Bogordaily.net – Baru-baru ini, Delpi Suhariyanto, vokalis dan gitaris band Dongker, menjadi sorotan publik setelah sebuah video yang menunjukkan dirinya menendang seorang penonton yang naik ke atas panggung beredar luas di media sosial. Insiden ini terjadi saat penampilan Dongker di acara Not Fest di Bandung pada 28 September 2024. Dalam video tersebut, terlihat seorang penonton naik ke panggung sambil merekam, dan Delpi menanggapinya dengan sebuah tendangan yang membuat penonton tersebut terjatuh dari panggung.
ADVERTISEMENT
Menanggapi reaksi publik, Delpi menyampaikan permintaan maaf melalui akun Instagram pribadinya. Ia menjelaskan bahwa tindakannya didasari oleh kekhawatiran terhadap keselamatan peralatan dan kenyamanan di atas panggung.
Menurutnya, penonton tersebut telah beberapa kali diingatkan oleh kru Dongker karena mengganggu, namun tetap naik ke panggung. Delpi mengakui bahwa meskipun niatnya adalah menjaga situasi, tindakannya tidak tepat dan ia berkomitmen untuk belajar dari insiden ini.
ADVERTISEMENT
Insiden ini memicu perdebatan mengenai batasan antara menjaga profesionalisme di atas panggung dan respons terhadap perilaku penonton. Di satu sisi, artis memiliki tanggung jawab untuk memastikan pertunjukan berjalan lancar dan aman, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi penonton lainnya. Namun, penggunaan kekerasan sebagai respons terhadap perilaku penonton menimbulkan pertanyaan etis.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, penting bagi artis dan penyelenggara acara untuk memiliki protokol yang jelas dalam menangani situasi semacam ini. Pelatihan bagi kru dan artis dalam menghadapi penonton yang mengganggu tanpa menggunakan kekerasan dapat menjadi solusi untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
Delpi telah mengambil langkah yang tepat dengan meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Namun, insiden ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak dalam industri musik untuk lebih berhati-hati dan profesional dalam menangani situasi yang tidak terduga selama pertunjukan.
Penampilan band Dongker di acara Not Fest yang digelar di Bandung pada 28 September 2024 berubah menjadi perbincangan panas setelah insiden yang melibatkan vokalis sekaligus gitaris mereka, Delpi Suhariyanto.
Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Delpi terlihat menendang seorang penonton yang naik ke atas panggung, menyebabkan orang tersebut jatuh ke bawah. Kejadian ini langsung menuai berbagai reaksi dari penggemar, musisi lain, hingga masyarakat umum, yang mempertanyakan apakah tindakan tersebut bisa dibenarkan atau justru merupakan sikap yang tidak etis bagi seorang musisi.
Kronologi Insiden: Dari Panggung ke Perdebatan Publik
Menurut saksi mata dan rekaman yang beredar, seorang penonton terlihat naik ke panggung saat Dongker sedang tampil. Dalam momen tersebut, penonton tersebut tampak merekam suasana konser dengan ponselnya, tetapi belum diketahui secara pasti apakah ia mengganggu jalannya pertunjukan atau hanya ingin menikmati suasana dari lebih dekat. Tak lama setelahnya, Delpi yang sedang memegang gitar tiba-tiba melayangkan tendangan ke arah penonton tersebut, menyebabkan ia terjatuh dari panggung.
Insiden ini langsung mengundang gelombang reaksi di media sosial. Banyak yang mengkritik Delpi karena dianggap terlalu kasar dalam menangani situasi, sementara sebagian lain membela bahwa tindakan itu bisa jadi merupakan refleks spontan untuk menjaga ketertiban di atas panggung.
Permintaan Maaf Delpi: Klarifikasi atau Pembelaan Diri?
Tak lama setelah video tersebut menjadi viral, Delpi akhirnya memberikan klarifikasi melalui akun Instagram pribadinya. Dalam unggahan tersebut, ia menyampaikan permintaan maaf dan menjelaskan bahwa tindakannya dilakukan demi menjaga keamanan dan kenyamanan di atas panggung.
