Thursday, 17 April 2025
HomeTravellingMenjelajah Bandung: Dari Jalanan Braga ke Sejuknya Kawah Putih

Menjelajah Bandung: Dari Jalanan Braga ke Sejuknya Kawah Putih

Bogordailt.net – Perjalanan menuju Bandung selalu punya cerita. Kota yang hanya berjarak beberapa jam dari Bogor ini menawarkan banyak pengalaman—dari riuhnya jalanan malam Braga hingga ketenangan kabut yang turun di pegunungan yang terdapat Kawah Putih.

Namun, tidak semua perjalanan berjalan sesuai rencana. Cuaca menjadi tantangan, waktu terasa begitu cepat berlalu, dan di beberapa momen, hanya menikmati suasana adalah pilihan terbaik.

Perjalanan ini bukan hanya tentang destinasi, tapi juga tentang bagaimana setiap momen yang tak terduga memberi warna tersendiri. Dari hujan yang menghambat perjalanan hingga terburu-buru mengejar waktu di Sunan Ibu, Bandung selalu punya cara untuk meninggalkan kenangan.

Hari Pertama: Hujan dan Malam di Braga

Pukul 13.00, kami memulai perjalanan dari Bogor dengan motor. Angin siang terasa hangat saat kami melaju di jalanan yang cukup ramai. Namun, perjalanan ini tidak semulus yang dibayangkan. Hujan turun di tengah jalan, memaksa kami menepi dan berteduh beberapa kali. Jas hujan dikeluarkan, tetapi tetap saja, rintik hujan yang mengenai helm menciptakan titik-titik kecil di kaca, membuat pandangan sedikit terbatas.

Saat akhirnya tiba di Bandung pukul 20.00, udara terasa lebih sejuk, khas kota ini di malam hari. Tak ingin kehilangan momen, pukul 21.00 kami langsung menuju Braga Citywalk. Jalanan penuh dengan lampu-lampu yang memantulkan cahaya di trotoar basah. Bangunan klasik di sepanjang Braga tetap mempertahankan pesonanya, mengundang siapa saja untuk berhenti sejenak dan menikmati suasana.

Kami mengabadikan momen di beberapa sudut Braga, lalu mencicipi beberapa jajanan khas yang dijajakan di sekitar area tersebut. Braga selalu hidup, bahkan di hari biasa. Riuh rendah suara pengunjung bercampur dengan denting musik dari kafe-kafe di sepanjang jalan. Waktu berlalu tanpa terasa, dan pukul 00.00 kami kembali ke penginapan untuk beristirahat.

Hari Kedua: Hujan, Kabut, dan Wayang Windu

Siang itu, pukul 12.00, kami bersiap menuju Wayang Windu, salah satu tempat wisata yang sedang viral. Namun, cuaca kembali tak bersahabat. Hujan turun di tengah perjalanan, memaksa kami untuk berhenti dan menunggu reda.

Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya kami bisa melanjutkan perjalanan dan tiba di Wayang Windu pukul 17.15. Langit sudah mulai berubah warna, dan kabut turun dengan cepat. Kami segera mengambil beberapa foto sebelum gelap sepenuhnya. Kabut yang semakin tebal menciptakan suasana yang dramatis, seolah kami berada di dunia lain—hening, dingin, dan penuh misteri.

Saat azan magrib berkumandang, kami tahu saatnya untuk turun dan kembali ke penginapan. Perjalanan pulang ditempuh dalam suasana malam yang sejuk, dan pukul 20.28 kami akhirnya tiba kembali di tempat menginap.

Hari Ketiga: Kawah Putih dan Sunan Ibu

Ini adalah hari terakhir. Pukul 12.00, kami meninggalkan penginapan dan langsung menuju Kawah Putih. Perjalanan kesana memakan waktu tiga jam, cukup lama, tapi begitu tiba, keindahannya segera menghapus lelah perjalanan.

Kawah ini tampak luar biasa dengan airnya yang berwarna putih kehijauan, dikelilingi pohon-pohon kering yang memberikan kesan magis. Udara dingin menusuk, tetapi justru itu yang membuat tempat ini semakin terasa istimewa. Kami menghabiskan waktu menikmati pemandangan, tak menyadari bahwa jam sudah menunjukkan pukul 16.00.

Karena terlalu lama di Kawah Putih, waktu untuk mengunjungi Sunan Ibu sangat terbatas. Kami hanya memiliki 15 menit untuk naik dan turun. Meski terasa terburu-buru, kami tetap menikmati momen terakhir di Bandung ini sebelum akhirnya bersiap untuk pulang.

Pukul 18.00, perjalanan kembali ke Bogor dimulai. Namun, sebelum benar-benar meninggalkan kota ini, kami mampir ke Braga pukul 20.25 untuk membeli titipan tiramisu. Perjalanan berakhir saat kami tiba kembali di Bogor pukul 00.35, membawa pulang kenangan dari tiga hari yang penuh warna di Bandung.

Tak semua perjalanan berjalan sesuai rencana. Cuaca yang tak menentu, waktu yang terasa terbatas, dan rintangan kecil di sepanjang perjalanan justru membuat pengalaman ini lebih berkesan. Bandung selalu menyambut dengan kehangatan dan keindahannya, dari malam di Braga hingga dinginnya kabut di Wayang Windu.

Perjalanan ini mengingatkan bahwa tak selalu harus terburu-buru untuk mengejar destinasi. Kadang, berhenti sejenak untuk menikmati momen juga adalah bagian penting dari pengalaman yang menyenangkan.***

Muhammad Raihan Ath Thaariq, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media IPB University

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here