Wednesday, 16 April 2025
HomeBeritaTaman Safari Indonesia Tangkarkan Kodok Merah Langka

Taman Safari Indonesia Tangkarkan Kodok Merah Langka

Bogordaily.net — Lembaga Konservasi Ex Situ Taman Safari Indonesia (TSI) berhasil menemukan dan menangkarkan (bleeding toad/leptophryne cruentata). merupakan spesies endemik Jawa Barat yang sangat langka dan nyaris punah.

Dengan ditemukannya tersebut, keberadaan saat ini di Indonesia hanya terdapat di TSI dan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

yang merupakan salah satu amfibi yang dilindungi di Indonesia ini berukuran kecil antara 2-4 centimeter dan hidup di area basah. Kodok yang berwarna merah seperti corak api ini mirip di benua Amerika namun tak beracun.

telah dianggap punah sejak tahun 80-an seiring meletusnya Gunung Galunggung di Tasikmalaya, Jawa Barat. Pada tahun 2022, TSI berhasil menemukannya di area perbatasan TSI Cisarua, Kabupaten Bogor, dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

ditemukan TSI setelah melewati sejumlah fase. Direksi TSI, , mengungkap, sejak ramai perbincangan climate change (perubahan iklim) dan global warming (pemanasan global) tahun 2006 sejumlah lembaga dunia mulai mencari jenis kodok atau katak karena dianggap sebagai salah satu parameter/barometer terjadinya climate change. Pihak TSI salah satu yang diminta untuk melakukan penelitian.

“Pada tahun 2018 kami juga mengadakan workshop internasional yang dihadiri para peneliti lembaga dunia dari beberapa negara termasuk IPB. Namun (kodok merah) belum juga ditemukan. Kemudian pada tahun 2022 kami melakukan kegiatan survei untuk meneliti kecocokan habitat sebelum melepasliarkan Elang Jawa. Pada saat itulah kami menemukan kodok merah di kawasan perbatasan TSI dengan TNGGP,” ungkap , di TSI Cisarua, Bogor, Selasa 15 April 2025.

TSI pun telah melaporkan penemuan kodok merah tersebut ke pemerintah dan beberapa kementerian dan memulai proses riset, konservasi, dan penangkaran (mengembangbiakkan) kodok merah di antaranya dengan membuat enclosure buatan seperti di habitat aslinya.

Jansen menegaskan bahwa penemuan kodok merah bernilai sangat tinggi bagi dunia, lingkungan, dan ilmu pengetahuan.

Kodok merah sangat bermanfaat untuk kesehatan antara lain, pertama, untuk pengobatan impotensi, stress, stroke, jantung, asma, dan kanker. Kedua, kodok merah sebagai pengontrol dan parameter pertama terhadap kondisi lingkungan atau climate change di sekitarnya. Ketiga, kodok merah sebagai predator pengendali hama serangga. Keempat, kodok merah dalam rantai makanan sebagai salah satu sumber makanan bagi hewan lain dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Kelima, kodok merah dianggap sebagai salah satu penjernih hulu sungai karena sebagai pemakan kotoran organisme sehingga menjadi indikator kesehatan lingkungan.

VP of Life Science TSI Grup, drh Bongot Huaso Mulia, menjelaskan dengan ditemukan dan dikembangbiakkannya kodok merah pihak TSI ingin menyampaikan informasi dalam upaya menumbuhkan awareness (kesadaran) masyarakat akan pelestarian katak/kodok serta fungsi dan peran pentingnya.

“Selama ini banyak yang tak peduli akan kodok dibanding jika mendengar berita viral tentang singa atau gajah,” ucapnya.

Arif, salah seorang project officer kodok merah di TSI, menyebutkan, selain menemukan kodok merah pihak TSI menemukan pula sejumlah jenis kodok/katak di kawasan TNGGP seperti katak tanduk, katak pohon mutiara, katak pohon emas, dan lainnya.

“Kodok merah berkembang biak dari telor ke penetasan 4 hari dan sampai ke bentuk sempurna 90 hari,” imbuh Arif.

(Acep Mulyana)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here