“Saya ingin meminta maaf kepada semua pihak yang merasa kecewa dengan insiden kemarin. Tidak ada niat untuk menyakiti siapa pun, tetapi pada saat itu, saya merasa situasi di atas panggung harus dikendalikan. Penonton tersebut sudah beberapa kali diingatkan oleh kru kami untuk tidak naik ke panggung, namun tetap melakukannya. Saya sadar bahwa reaksi saya mungkin berlebihan, dan saya akan menjadikannya pelajaran ke depan.”
Namun, pernyataan ini masih menuai pro dan kontra. Beberapa pihak menerima permintaan maafnya, tetapi ada juga yang merasa bahwa sebagai seorang musisi profesional, Delpi Dongker, seharusnya bisa menangani situasi dengan lebih tenang tanpa harus menggunakan kekerasan.
Batasan Etika di Atas Panggung: Hak Musisi atau Kesalahan?
Kasus ini memunculkan pertanyaan yang lebih besar tentang batasan antara hak musisi untuk menjaga keamanan panggung dan etika dalam memperlakukan penonton.
Argumen yang Membenarkan Tindakan Delpi
Bagi sebagian orang, tindakan Delpi Dongker, dianggap dapat dimaklumi. Dalam banyak konser, naik ke atas panggung tanpa izin dapat dianggap sebagai bentuk pelanggaran batas pribadi dan berpotensi membahayakan artis, kru, dan peralatan di panggung. Ada beberapa alasan mengapa reaksi keras seperti itu bisa terjadi:
1. Keamanan Musisi – Banyak musisi yang mengalami insiden tidak menyenangkan akibat adanya penonton yang naik ke atas panggung, termasuk pelecehan atau tindakan yang mengancam keselamatan mereka.
2. Keselamatan Peralatan – Panggung dipenuhi dengan peralatan elektronik yang sensitif, dan seorang penonton yang tidak berhati-hati bisa saja merusaknya, mengganggu jalannya konser.
3. Disiplin dalam Acara – Jika satu orang diizinkan naik ke panggung, bisa jadi hal ini akan memicu penonton lain melakukan hal yang sama, menyebabkan kekacauan.
Argumen yang Menyatakan Tindakan Delpi Tidak Etis
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tindakan Delpi tidak bisa dibenarkan.
1. Kekerasan Bukan Solusi – Meskipun situasi di atas panggung harus dikendalikan, banyak cara lain yang bisa dilakukan tanpa harus melukai seseorang. Menggunakan isyarat tangan, meminta bantuan keamanan, atau sekadar menjauh bisa menjadi pilihan yang lebih etis.
2. Pengaruh Buruk bagi Penggemar – Sebagai figur publik, Delpi memiliki pengaruh besar terhadap penggemarnya. Tindakannya bisa memberikan contoh buruk bahwa kekerasan adalah solusi dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.
3. Respons yang Berlebihan – Jika memang penonton itu tidak berbahaya dan hanya ingin menikmati konser lebih dekat, apakah tendangan benar-benar diperlukan?
Haruskah Delpi Disalahkan?
Apakah Delpi bertindak etis atau tidak, jawaban dari pertanyaan ini tetap subjektif dan tergantung pada sudut pandang masing-masing orang. Bagi sebagian orang, ia hanya sedang menjaga ketertiban di atas panggung. Namun, bagi yang lain, penggunaan kekerasan dalam situasi seperti ini tidak bisa dibenarkan.
Yang jelas, insiden ini harus menjadi pelajaran bagi dunia musik Indonesia agar lebih profesional dalam menangani situasi di atas panggung. Semua pihak—baik musisi, penyelenggara, maupun penonton— memiliki peran dalam menjaga agar konser tetap menjadi pengalaman yang menyenangkan dan aman bagi semua orang.***
M. Raihan Ath-Thaariq