Bogordaily.net – Di balik sosoknya yang introvert dan lebih menikmati waktu dengan membaca buku serta mendengarkan musik saat berkendara, Natasha Indah Rahmani, S.T., M.T. adalah figur yang dinamis dalam dunia akademik dan perencanaan wilayah.
Lahir dan besar di Bandung pada 18 Maret 1996, Natasha kini menjabat sebagai dosen tetap di Program Studi Ekowisata D4, Sekolah Vokasi, Institut Pertanian Bogor (IPB) University.
Keputusannya untuk terjun ke dunia akademik tidaklah terjadi begitu saja, melainkan melalui perjalanan panjang yang dipenuhi dengan tantangan dan pencapaian.
Sejak kecil, Natasha telah menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap dunia perjalanan dan wisata.
Ia memulai perjalanan akademiknya dari SD Pembangunan Diri Dua di Bandung, lalu melanjutkan ke SMP Negeri dengan program internasional di Cimahi, dan akhirnya menamatkan pendidikan menengah di SMA Negeri 2 Bandung.
Awalnya, ia bercita-cita melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia (UI), tetapi akhirnya memilih Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Melalui program fast-track, ia menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 dalam waktu hanya lima tahun, sebuah prestasi yang tidak mudah diraih, dengan penghargaan cumlaude.
Kesempatan belajar tak hanya datang dari kampus. Pada tahun 2017, Natasha mengikuti program pertukaran akademik Sakura Science ke Jepang. Pengalaman ini semakin memperkaya wawasannya dalam bidang perencanaan wilayah, sekaligus memberikan kesempatan untuk membangun jaringan akademik internasional. Ia juga menjadi presenter dalam 10th Conference of International Forum on Urbanism di Hong Kong pada tahun yang sama.
Setelah menyelesaikan studinya, Natasha langsung terjun ke dunia profesional. Ia memulai kariernya sebagai asisten dosen dan asisten riset di Laboratorium Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota ITB, sebelum bergabung dengan Tim Sinkronisasi Jawa Barat yang dipimpin oleh Ridwan Kamil.
Natasha menjadi bagian dari Tim Ahli Jabar Juara, yang berfokus pada perumahan dan permukiman di Jawa Barat. Dalam perannya, ia menjadi jembatan antara akademisi, pemerintah, dan dinas terkait, sebuah pengalaman berharga yang memperkuat kompetensinya di bidang perencanaan wilayah.
Tak berhenti di situ, Natasha juga berkontribusi sebagai tenaga ahli di Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat selama tujuh bulan.
Keinginannya untuk berkarya di Jakarta membawanya ke posisi tenaga ahli tata ruang di DPRD Provinsi Jakarta. Kariernya terus menanjak ketika ia menerima tawaran untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Bandung.
Di saat yang sama, ia mulai melamar sebagai dosen di berbagai universitas dengan harapan dapat berbagi ilmu dan pengalaman kepada generasi muda.
Perjalanannya sebagai dosen di IPB University tidak langsung mulus. Seleksi CPNS yang tertunda akibat pandemi COVID-19 sempat menjadi tantangan, tetapi Natasha tidak menyerah.
Akhirnya, pada tahun 2021, ia resmi diterima sebagai dosen tetap di IPB, membuka lembaran baru dalam karier akademiknya. Sebagai akademisi, Natasha terus aktif dalam penelitian dan pengabdian masyarakat.
Salah satu karyanya adalah penelitian mengenai perencanaan program wisata edukasi di Sekolah Vokasi IPB University, yang bertujuan mengembangkan konsep wisata berbasis edukasi dengan memanfaatkan lokasi strategis di pusat Kota Bogor.
Ia juga melakukan studi tentang dampak pandemi COVID-19 terhadap pelaku usaha UMKM pariwisata di kawasan pesisir Pangandaran, mengidentifikasi tantangan serta perubahan yang terjadi di sektor ini.
Selain itu, penelitiannya tentang transformasi kegiatan pertanian di Agato Organic Plantation menjadi agro-edutourism turut menyoroti potensi pertanian berbasis wisata edukasi secara berkelanjutan.
Walaupun tidak terlalu aktif dalam kompetisi akademik, Natasha memiliki sejumlah pencapaian signifikan. Saat berkuliah di ITB, ia lebih banyak terlibat dalam organisasi dan kepanitiaan, seperti menjadi ketua bidang publikasi dalam event panahan nasional Ganesha Open 2015.
Ia juga berhasil mempresentasikan paper dalam seminar internasional di Hong Kong serta memperoleh hibah penelitian dari PBB dan hibah pengembangan Kampung Kampung.
Natasha juga memiliki pengalaman memimpin berbagai proyek penelitian. Beberapa di antaranya meliputi studi tentang karakteristik bangkitan perjalanan transportasi online di Bandung, estimasi distribusi pergerakan akibat interaksi spasial universitas di Bandung Raya, serta penelitian tentang keadilan perkotaan dan pengembangan pemuda yang bekerja sama dengan UN Habitat. Tak hanya itu, ia juga pernah berkolaborasi dengan Griffith University dan Hiroshima University dalam penelitian terkait transportasi dan perencanaan perkotaan.
Menjadi dosen bukanlah perkara mudah. Selain mengajar, Natasha Indah Rahmani, juga dituntut untuk terus melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kebijakan pendidikan tinggi yang selalu berubah menuntutnya untuk beradaptasi dengan cepat. Meski demikian, ia tetap berusaha produktif dan berkembang di bidangnya.
Salah satu prinsip hidup yang selalu Natasha Indah Rahmani, pegang adalah “lebih baik mencoba daripada diam.” Baginya, pengalaman adalah guru terbaik, dan seseorang hanya perlu membandingkan dirinya dengan versi dirinya yang lebih dulu, bukan dengan orang lain. Prinsip inilah yang membuatnya terus maju meskipun menghadapi berbagai rintangan.
Bagi Natasha, masa studi adalah kesempatan emas untuk menggali potensi diri. Ia berpesan kepada mahasiswa dan generasi muda agar tidak takut mencoba hal baru, memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dan tidak mudah patah semangat hanya karena membandingkan diri dengan orang lain.
“Meskipun pelan berjalannya, asal tidak berhenti,” ujarnya dengan senyum. Itulah filosofi hidup yang terus ia pegang dalam perjalanan akademik dan profesionalnya. Sebuah perjalanan yang membuktikan bahwa kerja keras dan ketekunan akan selalu membawa seseorang menuju tujuan yang lebih tinggi.***
M. Andryan shevchenko, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB