Bogordaily.net – Perjalanan ini bukan sekadar tentang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bukan sekadar menjejaki tanah baru atau menaklukkan peta yang belum pernah kulalui. Perjalanan, bagiku, adalah tentang menemukan kembali diri sendiri di tengah pergerakan waktu. Tentang memahami bahwa jarak bukan hanya diukur dari kilometer yang ditempuh, tetapi juga dari sejauh mana hati mampu meresapi makna di setiap langkah.
Kali ini, aku tidak bergegas menuju destinasi wisata atau mengejar pemandangan tertentu. Aku hanya datang ke Sukabumi, menghabiskan waktu di sebuah hotel dan membiarkannya berjalan dengan ritmenya sendiri. Aku tidak mencari sesuatu yang baru untuk dikagumi, aku hanya ingin menemukan kembali apa yang selama ini luput, keheningan yang mendamaikan, kebersamaan yang tak butuh kata-kata.
Setelah sekian lama hidup dalam kesibukan, dikejar jadwal dan target yang tak ada habisnya, aku menyadari bahwa bukan destinasi yang aku cari, melainkan jeda. Aku rindu berada di suatu tempat tanpa harus memikirkan ke mana langkah selanjutnya. Aku ingin menikmati hari tanpa rencana, membiarkan tubuhku bersandar pada waktu tanpa tekanan untuk “memanfaatkan” setiap detiknya.
Di hotel ini, aku menemukan ruang yang selama ini kurindukan, ruang untuk diam, untuk bernapas tanpa terburu-buru. Tidak ada suara notifikasi yang mendesak, tidak ada tugas yang menunggu untuk diselesaikan. Hanya ada aku, keluargaku, dan keheningan yang terasa lebih seperti pelukan daripada kekosongan.
Kami tidak banyak bicara, tetapi justru itulah yang membuat momen ini begitu berharga. Ada kenyamanan dalam kebersamaan yang tidak membutuhkan kata-kata. Duduk di ruang santai hotel, menyesap teh hangat sambil melihat hujan turun perlahan di luar jendela.
Berbagi tawa kecil di antara obrolan ringan yang tak perlu dipaksakan. Tidak ada agenda khusus, tidak ada tempat yang harus dikunjungi atau waktu yang harus diatur. Semuanya berjalan begitu saja, tanpa paksaan, tanpa aturan.
Saat malam datang, aku berdiri di balkon kamar, menatap langit yang dihiasi bintang-bintang kecil. Angin membawa aroma hujan yang masih tersisa, dan aku membiarkan diriku larut dalam keheningan yang menenangkan.
Tak ada hiruk-pikuk kota, tak ada suara klakson atau obrolan yang memecah ketenangan. Hanya aku, angin malam, dan detak waktu yang berjalan perlahan. Aku menyadari betapa jarangnya aku bisa menikmati momen seperti ini, di mana aku tidak perlu menjadi siapa-siapa, tidak perlu memikirkan apa-apa.
Hanya ada aku yang hadir di saat ini, tanpa perlu merancang masa depan atau mengingat masa lalu.
Di kamar hotel, aku menikmati hal-hal kecil yang selama ini luput dari perhatianku. Aroma selimut yang bersih, suara air yang mengalir dari kamar mandi, kelembutan kasur yang menyambut tubuhku setelah hari yang panjang.
Aku membiarkan diriku tidur tanpa gangguan, tanpa harus mengatur alarm untuk esok pagi. Rasanya seperti hadiah kecil yang diberikan oleh waktu, kesempatan untuk benar-benar beristirahat, bukan hanya untuk tubuhku, tetapi juga untuk pikiranku.
Di pagi hari, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, membangunkanku dengan lembut. Aku bangun tanpa terburu-buru, menikmati setiap detik pagi tanpa tekanan untuk segera memulai hari.
Sarapan terasa lebih nikmat karena aku memakannya dengan tenang, tidak diselingi oleh notifikasi atau pikiran yang melayang ke pekerjaan dan tugas yang harus dikerjakan.
Aku duduk bersama keluargaku, menikmati percakapan sederhana yang biasanya hanya terjadi di sela-sela kesibukan. Tidak ada yang terburu-buru, tidak ada yang merasa perlu untuk mengisi keheningan dengan obrolan yang dipaksakan.
Semua berjalan dengan alami, seperti melodi yang mengalun tanpa perlu diarahkan.
Aku menyadari bahwa yang membuat perjalanan ini begitu berharga bukanlah pemandangan atau tempat-tempat yang kukunjungi, melainkan kebersamaan dan ketenangan yang kudapatkan.
Perjalanan ini mengingatkanku bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari pengalaman baru atau tempat-tempat jauh. Terkadang, kebahagiaan bisa ditemukan dalam momen-momen sederhana, di antara orang-orang yang kita sayangi, di tengah keheningan yang tidak terasa sepi.
Ketika akhirnya tiba waktunya pulang, aku merasa berbeda. Aku kembali dengan hati yang lebih ringan, dengan pikiran yang tidak lagi terbebani oleh keharusan untuk selalu bergerak.
Aku belajar bahwa perjalanan bukan hanya tentang ke mana kita pergi, tetapi bagaimana kita menikmati waktu yang ada. Dan di antara kesibukan yang tak ada habisnya, aku tahu bahwa sesekali, aku harus memberi diriku sendiri ruang untuk berhenti, menikmati sunyi, dan merayakan kebersamaan yang tenang.
Karena mungkin, justru di saat kita membiarkan diri kita tidak melakukan apa-apa, kita akhirnya menemukan segalanya.***
Elsa Anastasya Wijaya, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB