Bogordaily.net – Sec Bowl adalah restoran yang didirikan pada tahun 2016 oleh Rius Vernandes, seorang lulusan sekolah kuliner di Australia. Restoran ini memiliki menu utamanya yaitu hidangan ayam dengan saus telur asin (salted egg chicken) yang disajikan dalam konsep rice bowl. Nama “Sec” sendiri merupakan singkatan dari “Salted Egg Chicken”. Sejak awal berdirinya, Rjumah makan ini telah berkembang pesat dengan membuka beberapa cabang di berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Menu andalannya meliputi berbagai varian salted egg chicken, seperti original, pedas, dan varian lainnya. Selain itu, mereka juga menawarkan menu non-salted egg untuk memenuhi beragam selera pelanggan.
Pada tahun 2024, rumah makan ini menghadapi tantangan reputasi setelah beredarnya video di salah satu akun tiktok. Dalam videonya, Codeblu yang memiliki 1,3 juta pengikut di TikTok itu mengungkap bahwa salah satu tempat makan rice bowl di Kuningan diduga mencuci alat makan dan masaknya di toilet.
Namun, ia tidak menyebutkan nama Sec Bowl atau restoran mana pun. Insiden ini menyebabkan penutupan permanen salah satu gerainya di Kuningan, Jakarta, dan mendorong permintaan maaf dari pendirinya, Rius Vernandes.
Isu Kebersihan Dapat Menghancurkan Citra Sebuah Brand
Isu kebersihan dalam industri makanan dapat berdampak besar terhadap citra dan kepercayaan konsumen terhadap suatu brand. Video yang menunjukan staf dari Sec Bowl yang mencuci alat makan di dalam toilet ternyata didapat dari salah satu followernya.
“Gue baru dapat intel dari followers gue bahwa ada satu tempat rice bowl di Jakarta, di Kuningan, yang nyuci alat makan dan alat masaknya di toilet umum manusia. Liat deh ini,” ujar Codeblu, sambil memperlihatkan foto alat-alat masak yang terlihat seperti penanak nasi atau rice cooker dan wadah makanan di samping kloset kotor.
Konsumen sekarang ini tidak hanya mencari rasa yang enak tetapi juga standar kebersihan yang tinggi. Ketika sebuah brand gagal memenuhi standar ini, mereka berisiko kehilangan pelanggan setia dan menghadapi dampak negatif dalam jangka panjang.
Dalam kasus Sec Bowl, kejadian ini menjadi peringatan bahwa kepatuhan terhadap protokol kebersihan harus menjadi prioritas utama untuk menjaga reputasi dan keberlanjutan bisnis.
Kasus yang menimpa rumah makan ini, yaitu peralatan masak mereka terciduk dicuci di toilet, menjadi contoh nyata bagaimana isu kebersihan bisa menghancurkan citra sebuah brand.
Kejadian ini langsung menuai kecaman dari masyarakat, memicu viralnya pembahasan di berbagai platform media sosial, dan menyebabkan penurunan kepercayaan pelanggan.
Strategi Pemulihan Citra bagi Sec Bowl
Menutup gerai yang terlibat dalam pelanggaran kebersihan adalah langkah awal yang menunjukkan tanggung jawab Sec Bowl terhadap insiden ini. Namun, sekadar menutup gerai tidak cukup untuk memulihkan kepercayaan pelanggan.
Tanpa strategi pemulihan citra yang tepat, nama baik Sec Bowl bisa terus tercoreng, dan pelanggan mungkin sulit atau bahkan tidak ingin kembali.
Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan serangkaian langkah konkret untuk menunjukkan perubahan nyata dan membangun kembali reputasi mereka.
Setelah menutup gerai yang bermasalah, Sec Bowl harus menegaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari reformasi besar dalam operasional mereka.
Pernyataan publik yang menekankan bahwa penutupan gerai merupakan bentuk tanggung jawab dan langkah awal dalam meningkatkan standar kebersihan akan membantu meredakan kemarahan publik.
Tentu saja penutupan gerai tidak memberikan kembali kepercayaan pelanggan.
Namun, untuk memulihkan kepercayaan publik, Sec Bowl harus menunjukkan bahwa mereka telah mengambil langkah-langkah serius untuk memperbaiki standar kebersihan dan memastikan kejadian serupa tidak akan terulang.
Salah satu cara paling efektif adalah dengan meningkatkan transparansi dan menunjukkan komitmen mereka terhadap kebersihan melalui berbagai kebijakan dan tindakan nyata. Banyak konsumen mempertanyakan standar operasional Sec Bowl.
Oleh karena itu, penting bagi Sec Bowl untuk segera merilis kebijakan baru yang lebih ketat mengenai kebersihan dan keamanan pangan. Tanpa transparansi, publik mungkin tetap memberikan ulasan negative dan tidak mempercayai terhadap perubahan yang dilakukan oleh Sec Bowl.***
Muhammad Husain
Komunikasi Digital dan Media – IPB University