Thursday, 17 April 2025
HomeTravellingLebaran di Yogyakarta: Perjalanan Singkat yang Berkesan

Lebaran di Yogyakarta: Perjalanan Singkat yang Berkesan

Bogordaily.net – Lebaran selalu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu. Setelah sebulan penuh berpuasa, akhirnya tiba saatnya berkumpul dengan keluarga, menikmati hidangan khas, dan merasakan suasana hangat penuh kebahagiaan. Bagi banyak orang, Lebaran juga identik dengan perjalanan—entah itu mudik ke kampung halaman atau sekadar liburan ke tempat baru. Pada tahun ini Aku lebaran di Yogyakarta.

Lebaran tahun lalu, aku mengunjungi salah satu kota besar di daerah Jawa. Ciri khas dari daerah ini adalah kamu akan menyukai makanan Gudeg-nya. Ya, aku berlibur ke Yogyakarta! Sebenarnya, tahun lalu bukanlah kali pertama aku ke sana.

Semasa kecil, aku pernah berlibur ke Candi Borobudur yang letaknya juga dekat dengan DIY. Kalau ingatanku tidak salah, aku sempat mencicipi makanan di Mr. Blangkon. Makanannya apa… aku tidak ingat, hehe.

Kembali ke cerita utama, libur Lebaran tahun 2024. Yogyakarta bukan menjadi tujuan dan destinasi utama untuk Lebaran tahun lalu. Keluargaku merencanakan pergi ke sana karena memang kakak sulungku ada keperluan di Yogyakarta.

Dari hari pertama hingga entah keberapa, seperti Lebaran pada umumnya, aku berlibur di rumah kakek-nenek. Barulah di hari terakhir liburan kami pergi ke DIY sebelum akhirnya kembali pulang.

Kesan pertamaku menginjakkan kaki di Jalan Malioboro adalah… Ini, mah, Braga (versi di Jawa). Dari tatanan letaknya, ramainya, hiasan pinggir jalan—yang berbentuk bola-bola, benar-benar seperti di Jalan Braga, Bandung. Mungkin perbedaannya, ya, di sini menjual makanan khas Jawa.

Jadi, apa tujuanku di Jalan Malioboro? Aku sendiri kurang tahu, tetapi intinya ibuku ingin berbelanja saat itu. Lantas, aku pun mengikuti ke mana pun langkah ibuku pergi. Kami membeli jamu—beras kencur merupakan kesukaanku, bakpia (kalau aku tidak salah mengingat), dan jajanan lainnya.

Jujur, di mana pun tempatnya, berjalan kaki ketika berbelanja jelas membuat lelah, ya. Sempat aku berdiam diri dan duduk di kursi taman yang berada di trotoar untuk sejenak melepas lelah. Sembari duduk, aku memandangi jalanan dan keramaian yang ada di Jalan Malioboro.

Di sini, ketika kamu melihat ke arah jalan raya, kamu akan disuguhi pemandangan sesak karena kebetulan saat itu lalu lintas begitu macet. Hal yang menarik, di sini ada banyak delman.

Selanjutnya, satu hal yang membedakan tempat ini dengan Braga adalah kamu akan mendengar lantunan lagu Jawa yang diputar melalui ‘saluran penyiaran’ yang ada di sudut-sudut jalan. Apa maksud dari diputarnya suara tersebut, aku tidak tahu.

Oh, ya, ketika ingin berbelanja di sini, kami harus mencari tempat parkir yang sepi dan letaknya lumayan jauh dari Jalan Malioboro.

Sehabis turun dari mobil, kami berjalan memasuki gang kecil sampai akhirnya bisa tembus ke Jalan Malioboro. Sepanjang aku berjalan di gang kecil itu, aku terpesona melihat bangunan-bangunannya yang unik.

Gambaran dari kata unik di sini adalah bangunan-bangunan yang berdiri dengan cat warna pastel (seingatku) dan aku menjumpai satu tempat makan menarik.

Tempat makan tersebut hanya bisa diakses melalui jalan kecil ini, tampilannya dari luar terlihat santai, beberapa material bangunannya—seperti jendela, pintu, terbuat dari kayu, dan dindingnya dihiasi gantungan-gantungan yang menarik.

Setelah puas berbelanja, kami kembali ke tempat di mana mobil diparkir. Namun, tidak dengan berjalan kaki seperti saat berangkat, kami menggunakan kendaraan becak.

Ini adalah salah satu momen lucu yang tidak kulupakan, aku dan ibu menaiki satu becak yang sama, sementara kakak sulungku bersama adik bungsuku. Kami mengitari jalanan Yogyakarta menggunakan becak. Rasanya mengasyikkan.

Sesampainya di mobil, kami berniat mencari masjid terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Sebelum meninggalkan kawasan Yogyakarta, kami menepi sebentar untuk makan karena sejak pagi perut belum terisi.

Kalau sedang di daerah Jawa seperti ini, makanan yang aku suka adalah Magelangan atau Nasi Mawut. Sayangnya, di tempat makan saat itu tidak ada menu tersebut. Akhirnya, aku memakan soto dengan nasi putih.

Selesai sudah menjelajahi pusat hiburan dan perbelanjaan di Jalan Malioboro, menaiki becak keliling kota, dan makan masakan enak, kami menutup perjalanan dari Yogyakarta dengan hujan deras. Terima kasih kepada teman-teman yang telah bersedia membaca cerita perjalananku saat lebaran di Yogyakarta.***

Tsabita El Azmi
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here