Bogordaily.net – Perjalanan ini dimulai dengan satu tujuan: menjelajahi Taman Nasional Ujung Kulon, rumah terakhir bagi Badak Jawa yang kini hampir punah. Terletak di ujung barat Pulau Jawa, kawasan ini bukan hanya menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa, tetapi juga keindahan alam yang mampu menghipnotis siapa saja yang datang.
Dari Jakarta, perjalanan menuju Ujung Kulon membutuhkan waktu sekitar enam jam melalui jalur darat menuju Desa Sumur, Banten. Kami berangkat subuh agar bisa menikmati pemandangan matahari terbit selama perjalanan. Jalanan yang berliku dan sesekali berlubang menjadi tantangan tersendiri, tetapi semangat kami tak surut.
Sesampainya di Desa Sumur, kami melanjutkan perjalanan dengan perahu menuju Pulau Peucang, salah satu destinasi favorit di kawasan ini. Selama satu jam perjalanan di laut, kami disuguhi pemandangan perairan biru jernih dengan sesekali terlihat ikan-ikan kecil melompat di antara ombak.
Pulau Peucang menyambut kami dengan pasir putih halus dan air laut sebening kristal. Begitu menginjakkan kaki di pulau ini, suasana tenang dan damai langsung menyelimuti. Kami berjalan-jalan di tepi pantai, menghirup udara segar, dan menikmati suara deburan ombak yang menenangkan.
Selain pantainya yang memukau, Pulau Peucang juga menyimpan keajaiban alam lainnya, seperti hutan hujan tropis yang masih alami. Kami bertemu dengan beberapa rusa liar yang tampak tidak takut dengan kehadiran manusia. Bahkan, kami melihat sekawanan monyet ekor panjang yang asyik bermain di dahan pohon.
Kami juga mengunjungi Karang Copong, sebuah tebing karang dengan pemandangan laut lepas yang luar biasa. Dari sini, matahari terbenam tampak begitu dramatis, dengan langit berwarna oranye keemasan yang perlahan-lahan berubah menjadi ungu gelap.
Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan menuju Semenanjung Ujung Kulon untuk menjelajahi hutan tempat Badak Jawa bersembunyi. Dipandu oleh seorang ranger berpengalaman, kami menyusuri jalur setapak yang dipenuhi pepohonan raksasa dan akar-akar yang menjalar. Suara burung dan gemerisik dedaunan menjadi musik alami selama perjalanan.
Meskipun kami tidak beruntung melihat langsung Badak Jawa, kami menemukan jejak kakinya yang masih segar di tanah basah. Ini menjadi pengingat bahwa satwa langka ini masih bertahan di habitat aslinya, meskipun jumlahnya sangat terbatas.
Setelah dua hari menjelajahi keindahan Ujung Kulon, kami kembali dengan hati yang penuh rasa syukur. Keindahan alam yang masih alami, pengalaman bertemu satwa liar, dan kisah konservasi yang menyentuh hati menjadikan perjalanan ini lebih dari sekadar petualangan biasa. Ini adalah pengingat bahwa alam yang indah harus dijaga dan dilestarikan agar generasi mendatang masih bisa menikmatinya.
Perjalanan ke Ujung Kulon bukan hanya tentang menjelajahi tempat baru, tetapi juga tentang menghargai kehidupan liar dan keindahan alam yang masih tersisa. Jika Anda mencari destinasi petualangan yang menakjubkan, Ujung Kulon adalah jawabannya.***
Larry Maxmillian Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB