Wednesday, 25 June 2025
HomeBeritaPentingnya Literasi Digital dalam Meningkatkan Kualitas Komunikasi di media Sosial

Pentingnya Literasi Digital dalam Meningkatkan Kualitas Komunikasi di media Sosial

Bogordaily.net – Diera digital yang serba cepat ini, informasi beredar dengan begitu derasnya, melintasi batas geografis dan sosial dalam hitungan detik. Perkembangan era digital memberikan pengaruh yang cukup besar, karena segala sesuatu bisa menjadi lebih praktis.

Aktivitas masyarakat hingga informasi disebarluaskan dengan menggunakan teknologi digital. Kemudahan akses informasi ini, sayangnya membuka celah bagi penyebaran berita palsu atau hoax yang menjadi tantangan serius bagi masyarakat modern.

Hoax dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, mulai dari keresahan masyarakat, kerugian finansial, hingga rusaknya reputasi individu dan organisasi. Fenomena hoax bukan lagi sekadar gangguan kecil, melainkan ancaman nyata yang dapat merusak tatanan sosial, memecah belah persatuan, hingga membahayakan stabilitas politik dan ekonomi.

Menurut Wardle dan Derakhshan (2017), hoax adalah “informasi yang sengaja salah dan diverifikasi yang disebarkan dengan tujuan menipu.” Definisi ini menekankan pada dua aspek penting: kesengajaan dan verifikasi.

Hoax tidak hanya sekadar kesalahan informasi, melainkan disebarkan dengan niat jahat untuk menyesatkan atau memanipulasi opini publik.

Lebih lanjut, Bruns (2018) menyatakan bahwa hoax sering kali memanfaatkan emosi dan prasangka yang ada di masyarakat untuk mempercepat penyebarannya.

Penyebaran hoax tidak dapat dilepaskan dari peran media sosial. Platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan WhatsApp menjadi lahan subur bagi hoax untuk tumbuh dan menyebar dengan cepat.

Kemudahan berbagi informasi dan algoritma yang cenderung memprioritaskan konten yang viral, tanpa mempedulikan kebenarannya, membuat hoax menjadi semakin sulit dikendalikan.

Literasi digital sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi kritis dalam memanfaatkan mesin pencari serta mencegah terlempar dalam pusaran hoax. Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari berbagai sumber.

Literasi digital penting untuk dimiliki oleh setiap manusia. Manusia yang memiliki literasi yang baik akan mampu berpikir kritis untuk memecahkan masalah atau persoalan dengan menggunakan segala pengetahuan yang ia punya, memilah, serta mengkombinasikan pengetahuan tersebut untuk menemukan solusi yang bukan hanya bermanfaat untuk dirinya tetapi juga bermanfaat untuk berbagai pihak atau masyarakat.

Penyebaran Hoax
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat, terdapat 12.547 konten Hoax yang beredar di website dan platform digital sepanjang Agustus 2018 sampai Desember 2023.

Berdasarkan data visual yang terlampir, analisis terhadap jenis hoax menunjukkan bahwa isu kesehatan mendominasi dengan jumlah konten hoax tertinggi, mencapai 2.357. Disusul oleh isu penipuan dan pemerintahan, keduanya sama- sama mencatatkan 2.210 konten.

Isu politik berada di urutan keempat dengan 1.628 konten, diikuti oleh kategori “lainnya” dengan 1.030 konten. Isu internasional, kejahatan, kebencanaan, pencemaran nama baik, dan keagamaan juga menyumbang sejumlah konten hoax, namun dengan jumlah yang lebih rendah.

Sementara itu, isu mitos, perdagangan, dan pendidikan memiliki jumlah konten hoax paling sedikit. Data tersesbut mengidentifikasi bahwa mudahnya penyebaran berita Hoax kepada masyarakat.

Kecanggihan teknologi di era sekarang memberikan sinyal waspada kepada masyarakat untuk tetap teliti dalam menanggapi sebuah berita. Kemampuan literasi digital sangat diperlukan terhadap konsumsi berita.

Pentingnya Literasi Digital
Dalam era digital saat ini, literasi digital menjadi komponen krusial dalam melawan penyebaran hoax atau berita palsu.

Seiring dengan meningkatnya akses informasi melalui internet dan media sosial, tantangan untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang salah semakin besar.

Literasi digital tidak hanya mencakup kemampuan teknis dalam menggunakan perangkat digital, tetapi juga mencakup pemahaman kritis terhadap informasi yang diterima.

Menurut Irianto dan Febrianti (2021), “literasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menggunakan berbagai informasi untuk dikembangkan menjadi pengetahuan yang bermanfaat.

Dengan demikian, literasi digital berperan penting dalam menjaga masyarakat dari dampak negatif hoax. Pentingnya literasi digital dalam menghadapi hoax dapat dilihat dari beberapa aspek.

Pertama, literasi digital memberikan individu kemampuan untuk memahami sumber informasi. Dalam konteks ini, individu dilatih untuk mengevaluasi keandalan sumber informasi yang mereka temui.

Sebagaimana diungkapkan oleh Fitrianti (2023), “literasi digital mendorong individu untuk menggunakan sumber informasi yang dapat dipercaya dan tercatat ketika mereka mencari informasi.”

Dengan kemampuan ini, masyarakat dapat menghindari penyebaran berita palsu yang sering kali berasal dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Selanjutnya, literasi digital juga melibatkan keterampilan dalam menilai keakuratan dan keandalan informasi. Hal ini termasuk memeriksa fakta, mengidentifikasi bias, dan mengenali tanda-tanda berita palsu.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, ditemukan bahwa sekitar 30% hingga 60% masyarakat Indonesia terpapar hoax (KIC, 2020). Angka ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan literasi digital untuk membantu masyarakat menyaring informasi yang mereka terima. Selain itu, literasi digital membantu individu memisahkan fakta dari opini. Banyak berita palsu disamarkan sebagai opini pribadi yang tampak meyakinkan.

Dengan literasi digital yang baik, individu dapat mengenali perbedaan antara fakta yang didukung bukti dan pandangan subjektif. Hal ini sangat penting untuk menghindari misinterpretasi informasi yang dapat berujung pada penyebaran hoax.

Pentingnya literasi digital juga terlihat dalam pemahaman konsep “filter bubble,” di mana algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan keyakinan pengguna.

Menurut Kompas (2024), “penguatan literasi digital diperlukan untuk membentengi masyarakat dari penyebaran hoaks.” Dengan memahami bagaimana algoritma bekerja, pengguna dapat lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima dan berusaha mencari perspektif yang lebih beragam.

Keterampilan verifikasi juga menjadi bagian integral dari literasi digital. Individu perlu dilatih untuk memverifikasi informasi sebelum membagikannya kepada orang lain. Ini mencakup memeriksa keaslian gambar, video, atau rekaman suara serta mencari konfirmasi dari berbagai sumber. Dengan demikian, masyarakat akan lebih bertanggung jawab dalam berbagi informasi dan mengurangi kemungkinan penyebaran hoax.

Di era digital dengan arus informasi yang deras, literasi digital menjadi krusial dalam melawan hoax. Literasi digital memberdayakan individu untuk memahami sumber informasi, menilai keandalan dan keakuratan informasi, memisahkan fakta dari opini, memahami konsep filter bubble, memiliki keterampilan verifikasi, dan bertanggung jawab dalam berbagi informasi.

Dengan literasi digital yang baik, masyarakat dapat lebih efektif menyaring informasi, menghindari penyebaran berita palsu, dan berkontribusi pada lingkungan informasi yang sehat. Peningkatan literasi digital harus menjadi prioritas bersama untuk membangun masyarakat yang cerdas, kritis, dan tahan terhadap Hoax.***

Muhammad Irsyad Iskandar

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here