Bogordaily.net – Perjalanan ini bukan sekadar liburan, tetapi sebuah perjalanan tugas untuk menyelesaikan proyek fotografi sebagai tugas akhir semester 3. Saya memilih Desa Wisata Neglasari, sebagai lokasi pemotretan karena tempat tersebut terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan aktivitas river tubing yang menarik untuk diabadikan.
Namun, perjalanan menuju desa ini ternyata penuh dengan tantangan yang tak terduga, menguji kesabaran dan ketahanan fisik saya serta teman-teman. Meskipun begitu, setiap rintangan yang kami hadapi justru menambah nilai dan makna dari perjalanan ini.
Kami berangkat dari kampus sekitar pukul 10 siang dengan harapan perjalanan akan berlangsung lancar. Namun, kenyataannya jauh dari yang kami bayangkan.
Jalan utama yang biasanya kami lewati sedang dalam perbaikan besar, sehingga kami terpaksa mengambil jalur alternatif yang kondisinya sangat buruk. Jalanan berbatu, berlubang, dan menanjak dengan kemiringan yang cukup ekstrem membuat perjalanan menjadi sangat melelahkan.
Beberapa kali saya harus melaju pelan karena jalanan yang tidak bersahabat, bahkan di beberapa titik saya harus turun dan menuntun motor agar tidak tergelincir. Rasa lelah mulai terasa, tetapi semangat untuk menyelesaikan tugas fotografi tetap membara, mendorong saya untuk terus melanjutkan perjalanan.
Sepanjang perjalanan, saya melihat banyak pengendara lain yang juga mengalami kesulitan melewati jalur ini. Beberapa pengendara motor bahkan harus meminta bantuan warga sekitar untuk mendorong kendaraan mereka yang terjebak di lumpur.
Jalan yang digunakan hanya bisa dilalui dengan motor, sehingga hanya satu jalur yang tersedia dan kami harus bergantian untuk melaluinya.
Perjalanan yang saya bayangkan akan berjalan cepat, ternyata memakan waktu hampir dua kali lipat lebih lama dari perkiraan awal, membuat kami harus ekstra sabar dan waspada.
Di tengah perjalanan, saya sempat berpikir apakah semua usaha ini akan sepadan dengan hasil yang akan saya dapatkan. Namun, tekad saya untuk menyelesaikan proyek ini membuat saya terus maju.
Setelah hampir satu jam melewati jalan yang penuh rintangan, akhirnya saya tiba di Desa Wisata Neglasari. Udara sejuk langsung menyambut saya, ditemani suara gemericik air hujan yang masih deras dari sisa hujan sebelumnya. Pemandangan alam di sini benar-benar memanjakan mata.
Hamparan hijau pepohonan, sawah yang terbentang luas, serta aliran sungai yang jernih menciptakan suasana yang sangat menenangkan. Sejenak, rasa lelah saya terlupakan. Saya segera menyiapkan kamera dan mulai berburu momen terbaik, menangkap setiap detil keindahan alam yang tersaji di depan mata. Saya merasa seperti berada di dunia yang berbeda, jauh dari hiruk-pikuk kota dan rutinitas kampus yang padat.
Namun, sebelum sampai di lokasi river tubing, saya kembali dihadapkan pada tantangan lain. Perjalanan ke sana sangat sulit karena jalannya menurun curam dan licin akibat hujan yang baru saja turun.
Saya harus berjalan dengan ekstra hati-hati agar tidak tergelincir. Bahkan, di satu titik, saya kehilangan keseimbangan dan jatuh. Kamera saya sempat terbanting, dan baterainya terlempar ke tanah.
Untungnya, setelah diperiksa, kamera saya masih dalam kondisi baik, hanya sedikit kotor terkena lumpur. Saya membersihkannya secepat mungkin dan melanjutkan perjalanan dengan lebih berhati-hati. Pengalaman ini mengingatkan saya bahwa dalam fotografi, kesabaran dan kehati-hatian adalah kunci utama untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Setelah melewati tantangan tersebut, saya pun akhirnya sampai di lokasi river tubing. Pemandangan di sini sangat menakjubkan. Sungai dengan airnya yang jernih mengalir deras di antara bebatuan besar, menciptakan jeram-jeram kecil yang menarik untuk diabadikan dalam lensa kamera. Saya mengambil beberapa foto para wisatawan yang sedang menikmati aktivitas ini, menangkap ekspresi mereka saat meluncur melewati jeram kecil.
Tak hanya itu, saya juga mengabadikan suasana desa, dari anak-anak yang bermain di tepi sungai hingga penduduk lokal yang sedang beraktivitas. Beberapa sudut desa memiliki keunikan tersendiri, seperti jembatan bambu yang melintasi sungai dan pondok-pondok kecil, yang digunakan warga untuk beristirahat setelah bekerja di sawah. Setiap sudut desa seolah memiliki cerita tersendiri yang menunggu untuk diabadikan.
Saat tengah sibuk mengambil foto, seorang warga setempat menghampiri saya dan mengajak berbincang. Ia bercerita tentang bagaimana desa ini berkembang menjadi destinasi wisata berbasis alam, serta bagaimana masyarakatnya berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Saya juga diajak untuk melihat langsung proses pembuatan peralatan river tubing oleh penduduk setempat.
Mereka menggunakan ban bekas yang diolah kembali agar layak digunakan untuk wisatawan. Perbincangan ini memberi saya perspektif baru tentang pariwisata yang berkelanjutan dan dampaknya bagi masyarakat lokal.
Saya juga mendapat kesempatan untuk memotret beberapa hasil panen seperti terong, cabai, dan berbagai jenis buah yang ditanam oleh warga, menambah koleksi foto saya dengan nuansa kehidupan sehari-hari di desa.
