Saturday, 12 July 2025
HomeBeritaStrategi Humanisasi dalam Branding: Cara Brand Lokal Membangun Koneksi Emosional dengan Audiens

Strategi Humanisasi dalam Branding: Cara Brand Lokal Membangun Koneksi Emosional dengan Audiens

Bogordaily.net – Di tengah menjamurnya brand lokal yang memproduksi produk kecantikan, membangun kesadaran branding telah menjadi sebuah kebutuhan bagi sebuah brand. Brand tidak hanya dapat bergantung dengan strategi marketing dasar saja. Sebuah merek harus memiliki unique selling point yang dapat digunakan untuk membedakan dirinya dengan merek-merek lain, salah satunya adalah dengan cara membangun koneksi emosional dengan konsumennya.
Evolusi ini mendorong brand untuk bertransformasi dalam menjual produknya yang biasanya menekan pada estetika dan permainan harga, menjadi lebih berfokus pada sisi kemanusiaan melalui emosi. Brand didorong untuk lebih banyak menjual tentang filosofi, cerita, nilai, hingga pengalaman kepada konsumennya.
Membangun Hubungan Emosional dengan Konsumen
Strategi ini mendorong adanya pendekatan humanis yang dilakukan oleh sebuah brand guna mendukung terjalinnya hubungan emosional dengan konsumen. Sebuah produk tidak lagi diperlakukan sebagai benda mati, tetapi dibuat seolah-olah hidup dan memiliki sisi emosionalnya. Tren ini muncul sebagai respons terhadap kejenuhan konsumen akan komunikasi pemasaran yang terlalu formal dan transaksional.
Konsep humanisasi adalah menghadirkan sebuah kepribadian dalam setiap produk yang dibuat. Hal ini diterapkan oleh brand untuk mendorong adanya kedekatan sebuah produk sehingga dapat menyatu ke dalam komunitas yang berkembang di masyarakat. Pendekatan ini memberikan kesan komunikasi yang terasa lebih intens, personal, dan meaningful dengan audiensnya.
Brand memainkan sisi emosional konsumennya untuk mendukung keputusan yang akan dibuat. Jika sebelumnya seseorang membeli produk karena butuhkan, hari ini mungkin seorang konsumen membeli produk karena cerita yang dijual.
Mad for Makeup dalam Mengadopsi Konsep Humanisasi 
Mad for Makeup adalah salah satu brand lokal yang dapat dikatakan berhasil dalam mengadopsi strategi pemasaran ini. Brand kecantikan lokal ini, sebelumnya telah menerapkan strategi yang berbeda yaitu dengan menggandeng karakter BT21 dalam kolaborasi series liptint mereka sebelum akhirnya telah discontinued.
Mengetahui situasi pasar saat ini, Mad for Makeup tidak lagi hanya mengandalkan karakter atau influencer ternama dalam membangun kesadaran mereknya. Mad for Makeup membangun cerita serta nilai yang dimiliki oleh setiap produk yang dirilisnya untuk memberikan karakter yang kuat.
Penamaan yang Sederhana tetapi Kuat 
Transformasi pemasaran yang dilakukan oleh Mad for Makeup terlihat dalam komitmen yang dilakukannya dalam memproduksi sebuah produk. Penamaan produk yang terbilang unik menjadi salah satu strategi yang dilakukan Mad for Makeup dalam menghidupkan produknya. Mad for Makeup memilih untuk memberikan nama yang langsung berasosiasi dengan tampilan produknya, seperti “Kok Extra Lentik” untuk alat pelentik bulu mata atau “Ink Like Air Glasstick” untuk produk lipgloss mereka.
Secara tidak langsung Mad for Makeup menyederhanakan komunikasi yang dilakukannya pada audiens, sehingga lebih mudah untuk mentransfer value serta janji yang ingin diberikannya hanya dari sebuah nama. Konsep ini memberikan ruang bagi Mad for Makeup untuk dapat lebih menyatu dengan komunitas yang ada.
