Bogordaily.net – Seorang mahasiswi meninggal dunia saat latihan panjat tebing di Gunung Putri, Desa Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Minggu 20 April 2024.
Anak-anak pencinta alam itu tidak pernah mengira hari itu menjadi hari terakhir bagi AN. Seorang mahasiswi.
Usianya baru 19 tahun, warga Jonggol Kabupaten Bogor. Pagi itu, Gunung Putri di Bogor menyambut mereka dengan udara segar.
AN dan beberapa temannya datang bukan untuk bertualang biasa. Mereka datang dengan semangat: latihan panjat tebing. Untuk Mapala.
Sebuah nama yang kerap membuat anak-anak muda berani memeluk dinding batu, menaklukkan ketinggian, dan mengakrabi bahaya.
Seorang senior, sudah di atas tebing. Ia memasang tali, memastikan lintasan panjat siap.
Di bawah, AN dan teman-temannya meregangkan otot. Pemanasan biasa.
Lalu muncul getaran. Suara gemuruh datang dari atas. Secepat teriakan Azis: “Awas batu!”
Dan benar. Batu itu jatuh. Tidak satu. Tapi cukup untuk membuat semua berlarian. Lima anak muda itu mencoba menyelamatkan diri. Tapi tak semua berhasil.
AN ditemukan dalam genangan air. Tak bergerak. Tak bernyawa.
Kronologisnya sederhana, tapi menyayat. Sekitar pukul 08.15 pagi, mereka bersiap. Peregangan. Persiapan.
Sebuah awal yang biasa untuk kegiatan luar ruang. Tapi siapa sangka: batu dari atas datang tanpa aba-aba. Tanpa ampun.
Kapolsek Gunung Putri, AKP Aulia Robby Kartika Putra, menjelaskan panjang lebar soal kronologisnya. Tertimpa batu yang jatuh dari tebing.
“Mereka berlima sudah merencanakan akan melakukan kegiatan olahraga panjat tebing dalam rangka latihan Mapala, pecinta alamnya di Ipwija itu'” jelasnya kepada wartawan.
Yang jelas: identitas korban sudah diketahui. AN. 19 tahun. Mahasiswi dari sebuah perguruan tinggi di kawasan Jakarta.
Duka menyelimuti teman-temannya. Juga keluarga yang kini tengah bersiap menerima jenazah.
Peristiwa mahasiswi meninggal dunia saat latihan panjat tebing di Gunung Putri Kabupaten Bogor ini menjadi kabar duka bukan hanya untuk keluarga tapi juga bagi para pencinta alam.***