Bogordaily.net – Pagi itu, Bogor menyambutku dengan udara sejuk dan gerimis tipis seperti biasa. Kota hujan ini memang selalu menawarkan kesejukan yang membuat siapa pun betah berlama-lama. Aku sudah menyiapkan rencana perjalanan untuk menjelajahi beberapa tempat ikonik di Bogor, mulai dari Kebun Raya, Jembatan Merah, hingga kawasan Sempur. Dengan semangat, aku memulai petualangan ini dari tempat yang paling terkenal yaitu Kebun Raya Bogor.
Perjalanan dimulai dari kosku yang berada di daerah Jl. Kolonel Enjo Martadisastra. Aku berjalan kaki menuju jalan utama, menikmati udara pagi yang masih segar. Jalanan belum terlalu ramai, hanya sesekali kendaraan melintas, dan suara burung-burung kecil yang berkicau dari pepohonan di pinggir jalan menambah suasana tenang. Setelah sampai di halte angkutan kota, aku menunggu angkot dengan nomor seri tujuh yang akan membawaku menuju Kebun Raya.
Perjalanan dengan angkot terasa menyenangkan. Dari jendela, aku melihat deretan toko kecil yang mulai membuka usahanya, beberapa pedagang kaki lima mulai menggelar dagangan mereka, dan para pekerja yang bergegas menuju tempat kerja. Ada kesibukan yang khas di kota ini, namun tetap terasa santai dibandingkan hiruk-pikuk ibu kota. Setelah beberapa menit, aku tiba di dekat Kebun Raya dan berjalan kaki sebentar hingga sampai di gerbang utama.
Begitu memasuki gerbang Kebun Raya Bogor, aroma tanah basah dan dedaunan segar langsung menyambutku. Kebun Raya yang didirikan sejak 1817 ini adalah paru-paru kota yang menampung ribuan spesies tanaman dari berbagai penjuru dunia. Sambil berjalan di antara pepohonan raksasa, aku merasa seperti melangkah ke dalam museum hidup. Langkahku melambat, menikmati suasana hijau yang menyegarkan mata.
Salah satu bagian yang menarik perhatianku adalah pohon raksasa yang dikenal dengan nama “pohon jodoh.” Konon, pasangan yang berdiri di bawah pohon ini akan memiliki hubungan yang langgeng. Meskipun hanya mitos, banyak pengunjung yang tak ingin melewatkan kesempatan untuk berfoto di sana. Aku pun tak mau ketinggalan, dan dengan bantuan seorang pengunjung lain, aku mengabadikan momen di bawah pohon legendaris ini.
Lalu, aku berjalan menuju Istana Bogor yang terletak di dalam area kebun. Dari luar pagar, aku bisa melihat bangunan bersejarah ini berdiri megah dengan halaman yang luas. Sayangnya, istana ini tidak dibuka untuk umum, tetapi aku tetap bisa menikmati pemandangan rusa-rusa yang berkeliaran bebas di halamannya.
Mereka tampak jinak dan sudah terbiasa dengan manusia. Jika ingin berinteraksi dengan rusa-rusa, pengunjung dapat merasakan pengalaman memberi makan rusa melalui luar kebun raya yang dibatasi oleh pagar. Beberapa anak kecil tampak berseru girang saat rusa-rusa itu menghampiri mereka untuk mengambil wortel yang mereka sodorkan.
Setelah puas menikmati keindahan Kebun Raya, aku melanjutkan perjalanan ke Jembatan Merah. Jembatan ini berada tak jauh dari area kebun dan merupakan salah satu ikon bersejarah di Bogor. Warnanya yang mencolok menjadi daya tarik tersendiri di tengah kota yang didominasi oleh nuansa hijau dan abu-abu. Langkahku semakin cepat karena penasaran ingin melihat langsung keunikan jembatan ini.
Menurut cerita, jembatan ini menyimpan banyak kisah, termasuk sejarah kolonial yang mewarnai Bogor. Konon, dahulu jembatan ini menjadi saksi bisu peristiwa tragis saat masa penjajahan Belanda. Kini, jembatan ini lebih sering digunakan sebagai tempat bersantai dan berfoto oleh warga maupun wisatawan. Aku berdiri sejenak di tengah jembatan, menikmati lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki di bawahnya. Dari sini, aku bisa melihat pemandangan yang mengingatkanku pada suasana kota tua di Semarang yang masih mempertahankan jejak masa lalu di tengah modernisasi.
Setelah puas berfoto dan menikmati suasana, aku melanjutkan perjalanan ke destinasi terakhirku hari ini, yaitu kawasan Sempur. Terletak di dekat Kebun Raya, Sempur merupakan ruang terbuka hijau yang menjadi tempat favorit warga untuk berolahraga atau sekadar bersantai. Saat aku tiba di sana, banyak orang sedang berlari di jogging track, bermain skateboard, atau duduk menikmati suasana sore yang sejuk. Kawasan Sempur juga memiliki fasilitas olahraga yang tergolong lengkap, beserta area taman bermain untuk anak-anak, jadi orang tua tidak perlu khawatir jika anaknya merasa bosan.
Aku lalu memutuskan untuk duduk di salah satu bangku taman dan menikmati suasana sekitar. Anak-anak tampak ceria bermain di area taman, sementara beberapa orang tua duduk berbincang sambil menikmati jajanan yang dijual di sekitar kawasan ini. Aku sendiri memilih untuk membeli sepotong roti unyil yang terkenal di Bogor, ditemani segelas susu jahe hangat. Roti unyil ini memang selalu menjadi favorit karena ukurannya yang kecil dan rasanya yang lezat. Setiap gigitan menghadirkan kenikmatan tersendiri, apalagi dinikmati di udara sejuk seperti ini.
Di kejauhan, Gunung Salak tampak samar-samar tertutup kabut, menambah keindahan latar belakang kota ini. Aku menghela napas panjang, meresapi suasana. Bogor memang tak pernah gagal menyuguhkan pesona yang membuat siapa pun ingin kembali lagi. Hari mulai beranjak gelap, lampu-lampu kota mulai menyala satu per satu, dan perlahan suasana menjadi lebih tenang. Aku pun harus mengakhiri perjalanan ini. Dengan langkah santai, aku meninggalkan Sempur dan kembali ke kos, membawa banyak kenangan indah dari kota yang selalu terasa seperti rumah.***
Dena Normalita mahasiswa komunikasi digital dan media sekolah Vokasi IPB