Visual yang Lebih Manusiawi 
Dalam membangun unsur visual produk yang dimiliki Mad for Makeup tidak lagi menggandeng sesuatu yang viral seperti strategi terdahulunya. Saat ini, Mad for Makeup lebih mengutamakan untuk membangun citra yang reliable dengan menghadirkan model-model yang lebih mencerminkan kecantikan khas orang Indonesia.
Mad for Makeup mematahkan standar kecantikan yang tidak realistis,  hal ini mendukung bagaimana brand dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya dengan memanusiakan produknya.
Tidak hanya itu, Mad for Makeup juga mematahkan toxic masculinity yang berkembang di masyarakat. Menyadari bahwa produk kecantikan bisa menjadi kebutuhan yang universal, Mad for Makeup juga menggandeng model laki-laki dengan kampanye “not manly enough” yang mendukung laki-laki untuk bebas mengekspresikan dirinya dengan penampilan yang presentable.
Konsep serta Storytelling yang Kuat 
Mad for Makeup memperkuat komitmennya dalam menghidupkan produk yang dimilikinya, salah satunya melalui story telling yang autentik. Melalui kolom Medium yang dimilikinya, Mad for Makeup menceritakan bagaimana proses produksi yang mereka lakukan pada sebuah produk lipgloss “Ink Like Air Glasstick”.
Dalam akun Instagram brand, Mad for Makeup memaksimalkan kampanye produknya dengan cerita yang kuat. Biasanya, brand yang memproduksi lipstik hanya akan fokus pada visualisasi produk ketika diaplikasikan ke bibir.
Namun, Mad for Makeup juga mengelaborasikannya dengan memberikan gambaran yang imajinatif tentang kesan yang akan dihadirkan produknya. Menunjukkan model yang mengenakan pakaian berwarna merah menyala di tengah jalanan kota, Mad for Makeup memberikan gambaran bagaimana produk mereka yang akan stand out ketika digunakan.
Brand Membangun Komunitas 
Jarang bagi sebuah brand untuk membangun komunikasi intens dengan pelanggannya, apalagi sampai membangun sebuah komunitas. Namun, melalui @rebelsecretsociety Mad for Makeup menghadirkan cara baru untuk membangun loyalitas di kalangan konsumennya. Dengan panggilan “rebels”, Mad for Makeup memberikan ruang bagi konsumen mereka untuk menjadi bagian dari brand.
Walaupun melalui komunitas ini Mad for Makeup pure menciptakan hubungan yang erat seperti sebuah komunitas organik dengan membawakan isu atau trend yang sedang ramai dibicarakan. Secara tidak langsung, Mad for Makeup juga mendapat feedback secara langsung yang dapat dijadikan acuan untuk menghadirkan produk atau kampanye yang sesuai dengan target pasarnya.
Mad for Makeup sebagai brand lokal berhasil mengaplikasikan konsep humanisasi dalam melakukan strategi pemasarannya. Menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada, Mad for Makeup memaksimalkan sosial media dengan sebaik mungkin dalam membangun brand, mengomunikasikan produk yang dijual, serta menemukan unique selling point yang mereka miliki dengan cara yang relevan bagi target pasarnya.
Dengan menghidupkan produk melalui story telling yang autentik, komunikasi visual yang lebih manusiawi, konsep yang kuat, serta memberikan ruang bagi audiensnya melalui komunitas brand Mad for Makeup berhasil menciptakan keloyalitasan pelanggan.
Keberhasilan Mad for Makeup dalam mengimplementasikan strategi humanisasi ini dapat menjadi contoh bagi brand-brand lokal lainnya dalam membangun koneksi emosional dengan konsumen mereka. Strategi ini tidak hanya efektif dalam membangun loyalitas pelanggan, tetapi juga menciptakan diferensiasi yang kuat di pasar yang semakin kompetitif.***
Ayu Ardiyati Nuraini Joyo Atmojo, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here