Bogordaily.net – Perjalanan adalah salah satu cara terbaik untuk mengukir kenangan indah bersama keluarga. Setiap destinasi yang dikunjungi tidak hanya menawarkan pemandangan yang memesona, tetapi juga cerita dan sejarah yang tersimpan di baliknya. Salah satu destinasi yang berhasil menyita perhatian saya dan keluarga adalah Istano Basa Pagaruyung, sebuah istana megah yang menjadi simbol kebanggaan masyarakat Minangkabau.
Perjalanan kami ke Istano Basa Pagaruyung dimulai dengan persiapan sederhana. Sebagai keluarga yang menyukai petualangan, kami memutuskan untuk menjelajahi Sumatera Barat dengan mobil pribadi. Rute perjalanan yang ditempuh cukup panjang, namun pemandangan alam yang disuguhkan sepanjang jalan membuat setiap detik terasa berharga. Hamparan sawah hijau, perbukitan yang menjulang, dan udara sejuk khas dataran tinggi menjadi teman setia selama perjalanan.
Sesampainya di Batusangkar, kami langsung menuju ke lokasi Istano Basa Pagaruyung. Istana ini terletak di Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, sekitar 5 kilometer dari pusat kota Batusangkar. Meski demikian, perjalanan menuju istana tidak terasa membosankan karena kami disuguhi pemandangan alam yang memukau, termasuk hamparan sawah dan bukit-bukit hijau yang menyejukkan mata.
Istano Basa Pagaruyung sendiri adalah sebuah istana megah yang menjadi simbol kebanggaan masyarakat Minangkabau. Dibangun dengan arsitektur khas Minangkabau, istana ini memiliki atap gonjong yang menjulang tinggi dan dihiasi dengan ukiran-ukiran indah. Keunikan inilah yang membuat Istano Basa Pagaruyung tidak hanya menjadi tempat bersejarah, tetapi juga simbol budaya dan adat istiadat Minangkabau yang kaya.
Saat pertama kali tiba di lokasi, saya dan keluarga langsung terpesona oleh kemegahan istana ini. Bangunan yang berdiri kokoh di atas lahan yang luas ini terlihat sangat mencolok dengan warna dominan hitam, merah, dan kuning. Kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan momen bersama dengan berfoto di depan istana. Suasana di sekitar istana sangat ramai, dipadati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang untuk menikmati keindahan dan sejarahnya.
Selain menikmati keindahan arsitekturnya, kami juga menyempatkan diri untuk mempelajari sejarah Istano Basa Pagaruyung melalui informasi yang tersedia di sekitar lokasi. Istana ini ternyata memiliki cerita menarik di balik pembangunannya. Konon, Istano Basa Pagaruyung adalah replika dari istana Kerajaan Pagaruyung yang pernah berdiri pada abad ke-14. Istana aslinya telah hancur akibat perang dan kebakaran, namun replika ini dibangun kembali untuk melestarikan warisan budaya Minangkabau.
Setelah puas mengelilingi istana, kami melanjutkan perjalanan ke museum yang terletak di dalam kompleks istana. Museum ini menawarkan pengalaman berbeda dengan koleksi benda-benda bersejarah dan replika perabotan kerajaan yang menarik untuk dikunjungi. Anak-anak saya sangat antusias melihat berbagai jenis benda bersejarah dan belajar tentang budaya Minangkabau melalui informasi yang disediakan di museum.
Perjalanan kami ke Istano Basa Pagaruyung tidak hanya sekadar wisata biasa, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat ikatan keluarga. Setiap langkah yang kami tempuh, setiap pemandangan yang kami nikmati, dan setiap cerita yang kami pelajari bersama membuat perjalanan ini terasa begitu spesial. Istano Basa Pagaruyung bukan hanya sebuah istana, tetapi juga saksi bisu dari perjalanan waktu yang mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan budaya dan sejarah.
Perjalanan Kembali ke Rumah Saudara
Setelah menghabiskan waktu seharian mengeksplorasi Istano Basa Pagaruyung dan sekitarnya, kami memutuskan untuk mengakhiri petualangan kami dengan mengunjungi rumah saudara di Batusangkar. Perjalanan dari Pagaruyung ke Batusangkar memakan waktu sekitar 30 menit, tetapi suasana santai dan pemandangan alam yang indah membuat perjalanan terasa singkat.
Sesampainya di rumah saudara, kami disambut dengan hangat. Rumah yang sederhana namun nyaman itu terletak di tengah perkampungan yang asri. Udara sejuk dan suara gemericik air dari sungai kecil di belakang rumah menambah kenyamanan suasana. Saudara saya telah menyiapkan hidangan khas Minangkabau untuk kami, termasuk rendang, gulai ayam, dan sambal lado hijau. Makan malam bersama keluarga besar di rumah saudara menjadi momen yang sangat berkesan.
Malam itu, kami duduk bersama di teras rumah sambil menikmati teh hangat dan kue-kue tradisional. Percakapan mengalir dengan lancar, mulai dari cerita tentang perjalanan kami ke Istano Basa Pagaruyung hingga kenangan masa kecil yang penuh tawa. Anak-anak saya juga terlihat senang bermain dengan sepupu-sepupu mereka yang seusia. Suasana kebersamaan ini mengingatkan saya betapa pentingnya menjaga silaturahmi dengan keluarga.
Keesokan harinya, kami memulai hari dengan sarapan khas Minangkabau, yaitu nasi kapau. Setelah itu, saudara saya mengajak kami berkeliling sekitar Batusangkar. Kami mengunjungi beberapa tempat menarik, seperti Museum Adityawarman dan Lembah Anai. Setiap tempat memiliki cerita dan pesona tersendiri, membuat kami semakin jatuh cinta dengan keindahan alam dan budaya Sumatera Barat.
Sebelum pulang, kami menyempatkan diri untuk berbelanja oleh-oleh khas Minangkabau, seperti keripik sanjai, rendang, dan tenun songket. Saudara saya juga memberikan kami beberapa bingkisan sebagai tanda kasih sayang. Perpisahan pun tiba, dan meski berat, kami harus kembali ke rumah dengan membawa segudang kenangan indah.
Perjalanan pulang ke rumah terasa lebih tenang. Anak-anak saya tertidur lelap di mobil, sementara saya dan suami berbincang-bincang tentang pengalaman selama perjalanan. Kami sepakat bahwa perjalanan ini bukan hanya sekadar liburan, tetapi juga pembelajaran tentang pentingnya menghargai waktu, menjaga hubungan keluarga, dan melestarikan warisan budaya.
Sesampainya di rumah, kami langsung merapikan barang-barang dan membagikan oleh-oleh kepada tetangga dan kerabat. Malam itu, kami duduk bersama di ruang keluarga sambil melihat foto-foto yang berhasil kami abadikan selama perjalanan. Setiap gambar mengingatkan kami pada momen-momen berharga yang telah kami lewati bersama.
Perjalanan ke Istano Basa Pagaruyung dan Batusangkar telah memberikan kami lebih dari sekadar liburan. Ini adalah pengalaman yang mengajarkan kami tentang arti kebersamaan, kekayaan budaya, dan pentingnya meluangkan waktu untuk hal-hal yang benar-benar berarti. Istano Basa Pagaruyung, dengan keunikan dan sejarahnya, telah menjadi simbol dari perjalanan waktu yang mengingatkan kami untuk selalu menghargai setiap detik yang kita miliki bersama orang-orang tercinta.***
Muhammad Raynafa Adzani
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media SV IPB