Bogordaily.net – Dalam menghadapi dinamika dunia kerja yang terus berkembang di era digital dan kemajuan teknologi, Sarah Fadrin, seorang dosen muda di Sekolah Vokasi, IPB University, hadir sebagai sosok inspiratif bagi mahasiswa dan Generasi Z. Ia membagikan wawasan tentang bagaimana mengembangkan keterampilan akademik dan profesional secara efektif.
Dengan latar belakang yang kuat di bidang Public Relations, Sarah tidak hanya aktif mengajar dan membimbing mahasiswa dalam membangun karakter serta etika profesional, tetapi juga memanfaatkan media sosial sebagai platform edukasi dan inspirasi.
Lewat platform digital, ia memperluas koneksi, membentuk citra sebagai role model bagi generasi muda, serta membuktikan bahwa seorang akademisi juga bisa menjadi influencer yang berpengaruh.
Menjalani karier sebagai profesional Public Relations sekaligus dosen komunikasi di IPB University di usia yang baru menginjak 23 tahun, Sarah menjadi inspirasi bagi para mahasiswanya.
Salah satu prestasinya adalah membimbing mahasiswa dalam mata kuliah Praktik Acara atau Event Organizer Class, di mana ia berhasil menuntun kelas pertamanya menyelenggarakan acara besar yang menghasilkan keuntungan (surplus).
Keberhasilannya dalam membimbing mahasiswa menghadapi tantangan dunia nyata membuktikan kapasitasnya sebagai dosen muda yang tidak hanya mengajar teori, tetapi juga membentuk mental serta keterampilan mahasiswa agar siap menghadapi dunia kerja.
Banyak mahasiswanya mengakui peran Sarah yang begitu detail dalam mengarahkan mereka saat membuat keputusan maupun bertukar pikiran.
Karier cemerlang Sarah dimulai sejak masa kuliahnya.
Saat menjalani semester akhir, ia mengikuti program magang sebagai content creator di salah satu bank di Jakarta. Kreativitas dan ketekunannya dalam memproduksi konten membawanya pada kesempatan emas untuk mengikuti program akselerasi magister.
Dengan program ini, ia berhasil meraih gelar Sarjana dan Magister dalam waktu hanya 5 tahun, sesuatu yang hanya bisa diraih oleh segelintir mahasiswa terpilih. Sarah mengambil tantangan tersebut dengan penuh keyakinan, dan kerja kerasnya membuahkan hasil yang gemilang.
Setelah menyelesaikan studinya, Sarah sempat bekerja di salah satu perusahaan ternama di Jakarta hingga akhirnya, pada tahun 2024, ia resmi menjadi dosen tetap di IPB University, salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia.
Kini, ia mengajar di program studi Komunikasi Digital dan Media di Fakultas Sekolah Vokasi IPB, berkontribusi dalam mencetak lulusan yang siap bersaing di era digital.
Kesibukan Sarah yang padat sebagai dosen dan profesional korporat menuntutnya memiliki manajemen waktu yang luar biasa. Baginya, menjadi dosen bukan hanya soal mengajar, tetapi juga terus belajar. “Dosen itu seseorang yang never-ending learning, dan saya mencintai hal itu,” ujarnya.
Ia merasa beruntung dapat terus mengasah wawasan akademik dan berbagi ilmu dengan generasi baru. Jika bekerja di perusahaan hanya berfokus pada teknis yang relevan dengan posisinya, menjadi dosen membuatnya terus terbuka akan ilmu baru maupun yang telah ia miliki.
Ia juga mengakui tantangan yang dihadapi dosen dalam mendidik mahasiswa. Mengajar bukan hanya sebatas menyampaikan materi, tetapi juga membentuk karakter, mental, serta etika mereka agar siap menjadi individu yang unggul.
Sebagai dosen muda yang kekinian, Sarah Fadrin juga aktif di media sosial, terutama di akun Instagram. Ia memahami betul bagaimana media digital dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk berbagi ilmu, menginspirasi, dan membangun koneksi dengan generasi muda.
Melalui platform tersebut, Sarah kerap membagikan wawasan tentang dunia komunikasi, tips Public Relations, pengalaman mengajar, serta insight mengenai dunia profesional.
Di salah satu unggahannya, Sarah membagikan pengalaman pertamanya membimbing mahasiswa di atas panggung IPB, yang menandai langkah awalnya dalam dunia pendidikan. Selain itu, ia juga merefleksikan tahun 2024 sebagai tahun yang penuh warna, menunjukkan apresiasinya terhadap pengalaman dan pencapaian yang telah diraih.
Sarah tidak hanya membagikan konten edukatif, tetapi juga mengemasnya dengan cara yang menarik dan sesuai dengan tren digital saat ini. Dengan pendekatan yang interaktif, ia sering membuat konten seperti Q&A, polling, hingga sharing session tentang pengalaman akademik dan profesionalnya.
Hal ini membuatnya semakin dekat dengan mahasiswa serta followers-nya yang berasal dari berbagai kalangan. Tak hanya sebagai edukator di dunia nyata, Sarah juga menjadi sosok inspiratif di dunia digital.
Konsistensinya dalam membangun personal branding sebagai seorang akademisi muda dan profesional komunikasi membawanya mendapat banyak perhatian, termasuk dari berbagai brand yang tertarik untuk berkolaborasi.
Berkat kredibilitas dan engagement yang tinggi di media sosial, ia pun mulai menerima tawaran endorsement dari berbagai merek, baik dalam bidang pendidikan, gaya hidup, maupun profesional.
Bagi Sarah Fadrin, media sosial bukan sekadar tempat untuk bersosialisasi, tetapi juga sarana untuk berbagi ilmu dan memperluas jejaring. Dengan pengaruh positif yang ia sebarkan, Sarah membuktikan bahwa seorang dosen masa kini bisa lebih dari sekadar pengajar di dalam kelas, tetapi juga seorang komunikator yang aktif mengedukasi masyarakat luas melalui platform digital.
Sebagai bagian dari generasi Z, Sarah sangat memahami pentingnya work-life balance. Menurutnya, bekerja keras itu penting, tetapi manusia juga berhak untuk beristirahat sejenak. Ia selalu mengatur prioritas agar seluruh kegiatannya berjalan lancar tanpa ada yang terlewat.
Cara pandangnya yang fresh dan kekinian membuatnya menjadi sosok dosen yang relatable bagi mahasiswanya. Ia percaya bahwa di era digital ini, generasi muda memiliki akses yang luas terhadap berbagai ilmu dan informasi, sehingga yang membedakan mereka adalah bagaimana cara mereka memanfaatkannya.
Sarah selalu memotivasi mahasiswanya untuk totalitas dalam mengerjakan sesuatu. Baginya, usaha yang dilakukan sepenuh hati pasti akan membuahkan hasil yang luar biasa. Setiap usaha pasti akan mengorbankan tenaga, pikiran, dan waktu. “Set the goals itu penting,” tegasnya.
Sarah Fadrin, percaya bahwa tanpa tujuan yang jelas, seseorang bisa saja menghabiskan banyak tenaga untuk sesuatu yang tidak benar-benar penting. Terakhir, bagi Sarah, sukses adalah ketika seseorang telah mencapai kemandirian dan mampu bertanggung jawab atas segala hal dalam hidupnya.***
Malechha Mutyoro Ichanti Shadavah