami adalah nilai luhur yang mencerminkan peradaban. Sejarah Sunda di Bogor tidak boleh terputus. Kehadiran kami untuk memberikan khasanah budaya yang berkesinambungan,” ujar Radya Anom.

Ia juga mengungkapkan bahwa Bupati Bogor saat ini, Rudy Susmanto, adalah bagian dari trah Sumedang Larang. Oleh karena itu, ia percaya kepemimpinan Rudy mampu membawa nilai-nilai luhur itu ke dalam praktik pemerintahan.

“Alhamdulillah, hari ini Kabupaten Bogor dipimpin oleh Bapak Bupati yang merupakan putra dari trah Sumedang Larang. Maka dengan kesempatan ini, kami menitipkan spirit keagungan mahkota yang dikasihi sayang untuk digunakan dalam kepemimpinan beliau,” ungkapnya.***

Albin Pandita

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here