Saya merasa semakin terhubung dengan alam dan masyarakat sekitar, merasakan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara perkembangan pariwisata dan pelestarian lingkungan.
Setelah puas berburu foto, saya memutuskan untuk mencoba river tubing sendiri. Awalnya, saya ragu karena arus sungai terlihat cukup deras, tetapi setelah mendapat instruksi dari pemandu, saya pun memberanikan diri.
Sensasi meluncur di atas ban mengikuti aliran sungai benar-benar menyegarkan dan penuh tantangan. Beberapa kali saya harus mengangkat badan agar tidak terbentur batu, tetapi justru itulah yang membuatnya semakin seru.
Selama perjalanan menyusuri sungai, saya juga menyempatkan diri untuk mengambil beberapa foto dari perspektif yang berbeda, menangkap keindahan alam sekitar dengan sudut pandang yang lebih unik.
Saya merasa seperti menjadi bagian dari alam, merasakan setiap detil keindahan yang seringkali terlewatkan jika hanya dilihat dari tepian.
Selain river tubing, saya juga mengunjungi beberapa tempat menarik lainnya di desa ini. Salah satunya adalah area persawahan terasering yang sangat indah ketika dipotret dari sudut yang tepat.
Saya menggunakan drone untuk mengambil gambar dari atas, dan hasilnya benar benar memuaskan. Sawah hijau yang berundak-undak menciptakan pola yang begitu estetis dalam foto saya.
Udara yang segar dan suasana yang tenang membuat saya betah berlama lama di sini, menikmati setiap detil keindahan alam yang tersaji. Saya juga sempat berbincang dengan seorang petani yang sedang bekerja di sawah.
Ia bercerita tentang bagaimana mereka mengelola sawah secara tradisional, menggunakan metode yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Saya merasa semakin terinspirasi oleh kerja keras dan dedikasi mereka.
Tidak hanya persawahan dan sungai, Desa Neglasari juga memiliki peternakan kecil yang dikelola oleh masyarakat setempat. Saya mengunjungi sebuah kandang domba, di mana para peternak dengan sabar merawat hewan ternak mereka.
Saya berbincang dengan salah satu peternak yang menjelaskan bagaimana mereka mengolah peternakannya. Saya juga memotret beberapa domba yang sedang diberi makan serta anak-anak desa yang membantu di peternakan.
Pemandangan ini sangat menarik, menunjukkan keseharian masyarakat desa yang hidup berdampingan dengan alam dan memanfaatkan sumber daya secara bijak. Saya merasa bahwa desa ini adalah contoh nyata dari kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam.
Hari semakin siang, dan saya menyempatkan diri untuk menikmati makan siang di salah satu warung sederhana di desa. Saya memesan nasi liwet dengan lauk ikan bakar dan sambal terasi yang menggugah selera.
Setelah makan, saya kembali mengabadikan suasana desa sebelum akhirnya bersiap untuk pulang. Saya memastikan semua foto yang saya butuhkan telah diambil dengan baik dan sesuai dengan konsep yang telah saya rencanakan sebelumnya, merasa puas dengan hasil yang telah saya dapatkan.
Saya juga sempat membeli beberapa oleh-oleh khas desa, seperti keripik pisang dan madu lokal, sebagai tanda terima kasih atas keramahan warga.
Perjalanan pulang pun tak kalah menantang. Jalanan yang tadi sudah sulit dilalui kini semakin licin akibat gerimis yang turun sore itu. Saya harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir.
Di tengah perjalanan ke Desa Wisata Neglasari, saya kembali bertemu dengan rombongan wisatawan yang masih berjuang melewati jalur alternatif ini. Beberapa dari mereka terlihat kesulitan, tetapi tetap bersemangat untuk mencapai desa.
Saya pun merasa terinspirasi oleh semangat mereka, mengingatkan saya bahwa setiap perjalanan pasti ada tantangan yang harus dihadapi dengan tekad dan kesabaran.
Meskipun perjalanan ini penuh rintangan, saya merasa sangat puas karena mendapatkan banyak pengalaman berharga.
Namun, perjalanan saya belum selesai. Saya masih harus mengantar teman saya ke rumahnya sebelum akhirnya pulang ke rumah sendiri yang jaraknya cukup jauh.
Rasa lelah semakin terasa, terutama setelah seharian penuh beraktivitas dan berkendara di medan yang sulit. Namun, kepuasan dari hasil fotografi yang saya dapatkan serta pengalaman berharga yang saya alami membuat semua rasa capek itu seolah terbayarkan.
Saya merasa bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang menyelesaikan tugas, tetapi juga tentang menemukan makna dan nilai-nilai kehidupan yang seringkali terabaikan dalam rutinitas sehari-hari.
Sesampainya di rumah, saya segera melihat kembali hasil foto yang telah saya ambil sepanjang perjalanan ke Desa Wisata Neglasari. Saya merasa puas dengan komposisi, pencahayaan, dan momen momen yang berhasil saya abadikan.
Perjalanan ke Desa Wisata Neglasari, mengajarkan saya tentang ketekunan, kesabaran, dan bagaimana menghadapi tantangan di lapangan dengan tenang dan penuh semangat.
Saya pun semakin yakin untuk terus mengeksplorasi dunia fotografi, menjelajahi lebih banyak tempat, dan mengabadikan keindahan alam serta kehidupan masyarakat dengan lebih dalam.
Setiap tantangan yang saya hadapi selama perjalanan ini menjadi pelajaran berharga yang memperkaya pengalaman dan wawasan saya, membuat saya semakin bersemangat untuk terus berkarya melalui lensa kamera.***
Verdito Rizky Daffa Putra
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB